Friday, March 30, 2012

SYARAT DAN KETENTUAN PEMILIHAN MULI MEKHANAI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012



Pelaksanaan Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung tahun ini kembali di gelar. Sebagaimana pelaksanaan sebelumnya, Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan Event Begawi Bandar Lampung (BBL) yang setiap tahunnya di adakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Badnar Lampung dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Bandar Lampung yang tahun ini memasuki tahun ke 330 tahun.

Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya, Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari calon peserta yang lebih baik lagi setiap tahunnya. Rangkaian Audisi akan di laksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 1 Mei 2012 pada Kampus – Kampus setiap Universitas yang ada di Kota Bandar Lampung dengan ketentuan tanggal pelaksanaan Audisi di serahkan pada kesediaan dan kewenangan pihak Kampus yang hal tersebut tidak mengganggu dari kegiatan Belajar Mengajar Mahasiswa, dengan rentang waktu audisi dari tanggal 20 Maret hingga 1 Mei 2012. Dan termasuk didalamnya akan dilaksanakan Audisi umum, yang di tujukan bagi mereka para pelajar SMU/SMK/ Sederajat atau bagi mereka yang tidak sempat untuk ikut audisi di Kampus atau mereka yang mungkin tidak berstatus sebagai mahasiswa tetapi belum berusia 24 tahun. Audisi Umum akan dilaksanakan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung - Jl. P.Emir.M.Noor – No. 11 – Teluk Betung Utara – Bandar Lampung pada tanggal 4,5 dan 6 Mei 2012 dari pukul 09.00 s/d 17.00 WIB. Dan pelaksanaan Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2012 kali ini mengusung tema ; The Icon of Magnificent Treasure of Lampung, dengan tujuan Audisi Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung tahun 2012 ini dapat mencari sosok (Icon) remaja terbaik di Kota Bandar Lampung yang kemudian dapat mengembangkan harta warisan seni dan budaya yang paling berharga dan beragam yang ada di Kota Bandar Lampung.


KETENTUAN KHUSUS ;
1. Pria / Wanita, Berusia 17 – 24 tahun dan belum pernah menikah
2. Tercatat sebagai Warga Masyarakat Kota Bandar Lampung (di buktikan dengan KTP/KTM/Kartu Pelajar).
3. Memiliki Tinggi Badan minimal ; 170cm (untuk Mekhanai/Pria) dan 165cm (untuk Muli/Wanita) dengan berat tubuh yang ideal.
4. Berpenampilan menarik, memiliki Bakat dan Prestasi di Bidang Tertentu (dibuktikan dengan lampiran Piagam penghargaan atas Prestasi yang telah di raih).
5. Melampirkan Foto Close Up, Tampak Samping dan Seluruh Badan Sebanyak masing – masing 3 lembar dan pengambilan Foto tidak di perbolehkan menggunakan tehnik Softlense atau editing.



KETENTUAN UMUM :
1. Seluruh Peserta diwajibkan mengikuti rangkaian Audisi yang di gelar di Kampus Kampus seluruh Universitas dan Audisi umum (yang dapat di ikuti oleh Mahasiswa, Karyawan atau Pelajar SMU/SMK?Sederajat) di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung – Jl. P.Emir.M.Noor No.11 – Teluk Betung Utara – Bandar Lampung , yang akan berlangsung pada tanggal 4,5,6 Mei 2012 (peserta dipersilakan memilih salah satu dari tanggal yang disediakan tersebut)
2. Setiap Peserta memiliki kemampuan 3 syarat utama Penilaian (Personality, Mentalitas dan Talent), menguasai Bahasa Inggris atau Bahasa Asing lainnya baik lisan maupun tertulis, Memiliki Pengetahuan umum dan Pengetahuan Seni, Budaya dan Pariwisata khususnya di Kota Bandar Lampung dan di Provinsi Lampung pada Umumnya.
3. Bersedia mengikuti rangkaian kegiatan setelah lolos Audisi ; Babak Workshop dan Penentuan Semifinalis, Babak Penjurian, Malam Talent Show Semifinalis dan penentuan Finalis, Rangkaian Kegiatan Finalis sampai pada malam Grand Final, 25 Mei 2012-malam Penobatan Juara Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2012.

Untuk Informasi Lebih Lanjut dan Formulir Pendaftaran dapat menghubungi Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Jl. P. Emir M. Noor No.11 Teluk Betung Bandar Lampung. No. Tlp (0721) 486854 (selama Jam Kantor). Atau ibu Rani - 081391549471 dan ibu Helina – 082184070303.

Monday, March 26, 2012

GALAU, ITU ...


Dear Dunia Indra,

Meminjam istilah dari generasi kini, Galau – sebuah kata yang dapat saya artikan sebagai perumpamaan rasa atau hal yang ada di tengah – tengah dari dua hal yang belum pasti. Seperti posisi mengambang antara hitam atau putih, atas atau bawah, kiri atau kanan, putus pacaran atau teruskan, terima atau tidak, kangen atau benci, susah atau senang. Sama hal nya dengan ada pilihan pilihan lain diantara dua pilihan yang seharusnya dapat di tempuh. Nah, kegalauan kerap kali melanda ketika pilihan pilihan tersebut muncul, terlebih ketika tidak ada pilihan yang di rasa kan pas atau terbaik diantara hal hal yang dianggap baik itu.

Kegalauan juga melanda beragam genre, tak pedulu tua atau muda, cantik atau jelek, pintar atau bodoh. Kegalauan bisa bebas bertengger dimana saja dan kapan saja, karena tak mengenal musim maupun waktu. Hingga kegalauan bisa datang tiba tiba ketika bangun tidur sekalipun. Ada pula kegalauan yang terjadi ketika sedang asik asiknya menikmati makan siang atau ketika sedang mengendarai kendaraan dan kemudian tiba tiba tersirap oleh sekelebat bayangan yang entah apa bentuknya sehingga tak bisa di gambarkan dengan gamblang.

Kegalauan juga tak pernah bisa di terka asal muasalnya. Sama halnya setan yang tiba tiba masuk ketubuh manusia yang bisa datang dan pergi tanpa perlu di undang atau di antar – beda halnya dengan Jaelangkung.

Tak juga beda jauh dengan saya.

Indra Pradya – juga pernah mengalami ke-galau-an. Galau yang melanda tentu bukan galau galau ringan dan unyu unyu layaknya anak bangku SMU atau anak anak kuliahan. Galau yang unyu unyu itu seperti galau di putusin pacar, galau gak punya pacar, galau status ama pacar yang tak jelas, apa putus apa masih cinta, galau antara ia atau tidak, galau malam minggu sendirian di rumah sementara teman teman lain asik berduaan. Nah, kalau Galau yang saya alami adalah galau antara maju atau mundur. Maju melakoni segala hal yang selama ini telah saya jalankan bertahun tahun silam, atau mundur meninggalkan segalanya ?, tentu bukan perkara mudah. Karena saya pun tidak bisa mengedepankan emosial semata. Terkadang ketika Galau melanda seseorang, akan banyak di pengaruhi oleh emosional yang muncul saat kejadian galau tersebut berlangsung. Saya, telah mempetakan permasalahan tersebut dan kemudian mengambil jalan damai dengan berdamai pada diri sendiri. Mendamaikan hati dan raga untuk ikhlas. Mungkin bisa jadi orang orang melihat saya kini tengah hilang kesabaran. Tapi justru yang tak banyak orang tahu bahwa saya justru sedang melatih kesabaran saya yang tingkat dewa ini. Mengupayakan diri untuk tetap melakoni hari dengan sebaik mungkin. Bertemu dengan siapapun dengan wajah sumringah. Tertawa terbahak bahak , bebas lepas berimajinasi dan berusaha menghibur siappun yang sedang melaporkan kegalauannya pada saya meski saya sendiri sedang galau berat. Berupaya menikmati diri meski sebanarnya sudah tidak nikmat lagi. Sama sekali tidak nikmat.
Bisa jadi ada banyak pihak yang di untungkan dari diamnya saya. Bisa jadi pula ketika kegalauan melanda seseorang ada sebagaian orang di luar sana yang menikmati kegalauan tersebut dengan bertepuk genderang bahagia hingga pesta pora. Sama halnya dengan yang saya alami. Semestinya saya yang sedang galau ini mendapat supports yang sesuai porsi dari orang orang yang semestinya men-supports saya. Tapi itu tak terjadi, Tapi itu pula tak membuat saya lantas berlari. Saya tak perlu juga memohon iba dari siapapun, karena semestinya respon positive itu bisa saya ciptakan. Itulah sebabnya saya mencari keleluasaan mengembangkan imajinasi untuk mengikis kegalauan ini dengan bertemu dan bergaul pada segerombolan umat yang selama ini tidak pernah saya temui. Al hasil saya jadi tahu siapa yang teman sebanarnya teman dan siapa yang hanya bergelar ‘teman’ semata. Berharap dari orang yang di harapkan tentu saja akan menambah kegalauan menjadi tingkat akut, yang ada malah sakit jiwa dalam rumah sakit jiwa. Karena sudah pasti ketika terjadi sesuatu, apapun itu, setiap individu akan berupaya menyelamatkan diri mereka masing masing barulah menyelamatkan orang lain – itupun jika mampu dan berkenan. Hahahahhaha.
Dan pada saat ini, saya mendapati diri saya sedang berleha leha diantara banyaknya problematika yang ada. Yang tak begitu saya fikirkan dengan ekstra layaknya beberapa tahun sebelumnya. Saya kini bisa lebih menerima kekurangan diri, bisa lebih mengetahui bahwa saya ini tidak ada apa apa nya dan bahkan tidak pernah punya kemampuan apapun selain hanya menuliskan kegalauan ini menjadi sebuah note yang juga biasa saja, bahkan penuh kegalauan bagi yang membacanya. Karena pasti ada banyak paragrap yang membingungkan dan membuat imajinasi makin galau segalu-galaunya. Tapi tak perlu lah saya yakini segalanya. Karena yang saya percaya Tuhan selalu bersama mereka yang sedang terkena musibah atau masalah. Tuhan selalu menguatkan melalui ujian kehidupan. Tuhan juga menjanjikan kenaikan kelas bagi para umatnya yang bersabar dalam do’a dan usaha. Karena sabar itu tidak di ucapkan layaknya sosok sosok yang hanya bisa bilang sabar tapi belum tentu bisa benar benar bersabar jika berada di posisi yang saya rasakan. Karena kadar kesabaran dan kekuatan mental orang perorang itu beda beda. Seperti keyakinan saya akan arti dari setiap huruf dalam kata GALAU itu sendiri,
G ; GOD
A; ALWAYS
L ; LISTENING
A ; AND
U ; UNDERSTANDING.
………………………………………….

Friday, March 16, 2012

MARI JUAL DIRI


Di dunia barat, ada kalimat ‘Sale Your Body !’, yang jika di artikan secara gamblang dalam bahasa Indonesia ; ‘ Jual Diri Anda’. Dan dari arti dalam bahasa Indonesia tersebut pasti akan menghasilkan beragam makna dari setiap personal yang membacanya. Termasuk bagi siapapun yang membaca judul tulisan yang saya buat ini.

Jual Diri anda!.

Bukan sebuah ajakan yang mengarah kearah negative layaknya melacurkan diri dengan menjajakan diri dalam konotasi seksualitas. Bukan itu. Jual Diri yang saya maksud adalah hendaknya setiap diri pribadi kita mampu menjual diri kita dalam artian menjual kemampuan yang kita miliki secara optimal. Menjual diri yang saya maksud adalah memaksimalkan potensi diri yang kemudian dapat kita ‘jual’ sehingga selain mengasah kemampuan diri juga dapat menghasilkan materi dari hasil jual diri tersebut.
Bagi beberapa personal yang mempunyai kemampuan bernyanyi misalnya, kegiatan menyanyi sembari menghibur diatas panggung merupakan cara seseorang tersebut menjual diri nya secara keseluruhan dalam arti kata positive. Menjual segala kemampuan yang ada dalam diri. Ironis memang ketika seseorang tidak mengetahui kemampuan atau nilai jual yang terbaik dari dalam dirinya. Karena Tuhan telah memberikan banyak kelebihan pada tiap pribadi dengan porsi yang berbeda beda.
Seorang Bertha Beatrix, S.Pd dalam perbincangannya selalu menekankan perlunya mengetahui bakat atau nilai positive yang ada dalam diri seseorang sejak dini, kemudian terus menerus di kembangkan dan pada akhirnya bisa menjadi nilai jual yang menonjol dari seorang individu di banding individu lainnya.

Tak berbeda jauh dari upaya Maxima Motiva – sebuah Lembaga yang menerapkan Finger Print Test dan Drawing Compilation dalam mengetahui minat dan bakat anak anak sejak dini. Bahkan di Maxima Motiva yang di Pimpin oleh Pak Bekti tersebut sangat membantu orang tua dalam mengetahui bakat dan minat anak anak sejak usia dini. Sebutlah sejak kelas 1 Sekolah Dasar. Maxima Motiva mampu mendeteksi bakat seorang anak bukan hanya bakat lahiria tetapi dalam hal watak dan perilaku secara keseluruhan, sehingga memudahkan orang tua sang anak mengarahkan anak anak nya kelak.

Jadi jelaslah, Jual Diri yang saya maksud disini bukan menjual diri dalam arti negative. Bukan menjadi pribadi yang dengan mudahnya menyerahkan tubuh secara utuh dalam genggaman nafsu seksualitas belaka. Lebih dari itu. Jual Diri yang saya maksud adalah, setiap pribadi mampu menjual kelebihan dirinya yang positive yang memang ada dalam setiap pribadi umat manusia.

Sunday, March 11, 2012

JILBAB, TAK MENJAMIN SESEORANG MUSLIMAH

Minggu kemarin, saya menghabiskan waktu seharian bersama Keluarga. Mulai dari mengunjungi kebun binatang Bumi Kedatun hingga bermain di Pantai Mutun dan menyeberang ke pulau tangkil. Seru dan bahagia itu sudah tentu, dan bagi saya kegiatan seharian bersama keluarga tersebut merupakan bagian dari upaya saya untuk ‘membayar utang waktu’ yang pada minggu minggu lalu kerap saya gunakan untuk kegiatan sebagai ‘pria penghibur’ dari panggung ke panggung mencari sesuap nasi untuk anak istri. Bisa di katakan quality time lebih penting daripada sekedar kuantitas semata.




Tapi ketika hendak meninggalkan arena pantai di sore hari, anak saya yang pertama – si Abang, melihat sepasang muda mudi di sebuah pondokan tepi pantai sedang bermesraan. Dan tampa sungkan anak saya berucap “Ayah , ada yang lagi mesraan..”. Sontak saya juga jadi ikut melihat kearah yang di maksud oleh anak saya tersebut. Dan seperti yang kerap saya lihat juga bahwa sepasang muda mudi tersebut tengah asik bermesraan di pondokan yang memang hanya pas untuk berdua saja. Dan yang lebih membuat saya risih dan memalingkan wajah anak saya ketika saya lihat pemudi yang berjilbab itu sedang asik berpangkuan , berangkulan sembari tertawa kecil layaknya sepasang yang sedang di mabuk cinta.

Dalam perjalanan pulang saya kemudian mengingat ingat beberapa kejadian waktu lampau yang juga sering saya lihat wanita muda berkerudung lengkap dengan busana yang juga tertutup melakukan aksi mesra mesraan di tempat umum. Tempat yang semestinya tidak di pertontonkan kemesraan antara pria dan wanita, terlebih si wanitanya berjilbab.

Saya, bukanlah orang yang ahli agama. Saya pula tidak baik baik amat sebagai seorang umat. Tapi saya yakin juga bukan sebuah hal yang baik dan sesuai dengan tuntunan agama jika pria dan wanita – terlepas wanita itu berjilbab atau tidak, melakukan hal hal intim di depan public yang semua orang bisa lihat dan tahu dan kemudian akan jadi bahan gunjingan dan pembicaraan yang tak berkesudahan. Sama hal nya image wanita berjilbab kini. Saya sangat yakin bahwa wanita berjilbab tidaklah semua atas dasar niat melaksanakan perintah agama. Ada banyak motif di balik wanita mengenakan jilbab. Ada yang karena status sosial agar lebih di hargai dan di segani di lingkungan masyarakat, ada pula yang karena alasan alasan tertentu, misal ingin menikah dengan anak keluarga terpandang, sehingga memakai jilbab agar penikahan di lancarkan, ada pula yang karena berhasil mencapai suatu tujuan lalu mengenakan jilbab sebagai bagian dari nazar yang kesampaian. Ada pula motif mengenakan jilbab karena terjadi ‘sesuatu’ dalam area kepala hingga leher, misalnya terdapat cacat di bagian kepala atau leher, atau mengalami rambut botok, sehingga harus di tutupi dengan jilbab, atau yang lebih keren lagi adalah fenomena trend berjilbab ala jilbabers yang kini marak di kehidupan sosialita. Celakanya, kegiatan menutup aurat (berjilbab) tersebut tidak di iringi dengan menutup perilaku yang tidak sesuai dengan norma norma agama yang sudah semestinya di indahkan dalam agama, mengingat ilmu agama adalah ilmu yang tidak bisa di bantah lagi sebagai bagian dari umat beragama. Sehingga banyak wanita berjilbab tapi berpakaian super ketat sampai pakaian dalamnya Nampak mengecap. Ada pula wanita berjilbab tapi cara bicaranya yang ‘cablak’ tak ber-etika bahkan tidak ada tata karma layaknya wanita muslimah. Lalu ada pula sosok gadis berjilbab dengan perilaku yang hanya jilbab saja tapi selebihnya adalah kebrutalan si gadis yang kerap di umbar umbar. Maka tak heran jika melihat gadis berjilbab tapi berangkulan di tempat umum. Gadis berjilbab bermesraan dengan kekasih nya. Atau ada pula gadis berjilbab yang sangat mesra bergandengan sembari bercerita cinta dengan lelaki yang jelas jelas masih kekasihnya. Maka tak heran jika melihat Gadis berjilbab dengan Kekasihnya bermesraan di pinggir pantai layaknya memadu cinta tanpa pernah peduli dengan jilbab yang ia kenakantelah menjadi pemandangan biasa di lokasi pantai.
Sampai di sini, saya – sebagai bagian orang awam yang juga tak selalu sempurna menilai bahwa men-jilbab-i hati itu lebih penting ketimbang jilbab jilbab yang cendereung hanya hiasan di kepala tetapi kurang mengindahkan pedoman jilbab yang sebenarnya yang diajarkan oleh agama islam. Sejatinya Jilbab bukan hanya identitas trendy yang kini menjadi hits di kalangan masyarakat, tetapi juga menjadi identitas agama yang tak bisa di tawar, baik dari bentuk jilbab, jenis kain untuk jilbab sampai pada keharusan wanita berjilbab berlaku baik dan muslimah di muka umum.

Wednesday, March 7, 2012

3 PILAR PENGGANTI 3B.

Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sering saya menyimak fenomena fenomena baru yang muncul di kalangan generasi muda. Ada sekumpulan Pemuda yang dengan giat dan penuh kreativitas berkarya usaha dalam industry kreatif ; Event Organizer, Production House, Wedding Gallery, Music Event, dan lain sebagainya. Selain itu, ada pula anak muda yang giat melaksanakan beragam impian dan cita cita mereka melalui ketekunan mengikuti beragam ajang perlombaan, entah itu di skala lokal maupun nasional, bahkan sampai pada taraf internasional. Saya punya beberapa teman yang dengan aktif dan penuh semangat selalu menargetkan diri berhasil di beberapa cabang kompetisi. Lalu ada pula fenomena anak anak muda yang gemar berkarya di bidang musik atau dunia panggung. Sebutlah beberapa band kenamaan yang muncul pada periode 2005 hingga kini, semuanya di dominasi oleh band band baru yang masih muda dengan karya yang sangat variatif dan segar. Begitu pun dengan industri film dan hiburan lainnya. Singkatnya, menurut pengamatan saya, Sosok muda kini ini sangatlah berperan besar. Bahkan anak muda di elu elu kan sebagai pihak yang membawa progress perubahan secara signifikan dalan beberapa sudut kehidupan.


Tapi, di balik peningkatan peran pemuda di beragam kancah tersebut. Masih banyak pula kita jumpai sosok sosok muda yang jauh dari harapan. Dibalik prestasi gemilang para pemuda Indonesia di tingkat internasional, ada pula sosok muda di negeri ini yang masih berjibaku dengan jatidirinya sendiri. Masih belum memahami konsep dasar kehidupan dirinya dan masa depannya. Ada pula sosok yang hanya mengikuti arus, menjadi pengikut kebanyakan orang lainnya. Ada pula yang menenggelamkan diri dalam hiruk pikuk kehidupan sampai pada pergaulan bebas, dan narkoba yang berujung pada penjara atau tanah makam. Menyedihkan.

Berdasarkan kelompok muda yang tidaklah menyenangkan tadi, saya berfikir bahwa memang setiap individu perlu sebuah pedoman yang kuat dalam mengisi dan menata hidupnya untuk tujuan yang jelas di masa mendatang, selain peran Agama sebagai pondasi dasar dan orang tua sebagai pengontrol aktivitas dan sosial setiap individu muda tersebut.

ASPEK PENILAIAN

Pada tahun 2009, dalam keterlibatan saya di ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung sejak tahun 2003 hingga kini, saya mengusulkan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung sebagai institusi yang menaungi gerak dan karya Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang tergabung dalam Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung (IMKOBAL) untuk melakukan perobakan yang jelas pada system penyeleksian dan penilaian sosok sosok terbaik dalam ajang Pemilihan yang bersifat tahunan tersebut. Sistem penilaian tersebut meliputi dari sejak pencarian yang kemudian di sebut audisi hingga pada proses akhir yakni kegiatan finalis dan malam final, sampai pada beragam rancangan kegiatan pasca acara berakhir yang di rancang guna menempa setiap pribadi menjadi lebih matang dalam bersosialisasi dan bekerja menghasilkan karya. Dan berangkat dari itulah, sistem penilaian yang semula berdasar pada 3B (Brain, Beauty and Behavior) yang telah sejak lama di dengung dengungkan untuk sebuah kompetisi ‘Icon’ atau kecantikan, saya usulkan untuk menjadi sebuah konsep atau sistem penilaian yang lebih spesifik berbasis pada kebutuhan kehidupan secara universal. Karena jika mengacu pada Brain, belum lah terlalu spesifik, Brain/Otak seperti apa ?, apakah pintar secara Brain/Otak menjadi jaminan seseorang akan mudah bersosialisasi, berkarya dan di terima masyarakat atau team work?. Kedua menyangkut Beauty/Kecantikan/Tampilan, dalam hal ini cantik yang di maksud adalah cantik yang seperti apa ?, apakah cantik ada standarnya ?, apakah cantik yang di maksud seperti Dian Sastro ?, atau seperti Tamara Belzinsky ?. Artinya cantik disini yang saya artikan adalah relative. Ketika kecantikan di tataran Afrika tentu lain persepsi dengan kecantikan di dataran Eropa atau di India, terlebih lain pula jika cantik dalam arti kata versi adab ketimuran – Indonesia. Selain itu aspek bias lainnya adalah Behavior. Behavior atau manner atau attitude yang di maksud pun belum lah jelas dan begitu mengena pada sasaran yang di harap. Selama ini, banyak yang berfikir, bahwa Kelakukan baik yang seperti apa yang di harapkan bagi sosok muda unggul. Apakah kelakukan baik yang hanya di depan orang orang yang harus di baiki sehingga kemudian menjadi aroga ketika berhadapan dengan masyarakat biasa atau orang orang kelas menengah kebawah?, apakah kelakukan baik yang di buat buat sehingga tutur kata dan perbuatan segalanya di atur agar terlihat sempurna dan Nampak seperti sosok yang baik baik padahal semuanya adalah palsu ?. Semua tidak begitu spesifik.

Berdasarkan analiasa 3B yang belum spesifik itu lah, saya mengusulkan pada IMKOBAL dan Dinas Kebudyaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung kala itu untuk segera melakukan perombakan standard penilaian dengan seksama. Mengingat harapan nya adalah sosok sosok muda handal hasil pemilihan ini kelak akan di tuntut untuk menghasilkan karya nyata yang berguna dan berdampak baik bagi masyarakat luas, tidak hanya untuk dirinya sendiri sebagai pemenang, atau malah hilang setelah ajang berlangsung.

MENTALITY

Landasan pertama dan utama dari sosok muda handal yang saya harapkan dari ajang Pemilihan Muli Mekahani Kota Bandar Lampung adalah harus memenuhi standar Mentality yang baik. Mentality adalah penerjemahan dari kata pertama pada konsep 3B , yakni Brain. Mentality atau Mentalitas seseorang sangatlah berpengaruh pada kualitas seorang individu tersebut. Di tengah maraknya gempuran budaya barat dan gaya hidup yang glamour dan asing saat ini, Mentalitas memiliki peranan penting dalam penunjang kehidupan selain Agama dan Keluarga. Mentalitas adalah penentu dari kesuksesan seseorang. Konsep mental ini sebenarnya saya adopsi dari pemikiran pemikiran beberapa ahli akan ilmu mentality yang telah jauh lebih dulu berkata sebelum saya. Tapi dalam hal sebuah ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung, Mentalitas sebuah penentu mutlak dan pembanding daya juang yang lain. Karena dalam Mentalitas seseorang di tuntut untuk memiliki Daya Saing, Daya Juang, Daya Kompetisi dan Daya Fikir dan Konsep hidup yang jelas. Mental juga berpengaruh pada Spirit/Semangat dalam hidup. Bayangkan saja, hanya orang orang yang bermental baik lah yang mampu menghadapi sebuah kompetisi hingga tuntas. Jika anda bermental tempe, maka jangankan sampai tuntas, baru datang ke tempat perlombaan saja sudah takut, panas dingin dan akhirnya pergi meninggalkan arena sebelum berlaga. Kalah sebelum Perang. Sama hal nya dengan cakupan Mental. Hanya orang orang bermental baiklah yang tidak mudah down hanya karena hal hal sepele. Kini, banyak anak muda yang terpegaruh tontonan dan gaya hidup yang memudahkan mereka untuk BeTe – Bad Mood, tak berselera untuk melakukan apa apa jika sudah bad mood, itu semua terjadi karena mereka memiliki Mental yang lemah, mental tempe, mental rendah lebih rendah dari orang yang bertubuh rendah bahkan sama halnya dengan mereka yang kelak akan sakit jiwa dan tinggalnya di rumah sakit jika. Begitulah sekiranya Mentalitas mempengaruhi segala kemampuan diri. Mental rusak akan mempengaruhi terhadap kinerja seseorang. Hanya orang orang bermental baja lah yang berusaha dengan segenap jiwa raga sampai titik darah penghabisan. Karena Mental juga menentukan Daya Juang, Daya Fikir bahkan berpengaruh terhadap cara seseorang memandang dirinya. Tak mungkin seseorang dapat Percaya Diri jika mentalnya rusak. Mentalnya di penuhi dengan prasangka prasangka dan standar standar ideal manusia yang sangat di rekayasa. Dan sekali lagi. Tak akan mungkin seseorang bisa menggunakan Brain/Kepiawaian atau kepintarannya dengan maksimal dan tepat jika Mental nya terganggu.

PERSONALITY.

Aspek kedua dari 3 pilar yang saya usulkan adalah Personality. Personaliti/Kepribadian atau lebih tepatnya adalah bagaimana tampilan diri secara keseluruhan merupakan penjelasan spesifik dari kata Beauty yang masuk dalam kategori 3B yang sangat di agung agungkan banyak pihak tapi belum begitu spesifik penerapannya. Personality bukan hanya menyangkut tampilan diri, Personality pula tidak melulu membicarakan bagaimana berpakaian yang baik saja tapi juga meliputi manner, Etika dan Etiquet, Kematangan Personal atau pribadi seseorang. Penampilan anak kuliahan dan anak SMA tentulah beda, tapi belum tentu anak kuliahan memiliki kematangan dalam berpenampilan ketimbang anak anak SMA. Dan ajang Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung kerap membuktikan. Keterlibatan anak anak SMA tidak buruk seperti yang orang fikirkan sebelumnya. Anak SMA yang identik dengan dunia remaja namun menyimpan banyak Personal atau pribadi pribadi yang matang, jauh lebih matang dari usia mereka yang sebenarnya masih belasan. Berbanding terbalik dengan anak anak Kuliahan yang cendrung santai dan lebih memilih bermain aman, ketimbang melakoni babak kompetisi dalam fase kehidupannya. Meski sosok pribadi kuliahan tak semuanya buruk, ada pula yang baik. Tapi Personality seseorang tidak terlihat hanya dari tampilan luar semata, tetapi juga kematangan bersikap, berpenampilan, berperilaku dan kemudian berpengaruh pada cara pandang atau mind set seseorang di kemudian hari dalam kehidupannya. Personality pula menyangkut tentang kepiawaian dan kematangan dalam berkomunikasi, public speaking, bertegur sapa, karena belum tentu anak kuliahan pandai berkomunikasi, bahkan anak SMA kini lebih mahir bertutur verbal dari pada anak kuliahan yang canderung banyak bertutur secara visual. Selain itu, personality pun menyangkut keharusan individu memahami dan menerapkan konsep Intrapersonal dan Interpersonal Skill yang harus di miliki oralh setiap manusia dalam berkehidupan. Karena keduanya menyangkut kemampuan mengenali dan menata diri serta kemampuan mengenali dan menata lingkungan luar.

TALENT.
Talent atau Bakat adalah penerjemahan dari maksud keseluruhan konsep 3B.
Bayangkan jika seseorang tidak memiliki satu bakat pun dalam hidupnya ?
Mau jadi apa dia itu ?!.
Seburuk buruknya kondisi fisik seseorang, saya sangat meyakini bahwa Tuhan yang maha pencipta dan penentu hidup umat itu pastilah memberikan bakat padanya. Tak ada manusia yang di lahirkan kedunia tanpa bakat. Semua memiliki Bakat. Bakat tersebut memang ada yang sudah lebih dulu terlihat sejak kecil, tapi ada pula Bakat yang muncul karena proses dalam kehidupan. Bakat berdagang misalnya, tentulah sebuah Bakat atau kemampuan yang terjadi karena proses kehidupan yang terus menerus membawa seseorang kepada kemampuan berdagang. Tapi bakat dasar seseorang sudah pasti terlihat sejak kecil. Misal, bakat gemar bercerita, berbicara, bernyanyi, bakat suka bersosialisasi, bakat ringan tangan, suka menolong, bakat ramah tamah, sopan santun bahkan bakat makan lebih banyak dari orang orang kebanyakan lainnya.
Bakat juga bukan sesuatu yang instan. Itu sebabnya saya sering terkaget jika ada anak muda usia 25 tahun tapi tidak tahu bakat nya apa ?, sama artinya dengan buat apa dia hidup selama 25 tahun jika tidak mengenali dirinya memiliki bakat apa. Semua orang punya bakat. Tapi tentu ada yang porsinya besar hingga terlihat sejak kecil, atau mereka yang bakatnya kecil sehingga perlu proses pengasahan bakat secara berkala. Sebutlah seseorang dengan bakat bernyanyi. Tak semua orang terlahir seperti Mariah Carey, Celine Dion atau Beyonce yang sejak kecil memang memiliki suara merdu dengan lengkingan yang mencengangkan. Ada pula sosok sosok yang memang harus berlatih rutin dan kerja keras sampai olah vocal ke sekolah vocal terbaik supaya bisa bernyanyi dengan keindahan suara hasil dari proses belajar nya tersebut.

Dan bakat pula menjadi pembeda seseorang dengan orang lain. Tengoklah Agnes Monica – untuk contoh celebrities di Tanah Air. Sosok Agnes Monica telah kita tahu sejak kiprahnya pada usia belia di layar kaca. Agnes telah wara wiri memandu acara dan bernyanyi anak anak sama halnya dengan jajaran penyanyi anak anak sebaya Agnes kala itu ; Dea Ananda, Leony, Geovani, Puput Melati, Joshua, Tina Toon, dan lainnya. Dan – tengoklah Agnes Monica sekarang di antara para nama anak anak teman sebayanya yang saya sebutkan tadi. Lihat betapa Agnes jauh lebih gemilang dan memiliki posisi yang sangat jauh lebih tinggi ketiban anak anak sebayanya. Berdasarkan Fenomena tersebut secara garis besar mengatakan bahwa Bakat dan Talenta Agnes Monica jauh lebih unggul dan lebih besar ketimbang para penyanyi ‘ecek-ecek’ tersebut. Agnes memiliki segalanya ; Mental yang kuat, Personality yang baik dan tentu di topang oleh Agama dan Keluarga yang sangat men-support-nya dengan segenap jiwa raga. Itu baru satu contoh yang secara kasat mata bisa kita simak. Belum lagi contoh contoh personal lain yang bisa kita bandingkan sebagai pembeda seseorang yang punya bakat dengan yang tidak punya bakat. Lihatlah di sebuah pesta. Hanya sosok sosok yang punya bakat berkomunikasi dengan baik lah yang mampu menguasai keadaan dan berkenalan dengan banyak orang ketimbang mereka yang bakatnya hanya makan atau hanya memilih diam di sudut ruangan sembari menjejali perut dengan makan gratisan. Lalu liat pula orang orang yang memiliki bakat pasti jauh lebih mudah terkenal di kalangan kampus atau sekolah karena cetakan prestasi yang ia toreh berdasarkan bakatnya ketimbang anak anak lainnya yang hanya bisa bergaya dan mencela. Bakat juga membuat seseorang jadi tidak biasa. Pembeda orang sukses dengan pecundang adalah bakatnya untuk jadi orang sukses. Pembeda orang satu dengan orang lainnya adalah melalui bakatnya. Bukankah pencari kerja melakukan jalur yang sama ; mengirim surat lamaran dan interview jika telah menerima panggilan interview. Tapi hanya orang orang yang memiliki bakat yang relevan dengan posisi pekerjaan lah yang di terima dan di pekerjakan. Itu sama halnya dengan upaya keras yang kita lakukan sungguh sungguh hanya akan berhasil jika kita memiliki bakat menonjol dibanding orang orang yang berbakat ‘rata-rata’ . Jika anda belum mengetahui bakat anda, silakan cek apa yang menjadi minat terbesar dalam diri anda, dan kembangkan dengan tetap setia pada proses belajar dan berkarya.

Sunday, March 4, 2012

KEINDAHAN DIAM

Tak banyak yang tahu, jika di balik pekerjaan saya yang mengharuskan bicara di depan public saya juga sosok yang menyukai rutinitas diam. Bagi saya, ada beberapa bagian dalam rutinitas keseharian saya yang hanya saya isi dengan diam. Diam bukan hanya tidak bicara, tapi diam di sela aktivitas yang padat dan kemudian bercengkrama dengan alam bawah sadar saya sendiri tanpa perlu meminta argument dari siapapun. Dan itu semua sudah lama saya lakoni.



Seingat saya, dunia kecil saya yang akrab dengan banyak keterbatasan lah yang membuat saya sering diam untuk beberapa hal. Diam untuk tidak berambisi melebihi kemampuan materi. Diam ketika ada teman teman yang bisa membeli mainan dengan uang pemberian ayahnya, sedangkan saya adalah anak dari orang tua yang bercerai yang sudah barang tentu tidaklah memiliki waktu untuk bilang ke Ayah atau Ibu hanya untuk beli mainan baru. Dan makin beranjak dewasa, rutinitas diam kerap saya jadikan sarana bicara pada diri sendiri. Sampai kin, saya masih sering me-non-aktifkan ponsel dan kemudian berjalan di keramaian yang saya fikir disana tak akan menemukan siapapun yang saya kenal. Atau saya naik komedi putar sendirian di arena pasar malam. Atau hal hal lain yang selalu saya lakukan sendiri untuk me-retas kesendirian tersebut dalam dunia diam saya yang memang hanya ada saya tuhan dan sang pencipta saja.

Bagi saya, diam itu bukan hanya sekedar emas – jika menurut pepatah, tapi dalam diam, saya bisa berbicara pada diri untuk banyak kondisi. Apapun yang terjadi. Ketika saya sedang ‘down’, di –zolimmi, atau bahkan di fitnah, tak ada hal yang lebih baik selain diam. Diam untuk tidak terlalu menanggapi apapun tanggapan negative yang orang lainlekatkan kesaya. Sama ketika setiap tahun dalam rangkaian urusan event pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung, ketika beberapa pihak memandang bahwa saya menerima uang suap atau sogokan untuk memenangkan salah satu pihak, dan itu selalu terjadi setiap acara berlangsung dalam setiap tahunnya. Tapi uniknya hal itu selalu terjadi seiring dengan tidak ada nya bukti yang benar benar bisa membuktikan bawah saya menerima sogokan. Sangat berbanding terbalik dengan kompetisi serupa yang memang terang terangan menjajakan gelar untuk senilai jutaan rupiah. Lantas kemudian sorotan negative terus berdatangan ketika melihat banyaknya keberuntungan yang saya dapat. Dan lagi lagi saya hanya diam saja. Saya tidak perlu menanggapi apapun perbincangan orang tentang saya. Sama hal nya saya tak pernah mau di konfrontasi oleh pihak manapun, saya juga tidak mau di judgment dalam sebuah rapat yang di rekayasa untuk menjatuhkan saya, saya pun tak mau ambil bagian dari sebuah kegiatan yang menurut saya tak ber-faedah sama sekali atau sebuah acara yang hanya ceremonial semata karena pemenang dari acara tersebut sudah ada dengan senilai dana yang tersedia di belakangnya. Bagi saya, diam untuk tidak terlibat dalam beberapa hal yang tak menambah ‘naik hati’ nya saya, itu lebih baik.
Selain itu, kini saya juga memahami bahwa diam yang saya lakukan terkadang ada baiknya untuk tidak menguras tenaga saya untuk ber-emosi ria dalam hal hal sepela yang tak begitu penting. Sama halnya pula ketika saya di fitnah dan di bicarakan yang tidak sebenarnya oleh pihak pihak yang bisa jadi tidak menyukai apa yang saya lakukan sejauh ini untuk karier maupun untuk diri saya pribadi. Selanjutnya saya hanya diam saja. Tak perlu dibalas, di jawab apalagi di klarifikasi. Biarlah semua orang menilai, Karena memang setiap pihak bebas menilai dan memiliki hak untuk menilai apapun penilaiannya. Dan sampai kini pun saya masih saja melakukan aksi diam untuk hal hal yang sebenarnya saya cukup ‘risih’ tapi ada baiknya saya sembunyikan baik baik segala hal ‘risih’ itu dalam gelagat ceria dan senyum senang yang saya selalu pancarkan pada siapa saja. Bahkan dalam diam saya benar benar kerap menemukan kedamaian. Berdamai dengan diri sendiri. Berdamai untuk segala ketidaknyamanan yang selalu terjadi. Karena hakekatnya diri ini hanya sendiri. Sendiri untuk menangani banyak hal, dan sangat menyadari bahwa segala hal di dunia ini tak bisa kita buat segalanya sempurna dan sama seperti apa yang kita inginkan. Jadi cara terbaik adalah ; Diam.

Saturday, March 3, 2012

SELEMPANG = PROUD AND MISSION

Pada gelaran RAKORNAS ADWINDO ke 3 Tahun 2012 yang lalu, di tahap Diskusi Panel dari Pihak Kementerian yang di sampaikan oleh Pak Yabes ada sebuah tag line yang cukup menggelitik. Beliau sempat mengungkapkan bahwa Selempang yang di sandang dan melingkari bahu hingga dada setiap para Duta Wisata di seluruh Indonesia itu adalah Gabungan dari sebuah Kebanggaan sekaligus juga Misi untuk melaksanakan bagian dari apa yang menjadi tanggung jawab para juara tersebut.




Kebanggaan yang di maksud sudah barang tentu, kebanggaan menjadi pemenang. Telah terpilih menjadi pemenang dari seluruh sosok yang berlaga dan menjadi kompetitor selama rangkaian acara berlangsung. Kebanggaan karena melalui beragam tahap dalam sebuah kontes pemilihan icon atau duta wisata di daerah masing masing atau di tingkat nasional. Kebangga ini pula lah yang kelak akan menjadi alasan mengapa setiap juara harus sadar diri selalu menggunakan selempang dalam setiap tugasnya. Karena dasar dari selempang bukanlah bentuk dan corak atau tulisannya semata melainkan juga kebanggaan karena tak semua sosok dalam lomba dapat memiliki selempang jika memang dirasa kurang pantas.

Kata kedua yang tersirat dari sehelai selempang yang disandang adalah Mission. Mission yang di maksud adalah Misi dari setiap individu yang memiliki selempang untuk terus menerus berkarya dan bekerja sesuai dengan tugas dari sebuah kompetisi tersebut. Layaknya KOmpetisi yang mengunggulkan gabungan dari keindahan rupa, keindahan personality dan sikap tentu misi yang die man adalah bagaimana menjadi sosok terdepan dalam bidang bidang yang mencakup pada aktivitas khalayak ramai. Kegiatan yang bersumber serta bermanfaat bagi masyarakat banyak tentulah sangat di harapkan. Setiap pemenang yang memiliki ‘selempang’ tentu di harapkan dapat menjadi garda terdepan dalam penciptaan kreativitas di lingkungan dimana ia tinggal dan berkarya.

Nah, jika seorang pak Yabes menyoroti bahwa selempang bukanlah sebuah mainan tapi sebuah gabungan unik dan khas dari sebuah kebanggaan dan misi. Kebanggaan akan seorang sosok yang unggul di banding yang lain, serta misi untuk terus dapat menghasilkan karya. Tentu saja karya yang bermanfaat bagi semua pihak. Tapi sayangnya saat ini tak sedikit dari para pemenang beragam ajang pemilihan Duta Wisata di manapun yang belum memahami arti dari selempang yang di sandang. Masih ada rasa malu dan gengsi menyematkan selempang dalam setiap tugas yang semestinya ia bangga mengenakannya. Ada pula sebuah kebanggaan yang di salah artikan. Kebanggaan yang bisa jadi datang bukan karena dari perjuangan tapi karena ‘sogokan’, sehingga wajar saja jika setelah menang tidak memiliki visi dan misi untuk berkarya. Ajang berakhir, maka berakhir pula lah langkah untuk berkarya nyata. Tak banyak dari setiap personal yang memahami betapa banyak makna tersirat dari selempang yang di dapat. Meski itu bukan juara pertama, meski hanya juara predikat, atau hanya sekedar finalis saja. Tapi selempang yang di peroleh adalah buah karya dari kerja keras. Sebuah benda yang tak bisa di ukur dari uang, meski harga selempang tidaklah mahal, dans emua orang pun bisa bebas membeli selempang dan sekehendak-hati membubuhkan gelar aapun yang mereka mau. Tapi tentu bukan itu makna sebenarnya dari selempang kemenangan.

Di lain pihak, Kebanggan dan Visi itu tentulah berbanding sama dengan sebuah pembuktian dari apa yang di niatkan. Maka tak heran jika banyak sosok yang menghilang setelah ajang pemilihan berakhir, bisa jadi juga karena mereka tak memiliki niat untuk mengabdi pada almamater dimana mereka berasal. Layaknya Ratusan lulusan sebuah Sekolah Menengah Atas, sudah barang tentu yang masih memberi sumbangsing pada almamater hanya beberapa, selebihnya tentulah hilang di telan zaman, atau bisa di bilang mati jiwa kala raga masih hidup. Atau kisah lain para personal yang melakukan ‘koleksi’ selempang dengan terang terangan. Ikut pemilihan di satu kabupaten dan kabupaten lain, satu kota dan kota lain, tapi tak ada satu pun karya yang ia berikan dan dedikasikan bagi tempat dimana ia mengikuti ajang pemilihan tersebut. Tak ada yang salah dengan hal tersebut. Yang salah adalah ketika keikutsertaan dalam ajang pemilihan hanyalah ikut ikutan semata, tanpa pernah tahu tujuan pasti dan jelas dari keikutsertaan dirinya sendiri. Sama halnya dengan upaya pencarian ‘mata pencaharian’ dari ajang pemilihan. Atau hanya jadi pelengkap saja.

Thursday, March 1, 2012

MENIKMATI 32




Hari ini – Kamis, 1 Maret 2012. Pada Jum’at lalu usia saya baru saja memasuki 32 tahun. Sebuah usia yang tidak lagi muda, tepatnya beranjak tua, dan di tuntut untuk terus dapat mawas diri dalam segala hal. Tapi saya punya banyak cara untuk menikmati hari hari saya dan merayakan kesenangan kesenangan kecil yang kerap saya lakukan sendiri. Tanpa perlu perayaan dari siapapun. Benar – benar sendiri. Sama hal nya seperti hari ini, Saya menyempatkan me-refresh diri dengan mendatangi Theatre 21 untuk memanjakan imaji dengan tontonan Negeri 5 Menara. Selain untuk menghibur diri, Film tersebut memang telah lama saya idamkan untuk di tonton, pasalnya saya telah lama menamatkan membaca bukunya yang saya nilai sangat bagus dan inspiratif.

Selain film Negeri 5 Menara memang layak jadi tontonan wajib para remaja di Negeri ini, Setidaknya saya telah melakukan sebuah ritual menikmati waktu ala saya sendiri, setelah beberapa menit sebelumnya mengikuti rapat – lebih tepatnya mendengar pemaparan.

Tak banyak pemimpin yang mampu melihat sebuah masalah dari dua sisi. Celakanya jika sang pemimpin tersebut mendapat info hanya dari satu pihak. Dan lebih celaka lagi ketika pihak yang memberi info tersebut tak begitu mengetahui dengan pasti info yang ia sampaikan. Tapi justru disinilah terletak keunikannya. Jika pemimpin hanya menyimak dari satu pihak, ia cenderung memberikan sebuah pemaparan, cendrung menerka dan menilai tanpa pernah menerima klarifikasi dari apa yang ia nilai itu sendiri. Atas nama apapun, terkadang banyak pihak yang megatasnamakan kebersamaan, kepentingan bersama, dan hal lainnya.

Bagi saya, perjuangan untuk melakukan yang terbaik yang saya bisa itu lumrah. Tak dianggap itu biasa. Dapat cercaan, hinaan, sanggahan negative itu juga kerap saya alami. Tapi ketika segala upaya yang telah saya kerahkan ternyata hanya di nilai biasa saja dan tak pernah mendapat pengakuan langsung, saya fikir ada baiknya dan sudah waktunya saya berkarya di ranah lain. Ranah yang menerima saya dengan segala macam bentuk keterbatasan. Ranah yang memahami bahwa saya juga manusia yang tak pernah sempurna. Bisa jadi pula apa yang saya lakukan ini bagi beberapa pihak tak begitu meng-enak-kan posisi pihak yang memberi info salah tersebut. Sehingga menjadikan celah mudah bagi si penyebar berita negative untuk memupuk ini menjadi peluang agar saya menjadi lebih terpojok. Sampai di kondisi ini, saya masih biasa saja. Bagi saya apapun yang di inginkan semua bisa di bicarakan bersama. Mengapa ada ini, mengapa ada itu, tentunya ada alasannya. Dan sayangnya Pemimpin saat ini tidak bisa melihat alasan tersebut dengan jelas. Menilai dan Meng-evaluasi tetapi tidak mendengarkan alasan di balik penyebab hal tersebut terjadi. Tapi saya tak begitu kecewa. Bagi saya kompetisi itu bukan hanya dengan pihak luar. Tapi juga dengan internal sendiri. Bahkan berkompetisi dengan diri sendiri. Untuk mengalahkan ego, mengalahkan kekuatan akan kekuasaan dan kemudian bisa menerapkan segalanya dalam kondisi dua pihak. Bukan satu pihak.

Begitulah sekiranya pemikiran saya berkumandang di tengah indahnya sinematografi film Negeri 5 Menara bahkan alur cerita yang membuat saya terhanyut dan beberapa kali dalam beberapa adegan membuat saya menangis. Saya fikir, bisa jadi saya harus memperlambat langkah ini. Bisa jadi semua telah bosan dengan ke-agresif-an diri ini sejak beberapa tahun terakhir. Bisa jadi apa yang saya lakukan tak segalanya berguna buat banyak pihak. Bisa jadi juga semua yang saya lakukan hanya biasa saja. Atau bisa jadi pula unsur tak begitu menyukai akan karya nyata yang sudah saya buat selama ini. Tapi yang saya yakin, meski Copy Paste itu bisa di lakukan semua pihak. Masternya tetap ada di saya. Dan saya masih menikmati diri dalam ruang sempit yang di tawarkan untuk diri ini. Sama dengan nikmatnya pertambahan usia saya kini, 32 tahun hidup di dunia. Alhamdulilah.