Friday, January 27, 2012

TAK SEMUA BISA MULTI-TASKING




Saya kerap melihat beberapa orang melakukan satu pekerjaan sembari melakukan pekerjaan lainnya. Misal, menelpon sambil menulis isi pembicaraan di telepon, memasak sambil mengiris bumbu masakan selanjutnya, mengendarai kendaraan sembari bercerita dengan rekan lain selama berkendara, dan masih banyak lagi contoh lainnya.


Itu semua baru hal ringan yang saya yakin banyak yang bisa melaksanakannya dengan baik. Dalam tarap yang lebih tinggi lagi ada contoh dari teman teman yang saya amati. Mereka mampu memimpin rapat sembari menemukan konsep sebuah acara. Ada seorang sutradara film merangkap lakon utama dalam film tersebut. Lalu ada pula Pengantin yang ternyata mengurus semua kebutuhan pesta pernikahannya. Ada pula seorang Mahasiswa yang fokus belajar tetapi masih sempat meluangkan waktu di organisasi dan menjalankan tanggung jawabnya di organisasi dimana namanya tercantum.


Tapi ternyata di balik pengamatan saya tentang orang orang diatas tadi, ada pula pribadi pribadi yang tak bisa melakukan hal hal lain di luar dari pekerjaan utama yang sedang ia lakukan. Tak semua orang bisa menyetir mobil sambil bercerita dengan rekan di sebelahnya. Tak semua orang bisa memasak sembari meracik bumbu untuk masakan selanjutnya. Tak semua orang melakukan perencanaan konsep pertunjukan tapi ia juga akan menjadi bagian dari pertunjukan tersebut.


Celakanya, era modern saat ini, setiap individu sebenarnya di tuntut untuk bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Mengingat segalanya harus cepat. Karena bagi yang lambat adalah ketertinggalan yang pantas jadi ganjaran. Lalu belum lagi harus membagi fikiran akan sebuah hal lain di saat melakukan satu atau dua pekerjaan dalam satu waktu. Harus membagi waktu pula dalam menjalani rutinitas. Menahan diri untuk berkata tidak terhadap sesuatu yang tidak pokok.

Jika di telisik lebih lanjut, kepiawaian melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu memberi dampak positive pada kemapanan diri dalam bertindak dan bersikap. Terlebih untuk efesiensi waktu dan efektivitas pekerjaan. Sudah barang tentu jika beberapa pekerjaan di lakukan dalam waktu yang sama akan memberikan waktu luang lebih banyak di kemudian ketimbang menunda - nunda pekerjaan. Selain itu, pribadi pribadi Multi-Tasking juga lebih kuat di bandingkan mereka yang hanya aman dengan satu hal di satu waktu. Mereka yang Multi-Tasking lebih siap menghadapi keadaan buruk sekalipun, tidak mudah panik apalagi down atau malah depresi. Mereka yang Multi-Tasking juga cenderung memiliki Mental yang sangat kuat dalam pertahanan ketidaknyamanan atau ketidakberpihakan kondisi riil di lapangan.


Bisa jadi, kecanggihan teknologi lah yang memanjakan sosok sosok muda yang tak mampu mengemban tugas multi tasking. Tak semua mahasiswa mampu belajar di kampus sembari berbisnis di luar jam kampus. Tak semua mahasiswa bisa membagi waktu antara tugas belajar di kampus dengan tugas di ke-organisasian. Bahkan tak semua mahasiswa mampu berfikir yang terbaik untuk dirinya sendiri ketimbang hura hura dan berleye leye. Tapi anehnya untuk masalah pacaran, anak muda zaman sekarang selalu ada waktu. Berfoya foya dan hura hura adalah tujuan penting di masa muda mereka.

Bisa jadi pula arahan orang tua sejak mereka kecil hingga dewasa tidak menuntu mereka menjadi pribadi kuat dengan tugas tugas yang kompleks dan multi tasking tersebut. Sehingga tak jarang di jumpai anak anak muda yang galau, yang kegiatan rutinnya hanya Kampus – Rumah, Kampus – Rumah, begitu setiap hari, rutinitas rutinitas aman, kalaupun ada tambahan selain ke Kampus yak e Mall atau ke Salon atau Hangout berlama lama di Café, Bercanda ria tak berfaedah dan hura hura tampa jeda. Ini sebuah hamparan nyata akan bentuk generasi muda kin. Kebanyakan begitu, meski tak semuanya begitu. Tapi uniknya hanya sedikit pribadi muda yang multi tasking. Kebanyakan terlena dengan duniawi dan hidup dalam rutinitas aman atau comfort zone.

Thursday, January 26, 2012

SENTUHAN KECIL MAMA





…”Bernyanyilah, Ungkapkan segalanya ketika menyanyi ..”
Sepenggal kalimat itu pernah terucap dari mendiang Mama .


Dulu, Indra kecil adalah sosok pemalu. Sampai ketika Mama mendatangi ruang tidur ketika ia mendengar saya menyanyi beberapa buah lagu.
“Bagus”. Ucapnya singkat. Dan karena sanjungan singkat itulah aku terdiam.
“Teruskan, Mama senang mendengarnya.” Ucap Mama selanjutnya.
Saya makin terdiam sembari malu tertunduk.

Sejak itu saya makin ragu untuk bernyanyi. Antara senang tapi ada rasa takut kalau kalau apa yang saya perbuat tak berkenan di Mama. Tapi ternyata Mama berfikir lain. Ia mulai sering bertanya ada saya, apa saya tertarik untuk ikut lomba menyanyi. Awalnya tentu tak pernah saya ia kan. Tapi lama kelamaan Mama ternyata punya jurus jitu untuk melunakkan hati saya yang pemalu dan ragu kala itu.
Mama sering mengiming imingi saya dengan baju baru dan sepatu baru jika saya mau tampil di panggung perlombaan. Dan anehnya berawal dari ‘sogokan’ benda benda baru itulah kepercayaan diri saya semakin terasah. Saya ingat Mama begitu antusias menjahitkan baju tampil saya pada penjahit langganan di kampung kami. Dan Mama sangat piawai memadupadankan busana lomba saya. Mama tidak pernah kehabisan ide. Ia sangat pintar memadukan sesuatu yang tak umum tapi tampak begitu indah ketika saya berada di Panggung. Pernah sekali waktu dalam sebuah Festival Menyanyi tingkat Kecamatan, saya mendapatkan dua gelar sekaligus ; Juara 2 plus Peserta dengan Busana terbaik pilihan Panitia Lomba. Hahahah.

Di balik semangatnya Mama mendukung saya tampil di ajang ajang perlombaan menyanyi bukanlah karena ia ingin anaknya memenangkan perlombaan tersebut. Tidak sama sekali. Mama tidak pernah kecewa meski saya kalah. Pernah suatu ketika Mama menyarankan saya untuk introspeksi dan mempelajari kekurangan saya ketika saya kalah dalam perlombaan menyanyi. Dan begitu seterusnya. Mama selalu mengoreksi dan mengoreksi penampilan saya. Meski yang saya tahu saya tidak pernah meraih Juara 1, tapi ia tak pernah lelah untuk terus menyemangati. Mama pernah bilang bahwa Pemenang itu tak harus juara 1. Karena Pemanang yang paling baik adalah yang bisa memanfaatkan kemenangannya untuk menyenangkan orang banyak. Dari penuturan demi penuturan Mama kemudian saya memetik hikmah di balik beragam ungkapannya itu.
Semakin beranjak remaja, semakin saya memahami banyaknya pelajaran dari beragam pengalaman dunia panggung yang saya lakoni. Dari sukses menjajal panggung perlombaan, festival sampai pada Panggung komersil. Saya – Indra remaja, kala itu, menjelma menjadi sosok penyanyi komersil, mulai dari profesi Penyanyi kawinan, Penyanyi acara acara ghatering atau Launching Product, hingga menyanyi di beberapa acara tingkat Pemerintahan. Perlahan, saya menjelma menjadi sosok yang sangat piawai di atas panggung. Berkat Mama lah semua itu terjadi. Saya tak pernah membayangkan saya bisa apa jika saja Mama tidak pernah ‘mendorong-dorong’ saya untuk aktif mengikuti beragam perlombaan menyanyi. Berkat Mama pula lah saya di izinkan menjadi penyanyi café, restoran bahkan menyanyi di Pub atau club malam, meski harus pulang larut malam bahkan dini hari. Apa jadinya Indra kini jika saja Kemampuan dan Kepercayaan-diri itu tidak di pupuk Mama sejak usia belia. Kini saya melihat hal serupa di setiap acara lomba menyanyi. Dukungan penuh dari orang tua, ada tepuk tangan meriah nan bangga dari orang tua pada anak anak nya yang berlomba.

Terima Kasih pada Mama atas sentuhan indahnya. Saya baru memahami bahwa apa yang dulu Mama lakukan benar benar menempa saya jadi sosok anak yang bertalenta- bukan sekedar anak manja yang hanya meminta uang dan merengek tanpa pernah berusaha dan berprestasi membanggakan orang tua. Terima kasih Mama, atas sentuhan besar pada tubuh kecil saya sejak dulu.

Friday, January 20, 2012

NYAWA KEDUA




Nyawa Kedua ?
Pernahkah anda mendengar ada seseorang yang memiliki Nyawa kedua ?. Secara nyata tentu tak akan ada seseorang memiliki dua nyawa. Tapi bisa jadi kita melihatnya dalam karya fiksi media yang dengan apik di ketengahkan di hadapan kita yang merupakan bagian dari rangkaian imajinasi.
Tapi, yang saya maksud nyawa kedua disini, betulan ada.
Ada dalam tiap tahap hidup kita yang sesungguhnya. Pernahkah kita berfikir untuk meluangkan waktu menyimaknya?.

Jadi begini hasil pengamatan saya.
Setiap kita, adalah pribadi pribadi yang hebat yang di utus Tuhan mendiami bumi dengan beragam kisah. Ada suka, duka, sedih, merana, bahagia dan sebagainya. Segala sesuatu telah ada garisan dari sang Pencipta, dan kita sebagai manusia sang pelaku hidup harus berjuang keras dengan beragam cara agar apa yang kita alami dapat sesuai dengan apa yang kita harap. Meski tak segala yang kita dapat adalah hal terbaik tapi setidaknya kita dapat belajar dari banyaknya hikmah yang hadir dari rangkaian kejadian dalam hidup tersebut.
Nah, nyawa kedua yang saya maksud adalah, sebuah spirit yang di miliki oleh setiap insan yang dapat bangkit lagi setelah terpuruk dalam hal yang menimpanya. Setiap hal berat yang membebani diri tentu bukan alasan bagi manusia untuk benar benar terpuruk.

Saya punya teman yang mengalami keterpurukan di satu sudut hidupnya, meski di sisi lain ia memiliki kekuatan besar. Ada seorang teman yang memiliki segalanya secara materi. Ia dapat membeli benda apapun yang ia inginkan, tetapi di sisi lain melakoni diri dalam keterpurukan kondisi berumah tangga. Sama halnya ada seseorang yang sukses di karier tapi berantakan dalam hal rumah tangganya. Nah, yang saya tahu ada banyak teman saya yang mampu memperbaiki diri dari keterpurukan satu sisi yang terjadi pada mereka, tapi ada pula teman yang tak bisa bangkit dari hal buruk yang terjadi. Disinilah peran kekuatan Nyawa kedua yang saya maksud kan tadi. Ada banyak cara untuk membangkitkannya, bisa dengan berbagi – membagi beban diri pada sosok yang di kira pantas dan bisa di percaya serta dapat menjadi sosok ‘problem solving’.

Tapi celakanya, tak semua individu dapat mengemban dan menata diri dengan baik. Tak semua pribadi dapat memandang dirinya dari beragam sisi. Kecenderungan seseorang untuk mengambil keputusan sepihak, pandangan dari satu sisi atau hanya menuruti emosi lantas memutuskan sesuatu yang dampaknya tak begitu baik di kemudian waktu. Lalu jika sudah seperti ini seseorang yang tak dapat bangit lantas mencari kambing hitam dari beragam persoalan yang ia hadapi. Padahal segala kunci dari persoalan tersebut adalah diri sendiri. Bukan dari orang lain.!

Bayangkan bahwa ketika kita jatuh dalam proses berjalan, tentu secara akal sehat kita segera berdiri tegak kembali dan mulai membenahi langkah kaki selanjutnya agar tidak terjatuh untuk keduakalinya. Dan begitu pulalah yang di harapkan dari kemampuan Nyawa kedua. Beberapa teman saya sukses dengan menata hidupnya. Dapat memahami dan menerima kekurangan pasangan dan kembali berdamai. Ada pula sosok yang mengikhlaskan segala hal buruk yang dahulu terjadi dalam hidupnya, Layaknya kehilangan seseorang yang di cintai, di khianati kekasih atau bahkan pasangan hidup, atau bahkan terpuruk dari bisnis dan ambruknya jenjang karier cemerlang yang telah jauh hari di susun dengan rapih.

Semuanya kembali pada diri sendiri. Sebagai Individu untuk dapat bangkit lagi. Meraih nyawa kedua agar tetap waspada. Karena kematian yang paling parah adalah mati hati ketika hidup masih bernyawa.

Thursday, January 19, 2012

KONTRIBUSI ?...



Kontribusi berdasarkan sifatnya adalah kata benda yang mewakili sesuatu hal, bisa berupa Sumbangan atau sumbangsih akan suatu hal yang lain. Jika dalam sebuah kegiatan berorganisasi atau perkumpulan, Kontribusi bisa di artikan sebagai uang iuran atau uang sumbangan para anggota kepada organisasi tersebut. Tapi jika kata kontribusi di definisikan di dalam lingkungan kerja bisa bermakna sebagai bentuk sumbangan atau karya nyata yang berdampak langsung terhadap alur atau deskripsi pekerjaan tersebut.

Nah, sejak Desember 2011 lalu, saya di kejutkan oleh pernyataan seseorang yang cukup senior dan sangat saya hormati di wilayah kegiatan saya dan sebenarnya entah dalam keadaan sadar atau mungkin sedang ada masalah lain sehingga kalimat kontribusi itu bermuara ke diri saya. Sang Senior mempertanyakan kontribusi yang telah saya berikan terhadap pekerjaan saya. Dan itu hal unik dan cukup membuat saya terhenyak. Entah karena emosi atau memang sengaja, mengungkap bahwa selama saya bekerja tak ada Kontribusi nyata dan langsung terhadap wilayah kerja saya.
Ada baiknya Saya memaparkan beberapa hal yang sekiranya menurut saya sedikit banyak merupakan karya yang saya dedikasikan pada wilayah kerja atau area dimana saya tinggal. Seingat saya, pada Akhir tahun 2008, tepatnya bulan September akhir saya telah bergerak mengupayakan untuk terwujudnya Organisasi yang menaungi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Mengingat hal ini belum ada kejelasan dari tahun tahun sebelumnya. Saya – yang merupakan bagian kecil dari ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung tahun 2002, merasa terpanggil untuk membuat wadah kreatif dan positife demi bukti nyata secara langsung pasca acara pemilihan terjadi. Layaknya Ikatan Abang None Jakarta, Cak Ning Surabaya, Putra Putri Solo, dan jenis jenis lainnya yang telah jauh lebih dulu meng-ikrarkan diri dalam bentuk organisasi binaan Pemerintah Daerah masing masing dalam berkarya. Nah, berdasarkan itulah progress untuk mewujudkan itu telah saya mulai sejak akhir tahun 2008. Dan kemudian pada perjalananya tidaklah mudah. Ada banyak kendala dan kesulitan baik yang datang dari dalam diri saya sendiri maupun dari exsternal yang mengkondisikan segalanya terwujud. Dan dengan berjalannya proses akhirnya dapat di legitimasi dengan pasti, meski awalnya hanya legitimasi ringan di akhir Oktober 2008. Tapi bagi saya itu tonggak sejarah dalam proses tumbuh kembangnya organisasi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang saya harapkan. Singkatnya. Tahun 2009 kemudian di lantik dengan konsep jelas, berbadan hukum dan memiliki AD/ART serta masuk dalam usulan Bantuan Sosial Kepemudaan dalam APBD Kota Bandar Lampung. Untuk yang satu ini, patut kiranya saya menyebut bahwa Saya – Indra Pradya adalah Founder untuk Lahirnya Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung (IMKOBAL) secara Legitimasi yang syah dan jelas berbadan hukum dan di akui secara hukum. Meski saya tidak akan pernah melupakan beragam pihak yang membantu mewujudkannya dan juga memberi supports besar di balik kelahiran IMKOBAL dahulu.

Selanjutnya, Sebelum memberi cap pada saya yang di kira tak memiliki Kontribusi, ada baiknya melihat perkembangan berkegiatan yang saya lakukan dan saya emban di beberapa waktu kemudian sejak IMKOBAL berdiri. Progress acara, ide ide kreatif seperti penerapan system audisi pada ajang Pemilihan Muli Mekhanai di tahun 2010 hingga kini (InsyaAllah), dan event event yang tercipta serta lahirnya pribadi pribadi binaan yang teruji baik secara tertulis maupun praktek di lapangan, tak lepas dari pemikiran dan upaya yang saya lakukan dengan sungguh sungguh. Jika saya di rasa selalu meminta imbalan, itu salah besar ?. Setiap saya terlibat di event yang berhubungan dengan Seni, Budaya dan Pariwisata, saya tidak pernah mengharap imbalan besar atau terlalu hitung hitungan professional di awal acara, beda halnya jika saya berhadapan dengan dunia panggung komersil di luar sana, tarif saya jelas dan tak bisa di tawar rendah untuk sebuah alasan professional. Tapi untuk pekerjaan dan dedikasi, seingat saya ada banyak acara yang saya rela menerima bayaran ala kadarnya, di bayar dengan sepiring makan siang, bingkisan atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Dan ini bisa jadi tak orang lain tahu, karena memang Saya tidak pernah mau memberi tahu siapapun. Lalu, saya pula pernah terlibat dalam banyak kegiatan yang sedikit banyak punya andil di dalamnya seperti membuat konsep acara, slide presentasi, mengarahkan program dan bahkan terjun langsung jadi bagian pengisi acara. Bahkan pernah pula saya yang bertugas sebagai MC (Master of Ceremony) merangkap jadi Driver (sopir) anter jemput Model Fashion Show dari Salon ke tempat acara. Dan ingat, lagi lagi saya tidak perhitungan untuk hal ini.
Dari apa yang saya paparkan tadi, bukan saya bermaksud mengungkap keunggulan diri atau merasa saya paling pintar dan paling benar segalanya, tapi Saya hanya meluruskan kata Kontribusi yang di capkan ke saya oleh seorang Senior tersebut. Saya di katakan tidak pernah memberikan kontribusi secara langsung pada tempat dimana saya bekerja. Saya di nilai banyak menghabiskan waktu di luar kantor untuk memenuhi nafkah saya. Lantas adakah sesuatu yang salah jika saya melakukan itu ?, apakah lantas kemudian mematikan mata pencarian hidup mereka yang tak suka dengan progress dalam kehidupan yang saya lakukan sendiri tampa membebani siapapun.?. Lalu dimana letak kebebasan berekspresi dan berkarya yang semestinya di hargai secara konten yang sesuai ?. Lagi pula, apa yang saya lakukan sejauh ini tidak pernah ada yang melanggar UUD 1945, atau melanggar aturan baku ?. Apakah ke-aktifan saya di Media hingga semua event yang saya buat bersama tim di liput itu menyalahi aturan ?, Lalu dimana mereka ketika saya dan tim merasa mentok, terpuruk, bingung, berat terbeban ? adakah orang orang yang mempertanyakan kontribusi diri ini mau perduli ?. Tidak ?. Dan sekarang yang saya pahami adalah bahwa kontribusi yang di maksud adalah harus selalu berkoordinasi dalam segala hal, sekecil apapun, seremeh apapun hal itu, semua harus di bicarakan, dan lantas dimana inisiatif diri jika segalanya harus sesuai prosedur ?, dan buat apa pula perlu ada kreativitas jika semuanya harus sesuai dengan system dan sama persis dengan hal hal terdahulu,?, bisa jadi inilah realita. Kenyataan bahwa ada pihak pihak yang bisa jadi akan senang jika saya menghentikan langkah kreativitas dan progress baik. Bisa jadi ada yang senang ketika saya terpuruk dan lalu timbul kesusahan kesusahan yang mendalam ketika saya terlalu cepat dalam melangkah, terlalu banyak bergerak dan banyak mengambil peran dalan setiap pekerjaan creative sehingga perlu di beri cap ‘carmuk pada atasan’ atau cap ‘sok bisa’, ‘sok pintar’, dan lain sebagainya. Dan untuk beberapa kali saya berupaya kebal. Kebal untuk tidak menggubris beragam tanggapan miring orang lain ke saya. Tapi ternyata terkadang saya bertanya lagi , benarkah saya tidak memiliki Kontribusi ?, tidak memiliki Karya Nyata ?, benarkah bahwa saya hanya bersenang senang belaka tampa ada karya ?, dimanakah mata dan telinga meraka ?, apakah tak pernah melihat apa yang selama ini saya buat dan saya dedikasikan untuk almamater saya ?, untuk lingkungan kecil dimana saya tinggal ?. Entahlah. Kembali lagi ke dugaan saya semula, Bisa jadi sang Senior sedang ada masalah secara pribadi sehingga saya yang kena sasaran kemarahannya yang tak kesampaian itu, atau hanya memang saya yang benar benar Bodoh dalam bekerja. Dan tidak ada karya apa apa. Sampai disini saya masih bersabar, berdiam untuk sesutu yang tak perlu saya hiraukan meski kadang hati berontak dan tak terima, tapi apa mau dikata, inilah sebuah mata rantai prosedural dan sistematis kaku yang sangat di banggakan hingga bisa jadi sampai akhir zaman.

Wednesday, January 18, 2012

PROSES IMAJINATIF.





Setiap bertemu dengan banyak sosok, saya selalu mendengar keluhan demi keluhan yang terlontar dari mulut mereka secara langsung . Seperti ungkapan bosan terhadap pekerjaan, bosan dengan rutinitas, kesal dengan Boss, Bete karena Jomblo dan sebagainya. Tapi, dari semua hal yang mereka lontarkan tak satu pun statement yang membuat saya kemudian bergeming terhadap posisi terbaik saya dalam beragam kondisi.
Ditengah kontroversi karya saya di luar sana, - yang mungkin bagi sebagain orang kurang berkenan. Atau bisa jadi memang pekerjaan saya yang cukup menyita perhatian, - mengingat ada banyak jenis pekerjaan yang saya lakoni sebagai seorang individu. Tak juga menarik untuk saya sebutkan secara detail. Tapi bagi saya men-cover diri dalam paket menarik jauh lebih penting ketimbang berkutat dalam pemikiran yang tak begitu tuntas untuk di selesaikan.

Bisa jadi, hal ini yang sering membuat saya tak terlalu sering mengungkapkan permasalahan hidup saya ke pihak lain. Terlebih saya, bukan pribadi yang gemar mengutarakan apa yang sebanarnya terjadi. Meski seingat saya, saya kerap juga melakukan curhat dengan beberapa pihak, tapi itu bila saya rasa cukup tepat dan berkenan. Karena saya cukup selektif bila memilih teman diskusi. Bagi saya, ada teman yang fungsinya hanya untuk bersenang senang, ada teman bisnis, ada teman pekerjaan, ada teman yang bisa di jadikan sharing beragam hal termasuk problem pribadi. Karena saya tak bisa leluasa nyaman dengan semua pihak. Meski sebanarnya saya sering menunjukkan tampilan yang segar dan ‘ramai’ jika bertemu dengan siapapun. Mungkin sedikit acting bila ke beberapa pihak. Tapi bagi saya itulah upaya yang saya lakukan untuk membuat nyaman semua pihak.

Saya menamainya dunia imajinatif. Yang tak banyak orang ketahui tentang diri saya adalah bahwa saya pandai menyembunyikan hal yang sebanarnya terjadi pada diri saya. Dan itu telah saya lakukan bertahun tahun lalu. Saya ingat betul, bahwa saya harus pandai ber-akting tatkala Ibu saya menikah dengan Ayah ke dua saya yang kemudian kerap terjadi kekasaran di dalam rumah. Ketika keluar rumah, saya selalu menutup erat erat permasalahan yang sesungguhnya. Saya pula kerap menahan rasa sakit akibat pukulan keras Ayah tiri ketika kumpul dengan teman teman. Masih banyak kamuflase yang sangat dengan piawai saya mainkan. Dan sejak itulah, saya berfikir bahwa saya memang harus ‘bersembunyi’ di balik beragam hal yang sesungguhnya terjadi. Karena saya tak mau membebani banyak orang dan saya tak mau cerita hal hal yang tak enak di hadapan banyak orang selain dengan pihak pihak yang saya percayai.

Tapi lambat laun, hal hal tersebut bisa saya hadapi, kekasaran dan ketidaknyamanan hidup dengan beragam bentuk penindasan itu selalu saya hadapi dengan baik. Semua karena imajinasi saya terkadang jauh melebihi daya nalar saya terhadap pelajaran Matematika. Saya masih bisa tersenyum di depan banyak orang sebagai pria penghibur di atas panggung meski ketika tubuh saya lebam lebam akibat kekasaran Ayah Tiri. Saya juga selalu bisa tertawa riang dan memberikan upaya maksimal dalam setiap tugas yang di berikan pada saya sebagai pekerja public.

Sama halnya kini, Saya bisa menunjukkan sikap ramah dan baik meski sebenarnya saya tidak nyaman dengan beberapa sosok di lingkungan pekerjaan. Saya juga bisa berdamai dengan beragam keanehan yang terjadi dalam rentang karier saya meski sebanarnya itu sulit tapi saya mampu meng-imajinasikan diri dalam bentuk bentuk lain yang membuat saya sedikit rileks ketika melakoni segalanya. Bahkan dalam keadaan terpuruk dan ‘down’ sekalipun saya masih bisa bernyanyi dengan cukup baik sesuai notasi lagu sembari menghibur puluhan pengunjung café dimana saya ‘ngamen’ meski dalam benak dan jiwa ada banyak hal mengganjal. Itulah saya, berjuang dalam banyak dunia dengan banyak rupa melalui proses imajinatif.

Wednesday, January 11, 2012

DUNIA BERTAHAN SAYA




Tak banyak yang dapat saya perbuat selain hanya berjalan.
Dan terus Berjalan.
Dalam banyaknya pekerjaan dan pikiran
Saya masih bisa melakukan banyak hal lain di luar tugas pokok yang menjadi tanggungjawab.

Tak lain karena Semangat ini.
Semangat juang dalam hidup yang telah jauh hari di wariskan oleh Mendiang Mama tercinta
Ia sosok yang menempa hidup saya untuk selalu ber-progress dalam segala hal.
Mama pula yang menjadikan saya Pribadi yang tak mudah menyerah. Meski gempuran itu melanda dan memaksa saya untuk mundur sejenak.
Tapi dasar langkah ini tak bisa di bendung.
Saya mampu menciptakan dunia nyaman saya sendiri di tengah hiruk pikuk dan kejamnya lingkungan sekitar.
Saya pun mampu meng-imajinasikan diri dalam benak tertinggi dan paling indah di kala segala cerca dan kritik tajam nan negative menghampiri diri ini.
Saya kecil, memang. Dari sudut apapun saya kecil. Termasuk Ukuran tubuh yang mudah terlihat kecil.
Tapi Saya Besar.
Besar dalam arti Jiwa dan Raga. Besar kemampuan untuk menerima beragam kondisi yang menghampiri. Besar untuk memperjuangkan banyak hal yang saya kira itu lah dunia kecintaan saya. Saya pun tak tahu sampai kapan. Tapi selama saya mencintai dan di dukung oleh orang orang yang mencintai saya, Maka selama itulah diri ini terus bertahan. Bertahan dari apapun yang mendera. Tak perduli sepahit dan sepedih apa pun rasanya bahkan kadang harus menangis sendiri dalam sekap diam.
Saya tetap bernyawa dalam Nyanyian paling Mematikan sekalipun. Karena Dunia Saya , Dunia Indra.

Tuesday, January 3, 2012

SEKEDAR UNGKAPAN SAJA





Bisa jadi apa yang kita miliki belum tentu mendukung segala langkah yang kita inginkan.
Demikianlah sekiranya hal yang belakangan ini sering terjadi pada diri ini. Di karier saya, dimana sebuah dunia kerja yang antara nyata dan sedikit rekayasa berkembang dengan pesat dan terkadang butuh hambatan untuk mencapai sebuah kepuasan yang entah kadang nyata atau hanya dalam dunia maya saja.

Saya – Indra, adalah pribadi yang simple – setidaknya begitu saya menilai diri ini. Bagaimana tidak, saya menyukai hal hal yang praktis. Selain itu saya juga tidak menyukai hal hal yang bersifat terlalu ceremonial, karena bagi saya esensi dari sebuah seni lebih penting ketimbang tampilan yang gemah ripah nan bertabur warna. Bagi saya pula, tampilan memang perlu di kemas sedemikian rupa meski kadang isinya adalah hal utama yang patut di fikirkan keberadaannya.

Entah dimana sisi gamblang dari segalanya. Yang saya tahu semua tak akan berhenti hanya pada sebuah pencapaian tertentu. Meski kadang diri ini di halangi oleh beragam rintangan berupa upaya penjatuhan nama baik dan penilaian negative sepihak. Atau bahkan ada banyak pihak yang terang terangan mengungkapkan kekesalan dan ketidakberpihakan mereka pada diri ini. Tapi bukan berarti segalanya lantas didengar. Saya tak mau terhambat. Saya juga tak mau apa yang saya punya lantas diam tak bergerak. Karena Hidup saya harus ber-progres. Harus ada pergerakan kea rah yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Karena Saya Bosan diam dan hanya menonton saja. Meski kadang saya diam, tapi dalam diam saya bergerak cepat jauh lebih cepat dari mereka yang bicara dalam gempita tanpa pernah ada arti dari kata kata yang mereka gelegarkan.

Monday, January 2, 2012

DUNIA HIPMI DALAM DUNIA INDRA

Di usia saya yang tak lagi muda ini, Saya menyadari bahwa Saya telah terlambat.
Saya menyadari keterlambatan itu ketika melihat banyaknya sosok yang jauh lebih muda usianya dari saya tapi memiliki pencapaian yang jauh di banding usianya.
Ini saya temukan di HIPMI.





Di organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia ini, bisa di bilang hanya saya yang merupakan sosok Pengusaha kecil di antara para Sosok Muda yang memiliki usaha yang tak bisa di bilang kecil lainnya. Itupun gelar usaha kecil yang baru saja saya rintis sekitar setahun belakang ini. Keterlibatan saya dalam HIPMI Provinsi Lampung pun diretas sejak tahun 2008. Ketika perkenalan saya dengan Bang Mirza – Rachmat Mirzani Djausal , yang kala itu menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI Provinsi Lampung melalui upaya baik Bang Raswan – seorang Pengusaha Muda bidang Kain Tekstil dan Tapis Lampung. Sejak itu, saya banyak terlibat dalam beragam event yang di gelar oleh HIPMI. Tak banyak yang saya ingat dari hubungan baik dan akrab yang mengalir begitu saja sejak pertemuan pertama dengan Bang Mirza. Yang saya ingat , baik saya maupun HIMPI crew memiliki kedekatan akrab yang bisa di gambarkan bahwa kami meleburkan diri menjadi satu team. Yang menarik dari kedekatan saya dan HIMPI adalah bahwa HIPMI ternyata sangat terbuka pada siapa saja bagi mereka yang ingin bergabung dalam Organisasi bersifat Kepemudaan ini. HIPMI pula – menurut saya, tidak mengkotak – kotak kan bahwa mereka Pengusaha sukses dan bergerak di bidang tertentu. Saya melihat ada banyak cabang usaha yang di geluti oleh beragam personal yang ada dalam organisasi HIPMI ini.


Selain itu, di HIPMI ini pula saya belajar bertoleransi dan memiliki pemahaman yang tinggi akan sebuah team meski sebenarnya satu sama lain adalah kompetitor untuk satu jenis usaha yang sama dalam dunia bisnis. Selanjutnya saya juga belajar bagaimana HIPMI Provinsi Lampung mampu merangkul beragam strata golongan dari beragam gendre ekonomi, sosial dan budaya yang ada di Provinsi Lampung yang terkenal akan keragaman adat istiadat dan latar belakang individu nya.









Bicara tentang kata terlambat yang saya maksud dalam uraian diatas adalah, bahwa Saya menyadari saya telah terlambat. Semestinya keaktifan saya sudah saya mulai jauh sebelum tahun 2008. Karena saya melihat ada banyak pihak yang kemudian bisa menjadikan saya sebagai pribadi yang lebih kuat di dunia bisnis. Berkat HIPMI pula lah saya mampu memahami dunia perbisnisan dan merambah usaha dari langkah langkah sederhana hingga menjadi fix sebuah usaha. Dan kemudian saya menjadikan contoh beberapa pribadi dalam organisasi HIPMI Lampung sebagai acuan untuk melangkah dan berbuat. Memang saya sebagai pribadi tidak dapat se tinggi ‘kelas’ beberapa pribadi tersebut, tapi setidaknya saya mampu menguatkan diri bahwa saya juga bisa seperti mereka, setidaknya saya di terima oleh mereka sebagai pribadi yang apa adanya diri ini. Saya pun tidak pernah melebih-lebihkan diri dan kapasitas dalam team. Saya juga kerap mengungkapkan kekurangan dan keterbatasan saya. Bahkan lebih hebatnya lagi, para petinggi HIPMI Provinsi Lampung tahu betul bahwa potensi yang saya punya dapat di letakkan di beberapa lini dari banyaknya wilayah kerja HIPMI yang bergerak di bidang entrepreneurship.


Meski terlambat, saya tidak pernah merasa kalah atau benar benar terlambat. Bagi saya ini semua soal waktu dan sebuah wahana pembelajaran yang positive yang harus saya manfaatkan dengan baik. Tak ada kata TERLAMBAT dalam kamus hidup saya. Karena lebih baik Terlambat daripada tidak sama sekali. Lebih baik saya terlambat memulai sesuatu yang positive daripada tidak pernah memulai sama sekali dan kemudian meratapi diri yang tak berkembang sebagaimana mestnya manusia hidup di bumi.


Semoga kedepan saya mampu menjadi bagian dari HIPMI yang terus belajar dan saling menjadi bagian yang menguatkan dengan karakter yang saya tawarkan dalam organisasi Pengusaha Muda Indonesia Provinsi Lampung tersebut.