Wednesday, November 30, 2011

AKIBAT PESAN SINGKAT

Pernahkah Anda berubah mood di sebuah perkumpulan atau pesta atau keramaian hanya karena menerima pesan singkat di ponsel Anda ?.

JIka pertanyaan itu di berikan ke saya, Maka Jawabannya ; Sering.!


Saya, sering sekali mengalami perubahan Perasaan (feeling) atau Pembawaan (mood) pada diri ini ketika menerima sebuah pesan singkat melalui telephone genggam. Dengan banyak hal dan karena banyak sebab tentunya. Tapi terkadang perasaan dan pembawaan itu tergantung dari pesan singkat yang saya terima. Ada pesan singkat yang berdampak senang, sedih, turut prihatin tapi ada pula pesan singkat yang membuat saya miris dan berasa kembali ke beberapa moment indah yang pernah terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sebelumnya kepada si pengirim pesan singkat tersebut.


Sebut saja malam ini. Saya harus katakan bahwa pesan singkat yang saya terima melalui ponsel saya kemudian membawa saya akan kenangan kenangan yang bisa saya sebut – berharga, ketika mengingat si pengirim pesan singkatnya, termasuk di dalamnya beberapa kejadian yang saya alami di minggu minggu sebelumnya. Hanya karena pesan singkat kemudian saya dapat langsung ‘terbang’ ke sebuah peristiwa berpuluh puluh bulan atau bahkan satu atau dua tahun sebelum pesan itu saya terima.
Malam ini, saya menerima pesan singkat yang isinya kurang lebih adalah kata pamit, perpisahan , atau lebih tepat adalah izin bekerja dari seorang sosok yang tak bisa di anggap remeh. Muhammad Ilham Negara, begitu namanya saya kenal. Dari keseluruhan, saya memang tidak begitu dekat secara emosional ataupun hal hal spesifik pribadi dengan si Ilham ini. Tapi sosoknya justru punya moment indah di diri saya. Ia, Muhammad Ilham Negara adalah salah satu Mekhanai Kota Bandar Lampung 2011 yang berpredikat sebagai Mekhanai Harapan II. Bukan suatu tempat yang prestisius memang, Tapi Ilham kemudian bermetamorfosa menjadi sosok yang jauh lebih baik ketimbang posisi juara yang ia raih. Sosok yang melebur dalam team. Sosok yang menerima kekurangan dan kelebihan team dengan ikhas dan tanpa ada tendesi apapun selain memang membaur.


Tak ada maksud berlebih untuk sedikit saya mengulas betapa banyak peran Ilham dalam IMKOBAL tanpa pernah ia berkoar koar bahwa ia telah menorehkan warisan besar bagi IMKOBAL. Sebut saja Ilham selalu jadi garda depan penciptaan Logo dan Symbol dari banyaknya program dan event yang terselenggara. Logo Kaos I’M KOBAL, Logo Imkobal Beramal, Logo Undangan bahkan design Spanduk dan Backdrop beberapa acara, dan yang teranyar adalah penciptaan logo IGOS (Imkobal Goes to School) yang sukses di gelar. Ilham pula mengerti betul seberapa jauh harapan saya dan selera saya yang kadang ‘nyeleneh’ dan tak awam. Ilham pula mampu berdiam diri tatkala ocehan saya sudah terlanjur keluar meski itu menyakitkan. Dan terkadang ilham jadi sosok yang cuma diam tatkala ada banyak kendala dalam sebuah perhelatan besar berlangsung. Itulah Ilham.

Dan pesan singkat nya benar benar buat saya terenyuh. Ia menyatakan pamit untuk mengikuti pendidikan dan kemudian menyatakan diri bergabung dengan diterimanya ia di Perusahaan Gas Negara (PGN) dan sudah barang tentu kelak ia akan mengabdi disana. Bukan pamitannya yang sebenarnya membuat saya terenyuh dan kemudian menyunggingkan senyum indah untuk seorang Ilham, tapi justru karya nyata dan sosok nya lah yang saya fikir akan sulit di cari kesamaan dengan sosok lain di waktu mendatang. Dan tentu tak kan pernah ada yang sama. Karena manusia semua ada perbedaannya.

Begitu pula halnya ketika saya mendapat pesan singkat ‘pamitan’ dari sosok M.Ichtiar. Dg.M atau kerap di sapa Bimo. Bagi saya kehilangan Bimo dalam team bak kehilangan sosok penggerak dalam sebuah event. Entah ia berperan sebagai PIC atau tidak tapi Bimo punya pengaruh ‘menggerakkan’ seluruh komponen untuk maju dalam keadaan tersulit dan termustahil sekalipun. Bimo pula banyak menorehkan catatan bangga saya dan team akan sebuah upaya dan dedikasinya untuk IMKOBAL. Disadari atau tidak, sosok Bimo di butuhkan dalam team. Meski kadang ia kerap jadi bulan bulanan celoteh gurau para teman teman team lainnya. Meski Bimo terkadang berkelakar yang bisa jadi menyinggung perasaan si penerima kelakar atau joke dari nya. Tapi saya mengakui bahwa saya membutuhkan Bimo. Entah apa akan nada sosok seperti Bimo di waktu mendatang. Buktinya sejauh ini team 2011 tak begitu bersemangat lagi – saya bisa bilang begitu. Karena kesibukan secara personal yang hingga tidak ada sosok perekat atau pengingat personal lainnya dalam team. Semua memilih diam, bertindak bisu atau malah pura pura tidak tahu ?. Entahlah.
Bukan sesuatu yang berlebih ketika saya merasa kehilangan sosok sosok terbaik. Termasuk ketika Silvi dan Fitri melanjutkan hidup dalam jenjang pernikahan. Bisa jadi karena kedekatan baik saya dengan mereka lah yang membuat saya akan terus mengingat betapa berharganya mereka bagi team. Bahkan terkadang tak ada upaya bagi saya untuk menghalangi langkah maju seseorang akan pilihan dirinya yang tentu lebih baik. Meski kadang saya memang butuh sosok pengganti yang setidaknya kelak bisa mengimbangi sosok terbaik yang hilang secara andil tapi tak akan hilang secara sosok pribadi yang masih bisa bercengkrama dalam kondisi yang berbeda nantinya.

Kini, saya terus berfikir dan kemudian mengamini, bahwa IMKOBAL ini solid bukan karena satu sosok, tapi ada banyak sosok terbaik yang menopang dan mendukung satu sama lainnya. Sosok yang tertempa dalam banyak keterbatasan dan hambatan. Saya sempat terenyuh ketika Bimo berkata bahwa ia belajar banyak di keluarga IMKOBAL, begitu pun dengan Ilham yang dalam pesan singkatnya menyampaikan bahwa ia bangga dan banyak mendapat hal hal berharga dalam keluarga dan berorganisasi sekaligus di IMKOBAL.

Bukan hal berlebih pula jika kemudian saya berinisiative menuliskan rasa bangga saya pada sosok sosok terbaik yang pergi secara karya nyata dan kehadiran tapi tidak akan lekang secara sosok dan pribadi personal. Pada mereka yang telah banyak membantu IMKOBAL. Memberi sumbangsih nyata dan langsung terhadap kelangsungan Organisasi ini. Sentuhan personal merekalah yang kelak akan jadi catatan indah para penerus selanjutnya untuk dapat di ingat dan di enyam sebagai bagian dari upaya pembuktian dari sebuah ajang Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung.
Dan sosok sosok tersebut pasti sealu saya kenang secara Pribadi. Dan tentu saya bangga akan kesuksesan yang mereka raih di kemudian waktu. Jika pun tulisan ini di anggap berlebihan sekiranya saya telah melepaskan rasa terenyuh saya oleh mereka yang membanggakan saya. Dan sekiranya tulisan ini dapat menjadi pelajaran, bahwa hidup bukan hanya untuk urusan personal dan individualitas tapi lebih pada karya nyata yang akan melekat pada identitas dan layak di jadikan inspirasi bagi penerusnya nanti.

Bangga ku pada kalian semua untuk kesuksesan kalian kelak. Sama Bangganya IMKOBAL mencatatkan nama kalian sebagai sosok sosok terbaik yang pernah, akan dan terus ada dalam keluarga besar tercinta IMKOBAL.

Terima Kasih.
Terima Kasih.

Tuesday, November 29, 2011

HUTANG JANJI TERBAYAR TUNAI.

Menjalani beragam rutinitas dan kesibukan padat adalah hiasan yang selalu menggantung dalam diri ini. Dan itu telah terjadi selama bertahun tahun lamanya. Dan keinginan untuk dapat melepaskan diri dari rutinitas meski sesaat akhirnya terjawab.

Pekan lalu, pengajuan permohonan cuti saya sebagai pekerja di kantoran di kabulkan oleh atasan. Maka bergegaslah saya dan istri menyusun program liburan yang lama sempat tertunda oleh karena padatnya tugas saya baik di Kantor maupun tugas lain sebagai MC atau Penyanyi Kawinan maupun tugas Organisasi. Beruntung saya memiliki Istri dan anak anak yang memahami peran saya di luar rumah.




Alhasil, Rabu malam (22/11) saya, Istri dan ketiga anak serta ibu mertua berangkat menuju Bandung. Tempat yang di pilih anak anak untuk menghabiskan 4 hari liburan hasil izin sekolah yang di lakukan oleh anak anak saya. Dalam perjalanan tentu saja kegaduhan gembira menghiasi suasana. Bagi saya, ini pengalaman kedua jadi driver ke Bandung. Tapi jadi Driver untuk anak istri sendiri adalah sebuah hal lain yang membahagiakan.

Kamis pagi waktu Bandung kami tiba. Kami langsung mengunjungi keluarga dari pihak Ibu Mertua saya – mumpung sedang di Bandung, silahturahmi tak boleh dilupakan tentunya. Ini juga upaya untuk mengulur waktu, mengingat Hotel yang kami pesan baru dapat di tempati setelah pukul 12 siang.
Sepanjang Kamis itu, saya dan keluarga menghabiskan waktu mengelilingi Kota Bandung hingga malam. Benar benar malam. Sejak Merapihkan diri di Hotel kami menyusuri beragam tempat keramaian ; Factory Outlet, Taman Bermain, Tempat Keramaian – Mall, pusat jajanan dan makanan yang lezat dan sebagainya hingga sampai pukul 11 malam sembari di iringi hujan yang cukup lebat sejak sore mengguyur kota Bandung.

Jum’at pagi adalah waktu kami menjalankan agenda kunjungan wisata alam di Bandung yang sempat tertunda di hari Kamis lalu karena hujan deras. Saya langsung menuju arah Ciwidey yang terletak di Bandung selatan. Beruntung saya sempat tinggal 3 tahun dulu semasa lajang di Bandung sehingga saya masih ingat perjalanan menuju Ciwidey. Kunjungan pertama kami adalah Kebun Strawberry di Ciwidey. Wisata kebun yang menyenangkan dan anak anak dapat memetik langsung buah asam manis berukuran kecil tersebut dengan leluasa. Tentu jika di banding beli langsung harganya lebih mahal memetik sendiri. Tapi pasti bagi anak anak usia 4 dan 6 tahun pasti memetik sendiri akan mendatangkan sensasi sendiri. Ini terlihat dari seriusnya abang dan koko – sebutan untuk anak pertama dan kedua saya, dalam memetik buah Strawberry secara riang gembira.




Setelah puas memetik buah Strawberry di kawasan Ciwidey, perjalanan di lanjutkan menuju Wisata Alam Kawah Putih, sebuah kawasan wisata alam yang sangat eksotik – bias saya sebut begitu. Mengingat kondisi kawasan wisata ini sangatlah mengandung cerita di balik tampilannya. Aroma belerang dank abut senantiasa menghiasi selama perjalanan masuk menuju Kawah Putih. Saya sempat menonaktifkan AC mobil mengingat suhu alami dari pepohonan rindang selama menuju kawasan Kawah Putih sangatlah menyenangkan. Sesampai di Kawah Putih, Abang dan Koko lagi lagi berlarian riang menikmati tiap jengkal hamparan alam yang berbalut kabut dan belerang yang telah mereka ketahui sebelumnya melalui buku dongeng.




Setelah cukup lama di Kawah Putih, saya mengajak keluarga menikmati bersantai di sepanjang perkampungan warga sekitar kawah putih dengan menikmati Jagung Bakar sembari menenangkan Ibu mertua yang tampaknya merasa mual dengan aroma Belerang yang sejak tadi ia rasakan di Kawah Putih. Break siang pun saya gunakan untuk melaksanakan Jum’at an bersama warga di Masjid sekitar dengan berwudhu bak air kulkas yang super dingin.




Setelah kembali tenang. Perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi Situ Patenggang. Sebuah Danau yang konon terjadi akibat kisah dua insan yang terpisah dan kemudian bertemu lagi dan area linangan air mata mereka lah yang kemudian membentuk Danau. Situ Patenggang atau Danau Patenggang Nampak lengang di Jum’at siang tersebut. Hanya saya dan beberap keluarga lain saja yang datang berkunjung. Tak seperti suasana weekend yang pasti padat pengunjung. Saya juga di paksa anak anak untuk mengunjungi Batu Cinta yang ada di seberang Danau, karena anak anak mengetahu kisah atau dongeng dari batu Cinta tersebut melalui buku yang telah mereka baca jauh hari sebelum kunjungan ke Bandung ini terwujud.
Selesai sudah kunjungan hari Jum’at yang cerah ini ke Kawasan Ciwidey dan menelusuri dua wisata alam fenomenal di Bandung Selatan. Tapi saya pun tak lupa mengajak keluarga untuk mendatangi pusat pembuatan Boneka di kawasan jalan Kopo Sayati. Di sini anak anak bisa memilih boneka lucu buatan home industry dengan harga yang cukup terjangkau di banding dengan harga di Toko Swalayan, dengan kualitas yang juga baik.

Kami pun kemudian menyempatkan mengunjungi Wisata Alam Tangguban Perahu, di hari Sabtu. Tak lengkap rasanya jika ke Bandung tak mengunjungi wisata alam fenomenal dengan kisah yang telah sangat terkenal ini. Dan lagi – lagi anak anak ku antusias sekali karena mereka juga telah mengetahui kondisi Tangguban Perahu melalui dongeng yang telah mereka baca jauh hari sebelumnya. Lagi lagi ibu mertua ku mual dan muntah dengan aroma belerang yang sangat pekat di kawasan Tangguban Perahu. Meski anak anak ku tak merasa mual , malah senang dan ingin terus terusan menuggang Kuda di kawasan Wisata Alam Tangguban Perahu.

Empat hari tergenapi dengan menyempatkan diri mendatangi Kebun Binatang Ragunan di Jakarta sekembalinya berwisata Alam di Bandung. Dan Suasana seru anak anak tentu terlihat jelas. Ragunan yang menawarkan tontonan beragam hewan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi anak anak ku. Dan tentu saja suasana gembira lainnya terlihat jelas selama dalam perjalanan ini, meski si Abang merasakan sakit perut yang hebat karena kebanyakan makan buah Strawberry yang asam selama di Ciwidey lalu.

Ini adalah Liburan sederhana. Tak seperti keluarga lain yang saya kenal pernah lakukan. Saya dan Keluarga tak menyewa Hotel mewah – karena Hotel hanya jadi tempat menaruh Barang dan tidur di larut malam, selebihnya berkelana menyusuri kota. Saya pun tidak bisa menawarkan pelayanan mewah dan perlakukan istimewa untuk sebuah liburan layaknya keluarga lain yang saya kenal. Tapi Kebahagiaan ceria dan peluk erat anak anak yang senang kepada saya adalah sesuatu yang jauh lebih mahal dan berharga bagi saya dan istri. Liburan ini membuat saya bisa melupakan rutinitas dan kepenatan pekerjaan bersama Keluarga. Membaur menyenangkan Anak Istri dan tak pernah berfikir lain selain saya merasa sangat berharga memiliki Keluarga kecil yang sangat bahagia. Bagai menunaikan Hutang Janji yang pernah saya ucapkan. Semoga kebersamaan ini akan terulang dengan kondisi dan situasi yang berbeda tapi tetap bersama anak istriku yang setia mendukungku setiap waktu.

Tuesday, November 22, 2011

PENIKMAT SEGALANYA.

Pagi ini, seperti menyambung hari hari lalu yang tak kesampaian.

Berkutat dalam point point pekerjaan yang layak mendapat perhatian plus kesabaran untuk melakoninya. Pernah mencoba untuk diam, tapi ternyata diri meronta untuk melakukannya sendiri, atau bahkan tidak akan ada hasil sama sekali. Dan bahayanya, Pimpinan selalu salah memberikan kepercayaan pada bawahannya. Dan lebih bahaya lagi, ketika si bawahan tidak bisa mengemban pekerjaan selazim yang di titahkan oleh atasan. Begitulah terkadang ujian tugas.

Sebagai ‘pelaksana lapangan’ , saya banyak mengalami tekanan dari beragam pihak. Tapi saya juga punya kemampuan cukup baik untuk meredamnya dalam diri ini. Entah dari mana kekuatan itu. Saya pun kerap berfikir apakah saya masih mampu mengemban segalanya ?, apakah tubuh kecil saya ini masih bisa menampung banyak problema yang datangnya dari beragam arah, bukan hanya sebatas timur, utara, selatan, barat, atau sisi atas, bawah dan samping, tapi bahkan dari titik paling diagonal sekalipun semuanya jadi satu kesatuan.

Tapi itu telah terjadi.
Telah terlanjur saya ‘menceburkan diri’ dalam genangan keramaian dan bisingnya hiruk pikuk yang kadang saya hanya bisa diam , memandang lalu tersenyum lantang seolah saya paham atas apa yang saya lihat dan saya rasakan. Padahal tidak semua. Tidak sama sekali.

Beberapa bulan lalu, Saya di cemooh oleh sekumpulan sosok dalam sebuah organisasi yang mengaku paling baik se Lampung, paling oke di atas segalanya (mungkin), tak perlu di sangkal memang, tak juga perlu di bahas apa yang mereka bicarakan detail tentang saya. Saya cukup mendengar lalu menyunggingkan senyuman dan seraya menguatkan diri untuk tetap melangkah meski cemoohan itu bak aksesories yang menghiasi langkah kaki dalam hari hari saya. Segalanya berlalu. Toh, kini organisasi itu tak terdengar lagi gaung nya kecuali tahun mendatang mereka akan bergaya seolah segala galanya pada acara ceremonial dan annual tahunan semata, selebihnya, hilang lagi. Karena semua yang mereka lakukan adalah eforia kehebohan sesaat saja.

Lalu ada pula saat dimana saya harus menahan diri untuk terlibat emosi, ketika satu orang dalam sebuah team work di kantor menyebarkan sebuah berita yang tak benar adanya. Sosok yang rupanya bak ular dengan kepala lebih dari dua. Bicara lebih di belakang saya dan kemudian berbaik baik hati dengan senyuman melebihi manisnya madu ketika berhadapan dengan saya pribadi. Lambat laun segalanya bisa terbukti baik dan semua berlangsung dengan baik pula.

Tak perlu saya jawab dan tanggapi segala hal negative yang terjadi. Hidup saya sudah begitu keras tanpa menanggapi banyak hal aneh di sekeliling saya. Tanpa meributkan hal hal sepele layaknya gossip atau rumor tak benar yang terjadi hidup saya memang sudah cukup ‘njelimet’.

Mari nikmati ke-njelimetan ini. Nikmati saja. Nikmati segala apa yang terjadi dalam hidup ini.

BUKAN HARI INI SAJA

Ini bukan hanya terjadi sekali.

Tapi untuk hari ini saya harus ekstra keras mengubah diri saya dalam banyak peran dan kondisi yang sebenarnya bukan saya.

Beberapa tahun lamanya, sejak dahulu nampaknya – Nampaknya saya sering mengikuti beragam riak warna yang menghampiri. Terkadang saya bisa saja berubah kemerahan lalu mendadak berjingga dalam pekatnya maroon. Pernah pula di kesempatan lain saya mengharu biru dan cerah kuning menyala nyala berpijar dalam kehijauan dan orange yang menyegarkan. Tapi di lain waktu kemudian saya menjadi begitu pekat dan kelam meski kadang ada setitik putih, nila dan abu yang berpadu.

Entahlah.

Tanpa saya sadari, saya telah masuk dalam sebuah perputaran peran yang sangat cepat melingkupi diri dan jiwa serta selalu berseraya pada raga untuk menekuninya meski apapun yang terjadi.

Terkadang saya juga sendiri.

Sendiri untuk bicara bahwa saya menyukai kesendirian tersebut. Adakalanya kesendirian itu mendatangkan banyak lahan introspeksi pada diri ini. Terkadang keramaian menjemukan. Dan bahkan banyaknya bisikan bisikan disekitar menambah beban yang tak karuan dan tak jelas arah tujuan.

Dan saya menikmatinya

Beruntung seperti itu. Kemudian dengan cepat mengganti diri dalam segala keterbatasan. Ada saat dimana saya mesti bersikeras untuk membalikkan semua rasa dalam raga untuk keperluan banyak khalayak. Bahkan terkadang amarah pun berpelukan erat dalam senyum hangat dan semangat. Atau mungkin segala rasa ini bisa dengan cepat hilang dan datang kembali, sama cepatnya ketika kaki ini melangkah keberagam arah meski tak tahu arah yang di tuju.
Inilah diri.

Yang selalu saya nikmati

Entah kapan lelah. Nampak tak pernah ada lelah

Bahkan tak mau lelah, sampai benar benar tercapai segala hendak yang telah terangkai dengan indah sejak senja kala.

Thursday, November 17, 2011

MENYAPA PAGI ; MENYEMANGATI DIRI.

Sudah seminggu belakangan ini, saya menerapkan untuk selalu menyapa hadirnya pagi di kala selesai menunaikan tugas Subuh menghadap dan berdo’a pada sang Pencipta.

“ Selamat Pagi Dunia, Indah mu dalam Semangat ku hari ini”. Ucap saya lantang setiap Pagi menjelang.

Sepele memang, tapi memiliki dampak yang sangat besar bagi saya sebagai pribadi. Bagaimana tidak, setiap kala saya bersyukur dan menyemangati diri di awal hari, saya menemukan banyak rentetan kebahagiaan yang selalu tercipta secara magic di jam jam mendatang selama seharian penuh.

Semangat pagi yang saya tumbuhkan, sama dengan ketika saya memuai aktivitas pagi di kantor, ketika satu persatu rekan kerja bermunculan seraya membawa keceriaan dan cerita masing masing, saya selalu senang mendengarkan celoteh mereka – Sebatas itulah cara saya menghargai diri dengan mendengarkan cerita rekan lain yang terkadang memiliki sisi pandang lain di banding saya yang cenderung di terpa kepadatan aktivitas.


Sama ketika suatu pagi saya mendengar seorang rekan bicara banyak tentang keluarganya pada saya. Dan saya tetap setia mendengarkan apapun perkataannya, meski sebenarnya tak semua yang ia ucapkan saya amini dalam hati saya. Tapi ada kesenangan tersendiri tatkala saya di percayai mendengar dan mendapatkan cerita yang cukup private dari rekan rekan kerja maupun rekan se-profesi saya. Bagi saya, menyimpan cerita diri perorang adalah sebuah upaya saya menghargai diri sendiri dan menghargai proses kepercayaan yang kini memang sulit di dapatkan. Untuk saya pribadi, saya termasuk pribadi yang terbuka, meski saya jarang sekali untuk cerita banyak akan hal hal yang bersifat ‘pondasi’ bagi diri ini terlebih jika saya belumlah merasa nyaman untuk bercerita, sama hal nya ketika saya masih merasa ‘sakit’ akan hal yang terjadi ketika saya dahulu pernah cerita sesuatu yang bersifat pribadi namun ternyata di umbar pada pihak pihak lain dan lantas jadi runyam di kemudian waktu. Belajar dari itu saya pun tak lagi mudah percaya untuk bercerita akan hal hal yang bersifat ‘dapur’.

Monday, November 7, 2011

AKU DAN SILVI ; Tribute To Muli Kota Bandar Lampung 2010.





4 Mei 2010, adalah awal pertemuan saya dengan sosok yang pendiam, tapi bertalenta besar. Silvia Utama Sari – begitu nama lengkapnya tertera di formulir pendaftaran Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Dalam proses Audisi yang ia ikuti, Silvi terbilang sangatlah unik. Kala itu suasana Audisi di landa hujan sejak pagi. Meski tak lebat, sudah barang tentu membuat manusia terkena percikan nya. Begitupun Silvi yang kala itu masuk ruang audisi dengan tampilan yang bisa di bilang jauh dari menarik; Berambut lepek karena terkena air hujan, baju dan celana lembab, posisi jemari selalu menggenggam satu sama lain – mungkin akibat kedinginan karena hujan, di tambah lagi penampilan Silvi yang sangat Polos. Sangat Polos.!. Bagi saya – yang kala itu melihat Silvi, hal yang satu satunya menarik dari Silvi adalah postur tubuhnya yang tinggi dan berkulit putih bersih meski make up tipis nya tersapu tetesan hujan. Postur Silvi diatas tinggi rata – rata semua peserta Audisi kampus UMITRA Lampung kala itu. Bahkan bisa di bilang – bagi saya, Silvi memiliki aura pesona yang tersembunyi di balik tampilan lembab dan lepek nya itu. Bahkan ia mampu bernyanyi cukup baik, meski banyak nada sumbang.
Itulah awal mula saya mengenal sosok Silvia Utama Sari.









Kemudian seiring waktu, Silvi menjelma menjadi sosok yang beda. Jauh lebih baik dari kesan pertama jumpa dulu. Tampilannya mulai memikat banyak Panitia dan juga dewan juri tentunya setelah melalui beragam fase rangkaian Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2010, yang kala itu telah di gelar system Audisi, untuk lebih mencari sosok Calon Peserta yang lebih berkualitas dengan system ‘Jemput Bola’. Hal menarik lainnya, Silvi sanggup menghipnotis dewan juri justru dengan kejujuran dan kesederhanaannya. Saya masih ingat ketika Ibu Hj. Hernaini – salah satu dewan juri berkata kepada saya akan kekagumannya pada sosok Silvi. Terlebih Silvi mencuri perhatian Juri karena ketekunan dan kedisiplinannya membagi waktu antara mengikuti rangkaian Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang panjang dengan Tugas nya sebagai Perawat pada Rumah Sakit Urip Soemohardjo. Tentu bukan perkara mudah untuk bisa tekun mengikuti proses Pemilihan Muli mekhanai Kota Bandar Lampung yang terkenal panjang dan membutuhkan mental juang yang tidak hanya ala kadarnya. Bisa jadi ini yang membuat Silvi Nampak semakin terasah secara mental dan kepaercayaan dirinya sehingga ia selalu memikat dewan juri. Saya masih ingat betapa ia mampu tampil mencengangkan pada session Talent Show di Auditorium RRI dengan keinisiativannya untuk berperan menjadi Pembawa Acara Sulap bersama partner Mekhanai – Julian Rohmansyah. Sesuatu yang simple tapi dibawakannya dengan sedikit berbeda dari kebanyakan tampilan seorang host Sulap. Tak pelak, upaya cerdik nya itu membuahkan ganjaran namanya termasuk dalam jajaran 13 pasang Finalis Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2010. Dan proses panjang terus di ikuti dengan tekun dan penuh kedisiplinan. Semakin hari, Silvi terus menjadi incaran dewan juri meski berada di bawah baying baying sosok sosok lain yang juga tak kalah memikat. Puncaknya Silvi benar benar tampil prima dan dapat memancarkan pesona yang luar biasa pada saat malam Final yang di gelar dengan megah di Ballroom Novotel Lampung. Sebuah catatan sejarah bagi sosok Silvi yang semula tak banyak menargetkan kemenangan apalagi juara pertama. Silvi memang selalu rendah hati mengakui kemangangannya karena factor ‘Low Profile’ yang ia jalani. Tapi di balik itu tentu Tuhan berkata lain.




Kemenanganya sebagai juara pertama Muli Kota Bandar Lampung disandingkan dengan Achmad Nizar Yulian sebagai Mekhanai Kota Bandar Lampung 2010 kala itu tentu menjadi kisah hari hari kemenangan yang akan ia lalui. Interview TVRI Lampung menjadi kegiatan mula bagi Silvi kala itu, kemampuan komunkasinya terus ia tingkatkan. Terlebih tawaran untuk menjadi bintang tamu di sejumlah event kerap ia terima sebagai konsekuensi kemenangan dan sebagai tanggungjawab Muli Kota Bandar Lampung 2010.




Lambat laun, Waktu pula yang bicara akan sebuah kebenaran. Kebenaran yang mencuatkan sebuah fakta bahwa Silvi yang sebenarnya adalah pribadi yang ‘ramai’ penuh dengan canda dan guyonan khas seorang gadis remaja. Sama hal nya dengan Muli lain, ia juga ‘tukang jahil’ suka berimajinasi untuk sebuah hal hal konyol. Kamera kerap menjelaskan dengan nyata betapa banyaknya hal hal konyol yang Silvi ciptakan sebagai pribadi yang seru ketika bersamanya. Beberapa kali saya kerap di buat terpingkal oleh ulahnya. Celotehnya yang kadang tak masuk akal di sertai dengan vocal nya yang keras membuat Silvi di juluki oleh teman teman Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung sebagai ‘Mak Nyak’ atau juga kerap di sebut ‘Emak Tiri’… ahahahah…sebuah guyonan yang kadang hadir begitu saja dari suasana gembira dan gaduh yang tercipta. Silvi juga pribadi yang humble dan sangat bersahaja. Ia tak sungkan sungkan terjun langsung untuk mengurusi sebuah event yang di gelar IMKOBAL. Ia juga pandai membagi waktunya antara kewajiban bertugas sebagai Muli 1 Kota Bandar Lampung 2010, sebagai Mahasiswa tingkat akhir di UMITRA Lampung dan sebagai Perawat di Rumah Sakit Urip Soemohardjo. Ia terbilang Muli yang sangat aktif sepanjang tugas saya mendampingi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung sejak tahun 2003.






Kemudian catatan sejarah dan cerita saya mengenal Silvi lebih banyak ketika saya mendampingi tugas Silvia dan Achmad Nizar menjadi Tamu Daerah pada Pemilihan Putra Putri Solo. Mulai dari persiapan hingga keberangkatan sangatlah mengandung cerita yang jika di kenang penuh dengan hal hal yang indah dan lucu. Pernah Suatu kesempatan di Solo, kami di undang oleh Bapak Walikota Solo – Joko Wi yang kala itu baru saja termilih untuk kedua kalinya sebagai pemimpin Kota Solo. Terjadilah kesibukan yang kami alami mengingat acara undangan bertemu Walikota tidak di rencananya sebelumnya atau tidak di beritahu oleh pihak Panitia, karena ini sifatnya mendadak, tentu saja Silvi dan Nizar tidak menyiapkan Kostum khusus apalagi Batik khas Lampung dalam koper bawaan kami. Beruntung Silvi membawa dress yang sangat mini. Super Mini untuk sebuah acara bertemu dengan Bapak Walikota Solo. Pada awalnya Silvi berkberatan mengenakan dress berwarna Kuning muda tersebut dan memilih untuk menyertai penampilannya dengan Stocking hitam. Tapi permasalahan yang timbul, Silvi hanya membawa sebuah sepatu heels yang berbentuk terbuka pada bagian depannya. Dan tentu saja – bagi dunia Fashion itu sangatlah tidak pas, alias melanggar aturan bagi di dunia Fashion. Karena saya tak mau Silvi jadi bahan perbincangan karena melanggar aturan Fashion International, maka saya menyarankan untuk tidak mengenakan Stocking hitam tersebut alias mengenakan gaun minim itu dengan tungkai kaki terlihat jelas. Di sini terjadi debat argument antara Saya dan Silvi. Bahkan saya sempat mengeluarkan statement – ‘Jika tak mau melepas Stocking hitam itu, maka lebih baik kita tidak usah ikut serta dalam pertemuan dengan Walikota tersebut’. Setelah berdebat cukup lama akhirnya Silvi turut dengan arahan saya dan membiarkan tungkai kaki dan pahanya tidak di tutupi oleh stocking hitam tersebut.








Catatan Indah dan berkesan lainnya adalah ketika Silvi dalam ‘presure’ yang besar dan kuat saat mengikuti Ajang Pemilihan Muli Mekhanai Provinsi yang juga bersama rangkaian Putri Pariwisata Lampung. Dalam hal ini Silvi yang kala itu berpasangan dengan Wira, sangatlah patut saya acungi jempol. Silvi dan Wira menunjukkan tampilan dan sikap Mental yang jauh lebih baik dari mereka pada saat pertama saya kenal. Saya bisa bilang, bahwa di tengah kesibukkannya di pinang oleh Surya kala itu, Silvi masih menunaikan tanggungjawab terakhirnya sebagai Muli Kota Badnar Lampung membela Kota Bandar Lampung dalam ajang Muli Mekhanai tingkat Provinsi. Tidak mudah memang. Berusaha secara tekun dan disiplin di tengah hiruk pikuk - entah kenyataan entah rumor tapi memang selalu terjadi ‘permainan cantik’ di belakang pemilihan tersebut. Saya masih ingat betapa Silvi berusaha keras menghafal lirik lagu dan cara menyanyikan sebuah tembang Klasik Lampung berjudul ‘Ninday’ dalam waktu tak kurang dari tiga hari.!!! Sebuah upaya yang menurut saya- jika tidak punya mental kuat tidak lah sanggup belajar lagu Klasik dengan cara dan pola yang benar benar kuno dalam waktu sesingkat itu. Belum lagi harus tetap menjalani proses rangkaian pemilihan dengan tekun dan berjibaku dengan waktu dan banyaknya persiapan. Belum lagi mesti menguatkan diri dengan beragam celoteh ‘pedas dan kasar’ dari seorang Indra Pradya. Selanjutnya Silvi mampu menampilkan yang terbaik , sangat maksimal menurut saya. Kemampuannya benar benar terasah berkat kekuatan Mental ; daya juang dan keyakinan akan kemampuannya sendiri. Silvi menjadi sosok yang kuat, tegar dalam menghadapi beragam hal di depannya. Saya menjadi saksi betapa sulitnya ia membagi waktu dengan pekerjaan, hari hari menyelesaikan tugasnya sebagai Muli sampai pada beragam persiapan menjelang acara bahagia hari pernikahannya yang ia urus sendiri segala sesuatunya. Bukan hal mudah. Wanita yang multitasking, dan memiliki visi yang jelas. Silvi tipe Wanita yang benar benar memiliki aura luar yang baik dan bersahaja. Ia paham betul sebatas apa ia harus bertindak dan sebatas apa ia memilih diam. Sama hal nya ketika ia merasakan ‘dalam tekanan’ mengikuti ajang pemilihan Provinsi, karantina dengan pola ‘takbegitu bersahabat’; system senioritas, sit up, bentakan dan hal hal lain yang sama persis ketika masuk Polwan. Tapi silvi benar benar Kuat.
Sosok Silvi berubah menjadi sangat indah bak kelopak bunga. Dari kesan pertama yang kusut dan tak menarik, ia mampu merubah dirinya, bermetamorfosa menjadi wanita bersahaja, dengan kesantunan yang ia tebar, meski terkadang tetap ada unsur ‘takut’ untuk memulai sesuatu. Begitulah Silvi. Ia besar dengan lengkapnya keunggulan dan kekurangan diri yang selalu ia sadari.







10 November 2011, Silvi akan melangsungkan Ijab Kabul. Sebuah proses tetap yang menyatakan ia memasuki gerbang baru. Kehidupan baru, mengikuti sang Nahkoda yang akan membawa ia dan keluarga tercintanya menuju babak terindah di depan sana. Saya yakin, Silvi akan kuat. Sama kuat dengan yang telah ia tunjukkan sebagai pribadi bermental baja. Silvi adalah contoh Muli Kota Bandar Lampung yang memiliki perkembangan Mentalitas yang baik. Ia cepat belajar. Mau menerima kritikan pedas. Ia pribadi yang memaklumi banyak hal yang dirasa tak pas dengan jiwanya.
Saya dan bisa jadi IMKOBAL team akan merindukan sosoknya. We Love You, Silvi.

AKU DAN FITRI ; Tribute To Muli Kota Bandar Lampung 2009.




Selama Perjalanan menjadi ‘Bapak’ sekaligus ‘Ibu’ bagi teman teman Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung, ada banyak catatan sejarah yang tertoreh. Beragam catatan yang tak bias di anggap remeh. Karena rentetean catatan itulah yang kemudian dapat di jadikan bagian dari sejarah. Dan bahkan , saya – berharap sejarah itu akan bertutur dengan sendirinya berdasarkan kejadian nyata yang pernah ada. Dengan sebuah kebanggaan atas kesadaran untuk memberi sebuah penghormatan – seraya standing applause bagi sosok terbaik yang (pernah) bersama dalam langkah kreatif saya dan menjadi saksi sejarah beragam bentuk upaya di masa lampau.




NURFITRIANY – Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, Begitu ia tercatat ketika menjadi bagian peserta Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2009. Fitri – begitu nama panggilannya, memang seorang bintang. Tak berlebihan jika saya menjulukinya demikian. Bagaimana tidak, ia telah dengan jelas menempatkan dirinya bersinar diantara peserta lain yang kala itu tidak begitu mencuat kepermukaan. Saya ingat sekali bagaimana, Fitri mampu menghadirkan nuansa lain dari sebuah penampilan sebagai peserta. Sebagai peserta Muli tentu Fitri tampil mepesona beragam mata yang melihat. Dengan rambut berwarna coklat terang , terurai ikal bergelombang, Nampak begitu kontras sekali dengan perawakannya yang mungil nan indah berkulit putih bersih. Fitri pun dengan cepat mencuri perhatian, bukan hanya Saya dan Panitia pelaksana kegiatan tahun itu saja, tapi juga menjadi perbincangan positive di kalangan Juri yang bertugas.




Lantas proseslah yang membawa Fitri benar benar menjadi bahan perhatian. Tahap demi tahap yang ia lalui, menghasilkan langkah positive dan tanda tanda kearah hasil terbaik. Dan resmilah ia dan Alan Bagus Saputra disandingkan sebagai sepasang Juara Pertama Muli dan Mekhanai Kota Bandar Lampung tahun 2009. Itu tahun keemasan bagi Fitri – tentunya. Sebuah rona bahagia jelas nampak sejak malam final hingga hari hari setelah ajang pemilihan berakhir. Fitri langsung menjelma menjadi sosok yang central di kalangan remaja Kota Bandar Lampung kala itu. Saya masih ingat betul betapa kami banyak melalui beragam kegiatan dalam sebuah tim Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2009.











Lalu yang menarik dari pribadi Fitri selanjutnya ialah, kerendahanhatinya untuk terbuka menerima kritik dan saran dari saya yang selalu ‘pedas’ dan terbuka. Saya ingat sekali ketika saya dan Fitri terlibat adu argument untuk sebuah kepentingan event, meski pada akhirnya kami berdua mencari jalan tengah untuk keduanya. Selanjutnya Fitri juga kerap banyak di daulat oleh Harian Tribun Lampung untuk sesi Pemotretan, menjad cover Life Style Tribun Lampung, tak hanya itu, Fitri juga menjadi favorite Perancang – Raswan Gallery karena kepiawaiannya jika di Foto dan ini membuat beberapa perancang lainnya di Bandar Lampung senang memasang Fitri sebagai modelnya.





Hal yang paling berkesan bagi saya akan sosok Fitri adalah ketika saya berkesempatan mendampingi Fitri dan Alan bertugas menjadi tamu daerah pada acara Pemilihan Cak Nig Surabaya di bulan Maret 2010. Sebuah Profesionalitas di tunjukkan Fitri sebagai Muli Kota Bandar Lampung yang mengemban tugas. Saya masih ingat bagaimana Fitri selalu men – Touch Up wajahnya dengan perlengkapan make up kecil yang selalu ia bawa dalam tas jinjingnya. Bahkan, Fitri selalu menyapu untaian lembut bulu matanya dengan mascara beberapa saat setelah di rasanya perlu di ulas kembali, - itulah kenapa saya sering menjulukinya – Muli Maskara – karena ia sangat sadar bahwa keindahan mata seorang wanita itu dapat memikat banyak hati siaapun yang melihat. Bahkan Fitri juga selalu dengan sabar menahan tatanan rambutnya selama di pesawat agar tetap tergerai indah mengembang ketika tiba di Surabaya. Sebuah kesadaran diri yang patut di acungi jempol. Sebuah kesadaran akan gelar dan jabatan yang di sandang sebagai Muli yang ditasbihkan untuk selalu tampil rapih dan menarik di segala kesempatan. Selama 3 hari bertugas di Surabaya tentu Fitri saya nilai sangatlah kooperatif dan mampu menjadi Duta Wisata yang representative. Dapat membaur dengan semua tamu daerah lain bahkan juga berkawan akrab dengan para panitia dan official lainnya. Karakter Fitri yang lembut dan terbuka memudahkan dia dekat dengan pribadi mana saja yang ia jumpai.






Kenangan bersama Fitri tentunya selalu akan jadi acuan saya untuk menjadikan apa yang telah ia mulai jadi tolak ukur bagi Muli Muli selanjutnya. Lantas di lain waktu, Fitri di sibukkan dengan kegiatan rutinitas Kampus nya yang memaksa dia harus menyelesaikan Kuliah dengan segera. Dan karena itulah selanjutnya Fitri kurang banyak muncul di beberapa event karena selalu bertabrakan dengan jadwal belajarnya. Dan karena alasan menyelesaikan kuliah pula lah yang membuat Fitri memutuskan untuk tidak meneruskan langkahnya dalam ajang Pemilihan Muli Mekhanai Tingkat Provinsi di tahun 2010. Sebuah keputusan berani yang ia buat dan cukup jadi kontroversi di kalangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung dan teman – teman Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung tentunya. Tapi saya selalu menghargai apapun keputusan seseorang, meski itu semua berimbas pada penyusunan strategi sebuah kompetisi. Meski begitu, komunikasi saya dan Fitri tak pernah putus. Fitri tahu betul bagaimana berhadapan dan membina komunikasi dengan saya yang ia kenal sebagai “Pria Bermulut Pedas”. Fitri juga kerap menyempatkan hadir di beberapa acara yang di gelar IMKOBAL, seperti menyempatkan diri menjadi Tim Penilai untuk proses Audisi yang IMKOBAL gelar untuk mencari Calon Peserta Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung di tahun 2010. Fitri juga masih aktif menjadi icon dan contoh langsung dalam kegiatan kegiatan sosial yang IMKOBAL gelar dalam tiap kesempatan.



Nurfitriany … 11 November 2011, kelak akan melangsungkan Ijab Kabul sebagai pasangan dari seorang Kekasihnya – Ringga yang telah ia kenal sejak lama. Seseorang yang akan ia amini keimanan dan keimaman-nya. Fitri nantinya memang akan bergelar ‘Istri’ tapi ia tetaplah Sosok Muli yang telah banyak memberi warna dalam derap langkah karya Muli Kota Bandar Lampung. Memang Fitri adalah sosok yang diam dan nampak eksklusive karena ia menjaga pergaulannya dengan baik. Ia tahu betul mana yang perlu di ekspose dan mana yang tidak. Ia juga tipe gadis yang tak banyak mengumbar rencana dan kata kata. Ia cukup diam untuk strategi diri tapi akan mencengangkan ketika melihat lompatan besar dan pesona yang ia taburkan dalam setiap langkahnya.


Selamat menempuh hidup baru Fitri. Kisahmu akan menjadi contoh baik bagi para penerus mu kelak.