Sunday, October 21, 2012

BERUBAH BUKAN HANYA PROSES, TAPI KEMAUAN.

Setiap mengunjungi resepsi, saya selalu melihat penyanyi orgen tunggal atau band orkes dangdut yang ada di acara resepsi tersebut. Banyak yang terlihat sangat mencintai profesinya dan tahu bagaimana menghargai diri melalui profesinya. Tapi banyak pula yang hanya ala kadar nya saja. Sekedar bernyanyi, menunaikan tugas lalu kembali ke rumah dan tak berproses apapun juga tidak berubah sedikit pun ke esokan waktu. Hingga tua masih tetap menyanyi di skala yang sama, panggung yang sama, event yang juga sama. Tidak ada perubahan kearah kemajuan sama sekali. Saya pun dulu begitu. Memulai kehidupan panggung dari melakoni diri sebagai penynyi kawinan rumahan. Dari rumah ke rumah, Dari Kampung ke Kampung. Dari nsosok penyanyi yang membawakan lagu lagu dangdut jadul hingga dangdut koplo. Itu saya dulu. Tapi tentu saya ‘melek’ perkembangan zaman. Saya juga melihat pertunjukkan di Televisi maupun pertunjukkan langsung yang saya amati yang tidak melulu lagu dangdut. Tak semua penampil yang saya simak mengenakan busana seburuk yang saya pakai. Jika saya menyanyi di resepsi rumah ke rumah atau kampung ke kampung bisa saja saya mengenakan busana seadanya ; celana jeans, kaus berkerah atau kemeja bergaris. Tampil aman. Tapi ternyata saya juga memperhatikan penampilan mereka – para senior dan penyanyi berkelas lainnya – yang tampil dengan tampilan yang sungguh modern dan sangat indah di lihat. Mengenakan jas yang rapih dan mungkin saja bermerek dengan harga mahal. Mengenakan kemeja tak hanya kotak kotak datar tapi juga berani berpadu dalam warna warna yang cukup menarik tapi masih dalam kadar wajar. Lalu ada pula penyanyi penyanyi senior yang selain indah suara tetapi juga indah visualnya. Yang ini saya sadari bahwa pekerja panggung adalah sosok yang menyenangkan untuk di lihat. Sosok yang kemudian bukan hanya menjalankan tugas saja tetapi juga menghibur seluruh pengunjung pesta. Setidaknya saya belajar banyak hal dalam kurun waktu lebih kurang satu bulan setelah menyimak banyak pekerja panggung di beragam tempat dan juga di acara Televisi. Saya tentu menyadari bahwa saya tak selamanya akan jadi penyanyi Kawinan dari rumah ke rumah dan desa ke desa. Saya juga mau mencoba kemampuan dengan menyanyi di pangguung besar, pernikahan gedung, launching product, gala dinner, ghatering perusahaan hingga menjadi opening act konser artis ternama atau bahkan menjadi bintang tamu di beberapa acara yang sekiranya bisa menambah kemampuan saya dalam berpenampilan dan juga penguasaan diri di dunia entertain. Yang saya ingat, mempercepat proses belajar adalah pilihan yag tak bisa di tawar lagi. Semua sudah harga mati. Jika saya ingin ‘kelas’ yang lebih baik maka saya harus berubah juga kearah kelas yang menurut saya lebih baik itu. Saya segera menemui orang orang yang saya fikir bisa memberi ilmu dan trik khusus pada saya hingga saya bisa berubah cepat. Saya menemui sosok sosok hebat di dunia panggung entertain di Provinsi Lampung. Semua sosok terbaik yang berkenan berbagi ilmu adalah sasaran utama saya, selain kemudian saya memperluas kemampuan dengan mencari referensi di media hingga melihat acara acara music live di televisi. Hasilnya, saya memiliki perubahan. Dan perubahan itu tidak hanya berupa pengakuan dari saya, tetapi juga pengakuan dari pihak luar yang melihat saya secara langsung. Sedikit demi sedikit, secara tidak sadar, tawaran job menyanyi atau MC yang datang ke saya berubah dari rumah ke rumah, kampung ke kampung, menjadi gedung ke gedung, tawaran menyanyi dari kafe ke kafe, hingga dari acara bertaraf nasional hingga internasional. Saya ingat bagaimana segala ilmu yang saya dapatkan untuk berubah menjadi sosok penampil yang jauh lebih baik lagi itu terasa sekali ketika saya tampil di ajang international untuk pertama kali di Taipei international Travel Fair tahun 2008. Di sana saya baru menyadari bahwa ilmu yang saya dapat untuk bekerja di panggung menjadi seorang penampil yang layak tampil dan menghibur bukan hanya indah sacara kualitas vocal dan pembawaan tetapi juga memiliki pemahaman akan me-maintenance audience. Hingga mengantarkan saya ke event event internasional berikutnya yang nyaris setiap tahun saya lakoni, Korea Worls Travel Fair – dimana saya berkesempatan selain menjadi spoke person pariwisata Bandar lampung saya juga bertugas menyanyikan 5 buah lagu lampung di hadapan pengunjung event tersebut. Lalu event Festival Tong Tong yang di gelar di Den Haag – Amsterdam – Belanda. Juga di Brussels – Belgium, Paris dan Swiss. Saya juga belajar banyak dari sosok sosok senior terdahulu, mereka memiliki andil yang luar biasa besar dan meng-inspirasi diri untuk menjadi seperti kini. Apakah saya telah merasa cukup ?. Tentu Tidak. Sama sekali tidak. Sebagai manusia yang masih hidup dan masih percaya akan banyak kemungkinan baik di depan, saya tidak akan pernah berhenti untuk belajar banyak hal tentang ilmu yang sudah saya dapat. Sebagai penampil dan seseorang yang harus menghibur banyak orang saya sadar betul bahwa kemampuan ini harus terus menerus di asah, saya harus memiliki perubahan kearah lebih baik dan lebih baik lagi. Masih banyak Pekerjaan Rumah untuk diri saya pribadi. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki dengan cepat. Mengapa saya katakan dengan cepat ? karena ketika saya belajar satu hal maka generasi saya lainnya yang lebih muda dan tentu lebih memiliki kans besar ketimbang saya juga sedang belajar hal yang sama. Ketika seusia saya tak lagi menarik maka pendatang baru yang bermunculan tentu akan jauh lebih menarik ketimbang saya. Itulah sebab nya saya juga menjaga bentuk tubuh saya agar terus ideal, melakukan perawatan kulit, membenahi diri baik secara tampilan fashion yang cukup up date hingga merawat diri agar tampak terus layak tampil di depan banyak audience dan beragam jenis acara. Termasuk mengasah diri dengan terus menerus ‘berguru’ dengan sosok sosok hebat dan berkualitas. Berubah bukan hanya masalah proses. Tapi masalah kemauan. Tak semua orang menyadari bahwa diri mereka harus berubah seiring waktu kearah yang baik dan positive. Terlebih untuk mereka yang memang memiliki keharusan berubah sebagai seorang pekerja depan public. Berubah bukan hanya masalah pembawaan diri, tapi juga masalah keinginan untuk ‘mengosongkan’ jiwa agar dapat di ‘isi’ kembali oleh hal hal baru yang bermanfaat dan jauh lebih baik. Pernyataan yang menyebutkan ‘Pengalaman adalah Guru yang paling baik’ tidaklah serta merta saya setujui. Karena tidak semua pengalaman masa lalu itu masih baik untuk di terapkan di masa kini. Pengalaman saya menyanyi di masa kampung ke kampung dulu tentu tidak akan saya terapkan di masa kini, karena zaman saya menyanyi di kampong dulu sudah tentu jauh berbeda dengan masa kini saya mengisi acara dan menyanyi di kafe, restaurant atau bahkan acara acara berskala besar lainnya. Tak hanya keindahan dan ketepatan tehnik vocal semata tetapi lebih dari itu. Tak butuh senior or senior tetapi yang terpenting adalah pembawaan diri berinteraksi dengan semua lapisan pelaku seni. Karena masih banyak orang yang terjebak dengan pemikiran ‘Senioritas’ sehingga menganggap para Junior lebih rendah ketimbang mereka. Padahal tidak semua Senior itu lebih baik dari Junior nya. Senior itu hanya masalah waktu. Hanya karena Senior lebih dulu memulai saja. Dan bagi saya tidak ada Senior dan Junior dalam dunia hiburan. Tapi lebih parahnya adalah ketika Junior merasa hebat lantas bisa serta merta meng-klaim diri menjadi yang terbaik. Begitulah dunia panggung. Dunia pertunjukan yang mengasah kesiapan mental dan kekuatan jiwa sepenuh nya. Sebuah pembelajaran sejati hingga hayat nanti. Yang saya dapatkan tak mungkin di dapatkan oleh orang lain yang tidak mau berproses dan belajar tekun untuk benar benar keluar dari zona nyaman dan tidak mau berubah. Layaknya penyanyi atau biduan panggung kampung yang akan tetap jadi penyanyi di tataran desa ke desa jika ia tak pernah belajar berubah untuk bagaimana menjadi professional. Dan professional bukan hanya proses tapi kemauan. Kemauan untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan sesuatu melebih batasan yang orang lain berikan.

No comments:

Post a Comment