Tuesday, November 20, 2012

INVESTASI TERBAIK SAYA PADA ANAK.

Golden Age pada anak adalah masa dimana tumbuh kembang sempurna yang butuh pendampingan orang tua. Demikian setidaknya sepenggal kalimat yang pernah saya baca di sebuah buku. Dulu, di masa kecil, masih kuat dalam ingatan saya hingga kini, sosok Mama yang selalu bersemangat 45 ketika ada perlombaan menyanyi, deklamasi, lomba menari daerah, lomba pidato - pokoknya semua lomba lomba yang menampilkan diri dan menggunakan suara dan tampil di hadapan orang banyak. Dari semua lomba lomba tersebut, Mama selalu membujuk saya untuk ikut serta. Tak semua bujukannya berhasil. Mama kerap mengiming-imingi saya dengan baju, sepatu atau celana baru jika saya berkenan ikut perlombaan yang ia sarankan. Kadang, Mama sering melakukan ‘tekanan’ ala orang tua pada anak nya. Tapi tidak ada tekanan yang kasar atau ‘main tangan’. Semua yang Mama lakukan masih dalam batas normal. Singkatnya, semua hal yang dulu saya fikir percuma saja Mama lakukan ternyata berhasil. Hasrat Mama yang ingin saya tidak canggung tampil di depan umum ternyata benar benar berhasil. Saya ingat sekali bahwa Mama tidak pernah menargetkan saya untuk menang. Mama, adalah sosok yang selalu mendorong saya untuk ikut perlombaan demi perlombaan tetapi tidak pernah pasang target. Mama selalu bilang ..”Mama mau lihat anak Mama keren di atas panggung.” – hanya itu kalimat yang selalu ia tekankan pada saya sebelum naik panggung. Setidaknya ketika beranjak besar, - SD, SMP, SMK, dan masa masa Kuliah, Saya benar benar menjadi sosok yang berprestasi dan bisa berdikari dengan segala bakat ‘dunia panggung’ yang semuanya adalah jasa besar almarhumah Mama sejak saya kanak kanak dulu. Kini, ketika Saya sudah memiliki tanggungjawab mendidik dan membesarkan 3 orang anak bersama Istri saya sebagai partner hidup, saya kemudian berkeinginan melakukan penerapan serupa pada anak anak saya, sama dengan yang almarhumah Mama dulu terapkan pada saya. Nyaris dalam sepekan, saya memiliki rutinitas mengantarkan anak saya ke tempat kursus atau les nya. Dalam pemilihan kursus, mengingat anak saya masih belia, saya menekankan pada keharusan untuk menguasai 3 hal yang harus ada dalam tumbuh kembang mereka di masa golden age. Semua anak anak saya pada masa dan tingkatan kemampuan mereka musti masuk dalam les Keagamaan (Mengaji), Kesenian (main music – Piano) dan Olah raga (renang, jogging, main bola, dsb). Pemilihan 3 hal keharusan pada anak anak saya bukannya tanpa alasan. Unsur agama yang kuat sejak kecil merupakan pondasi penting untuk kehidupan kelak. Saya sangat yakin bahwa kegamangan dan kekuatan diri ketika bertumbuh kembang dalam kehidupan di tentukan oleh pondasi agama. Keimanan seseorang di perkuat oleh agam yang mereka anut. Mengaji adalah keharusan bagi anak anak saya, Putra sulung saya – Abang dan Putra kedua saya – yang di sebut Koko, setiap sore menghabiskan waktu 2 jam (15.00 s/d 17.00 WIB) di musholah terdekat untuk mengaji dan tergabung dalam TPA (Taman Pendidikan Al Quran), untuk kegiatan mengaji yang terjadwal seminggu 6 kali ini. Untuk kegiatan antar jemput mengaji ini, Istri saya lebih memegang peranan penting. Karena jam belajar mengaji sore hari sehingga terkadang tak setiap sore saya ada di rumah, dikarenakan kesibukan lain seusai kerja rutin di kantor. Selain Istri saya mengambil tugas antar jemput, ia juga turut menunggui layaknya menunggui Putra kedua – Koko, di Sekolah Taman Kanak Kanak. Hanya ketika Senin atau Selasa sore saja terkadang saya menyempatkan untuk menyimak kegiatan mengaji anak anak saya di mushollah sekaligus melakukan perbincangan dengan Ustad Abi Saiful – Guru Mengaji di TPA, guna mengetahui perkembangan dan hambatan pada anak saya secara personal. Hal kedua setelah Les Mengaji, Les Musik juga wajib di lalui oleh ketiga anak saya. Untuk Saat ini , - mengingat tingkat kesiapan dan kematangan pada usia dan materi les hanya si Abang (putra sulung) saya yang melakukan les Piano setiap hari Jum’at siang. Keputusan saya dan Istri memberikan pendidikan music pada anak dikarenakan anak anak harus di asah jiwa sensitivitasnya. Banyak anak anak kecil yang saya temui terlanjur di besarkan dengan didikan kekerasan ; main games perkelahian, nonton film action huru hara dan tak bermakna, dan lain sebagainya. Jadi memasukkan unsur musikalitas pada jiwa anak memberi jiwa empati dan antusias yang cukup baik ketimbang anak anak yang tidak di bekali musikalitas atau anak anak yang musikalitasnya salah, yakni anak anak yang tumbuh dengan musik yang tidak sesuai usia mereka sebagai anak anak. Untuk kursus musik si Abang, saya harus mengantar langsung, saya memang tidak percaya dengan jasa ojek atau antar jemput pihak lain selain keluarga dekat. Pertama karena saya tidak ikhlas jika anak saya terkena asap rokok dari para pengemudi kendaraan yang mengantarnya, kedua saya memang tidak mudah percaya pada orang lain untuk urusan anak. Bagi saya urusan anak, adalah urusan pribadi diri saya sebagai ayah yang harus di tata dengan hati bukan hanya dengan otot atau emosi. Saya juga kerap mengalah dengan jadwal les piano si Abang. Saya pernah izin datang terlambat di meeting karena harus jemput anak saya di tempat les, bahkan saya pernah izin tidak masuk kerja karena harus mendampingi anak saya ujian kenaikan grade piano nya pada jam kerja dengan penguji yang langsung datang dari Sekolah Musik di Inggris. Tambahan kemampuan ke tiga yang harus di miliki anak saya selain Mengaji dan Musik adalah Olah Raga. Untuk yang satu ini, saya dan istri sepakat memasukkan Les Renang dalam daftar olah raga anak anak selain kegiatan olah raga jogging dan main bola di week end yang senggang. Untuk Berenang biasanya saya dan istri memboyong ke tiga anak untuk renang di beberapa kolam renang di beberapa hotel di Bandar Lampung. Seminggu 2 kali cukup untuk kegiatan berenang. Tetapi si Abang dan Koko (panggilan akrab untuk ke dua putra saya) sengaja saya masukkan les berenang di Kolam Renang Stadion Pahoman setiap Rabu dan Sabtu sore. Untuk Les renang ini pun saya langsung yang mengantar – menunggui dan membawa mereka pulang kembali. Terkadang, saya sempat merasa lelah yang besar ketika melakukan aktivitas antar jemput kursus anak anak di sela kegiatan utama saya sebagai Pegawai di sebuah kantor. Belum lagi di tambah dengan kegiatan rutin tugas kedinasan dan kegiatan sampingan saya lainnya sebagai MC, Penyanyi kawinan, dan Pengajar serta keterlibatan saya di beberapa organisasi kepemudaan di Bandar Lampung. Tapi, bagi saya dan istri memberikan anak bekal sejak dini berupa kursus kursus yang bermanfaat tersebut merupakan investasi besar yang sangat berharga. Istri saya juga lebih ekstra, selain mengurusi langsung asupan gizi ke tiga anak dan saya tanpa campur tangan pembantu ia juga menjadi bagian antar jemput anak saya yang TK juga berperan ganda sebagai seorang sosok pebisnis rumahan yang piawai di bidangnya. Bagi saya dan istri, misi kami mengarahkan kemampuan anak anak sejak dini adalah sebuah keharusan. Potensi anak musti di gali dan kemudian di arahkan pada minat dan bakat masing masing personal. Saya dan istri tidak sepakat jika anak di biarkan tumbuh naluriah saja. Karena anak anak tak akan pernah tahu apa yang mereka butuhkan di masa mendatang jika kami sebagai orang tua tidak membekalinya kemampuan sejak dini. Sama halnya dengan kemampuan yang saya miliki kini adalah sebuah ‘lecutan’ terbaik yang saya dapat dari sosok Mama yang hebat sejak saya kecil dulu. Mama benar benar pintar mengasah dan mengarahkan bakat saya. Dan begitu pun yang akan saya dan istri lakukan pada ketiga anak anak saya sejak mereka kecil. Saya sudah melihat adanya bakat bakat serta kecenderungan minat tertentu pada anak anak saya sejak mereka berusia 3 tahun. Sejak mereka bisa bergaya, bersenandung dan menunjukkan gerak gerik yang atraktif. Terkadang saya tak habis fikir jika ada orang tua yang dengan tega hidup terpisah dari anak anak mereka yang masih belia dan golden age hanya karena tuntutan pekerjaan dan alasan mencari rezeki. Bagi saya setiap anak ada rezekinya masing masing, dan setiap orang tua memang di haruskan bekerja ekstra keras tanpa pernah menyampingkan kebutuhan anak. Kebutuhan anak bukan hanya untuk makan dan minum semata, tetapi juga tugas orang tua untuk mengarahkan, mendidik dan membimbing anak anak untuk jadi sosok sosok terbaik kelak dengan bekal kemampuan individual. Karena jika anak anak kita tidak ada peningkatan pada personal dan kehidupan mereka kelak di banding dengan kita sebagai orang tua, berarti orang tua nya gagal membentuk anak nya menjadi lebih baik. Dan untuk hal ini, saya menganggap almarhumah Mama sungguh berhasil menjadikan saya pribadi yang jauh lebih baik. Dengan pencapain yang kini saya dapat cukup sesuai dengan apa yang ia harapkan dulu. Setidaknya sebelum 29 Juni 2002 Mama meninggal karena kecelakaan, ia sempat mengucapkan langsung pada saya akan kebanggaannya pada saya – Putra Sulungnya yang telah menorehkan banyak prestasi di bidang Menyanyi, MC dan hal hal lain yang semuanya menggunakan kemampuan berbicara dan tampil di depan umum. Sama persis dengan bisikan Mama yang dulu selalu saya dengar sebelum naik panggung perlombaan …”Mama mau lihat anak Mama keren di atas panggung.”

No comments:

Post a Comment