Friday, October 15, 2010

TIGA KOTA PENUH MAKNA. Part III (Tamat).

Yogyakarta,  adalah tujuan kami selanjutnya. Dan menjadi Kota terakhir yang kami ingin ambil inspirasi terbaik sebagai bekal melangkah dan bertindak di kemudian hari.
Meski sebenarnya Agung nampak tidak 'on the good Mood'... karena angin pada saat di dek Kapal menuju Lombok waktu itu.  Hingga bawaan meriang  begitu kentara.  Begitu pula dengan Nizar yang mulai terserang Batuk.  Untunglah saya masih dalam posisi aman, selain menahan rasa sakit pegal di sekujur badan karena kurangnya istirahat yang saya  rasakan.  Tapi inilah Perjuangan untuk Belajar.!!!


Perpisahan dengan Danink dan Gibo di Pelabuhan Lambar membuat kesan yang sangat miris.  Betapa baiknya mereka hingga kami dapat begitu dekat.  Dekat sebagai saudara.  Dekat sebagai sahabat.  Meski pertemuan kami belum dari 48 jam lamanya.  Sebuah hubungan persaudaraan, pertemanan yang begitu kuat karena kami memiliki pemikiran yang sama.  Pemikiran untuk menjadi lebih baik.  Pemikiran untuk berjalan pada koridor yang di harapkan.  Seseuatu yang tidak hanya sekedar hura hura tapi juga memiliki makna.  Lambaian tangan Gibo dan Danink dalam balutan rintik hujan menggenapkan kepiluan kami.  Sebuah rasa yang kelak akan menjadi gunung rindu yang begitu tinggi. Namun entah kapan dapat bertemu lagi, selain usia dan kehendak Ilahi tentunya.

Tepat tengah siang di hari Jum'at kami tiba di Padang Bay kembali.  Adi menghantar kami ke Terminal Bis di Denpasar sebelum akhirnya kami menikmati perjalanan sepanjang malam menuju Surabaya.  Sebelum akhirnya  estafet dari terminal Bis di Surabaya menuju Terminal bis Yogyakarta.  Dan jangan di tanya seperti apa rasanya anggota tubuh.  Remuk Redam sudah tentu.  Tapi tak sebanding dengan niat kami.

Agung makin parah.  Sakitnya benar-benar sampai pada titik memprihatinkan.  Segala obat apotik telah di cona termasuk berbungkus-bungkus Antangin ia teguk tetap saja suhu tubuh tak bersahabat.  Terlelap sepanjang perjalanan dari Bali - Surabaya - Yogya adalah hal tepat.

Sore hari kami tiba di Yogya dan langsung menuju Jalan Malioboro mencari hotel backpacker.  Dan segera membiarkan Agung terlelap dalam buaian.  Hanya saya yang sempat menanyakan banyak info tentang kereta menuju Jakarta.  Saya juga sempat ke sekitaran jalan Malioboro dan melihat keramaian malam, sebelum akhirnya saya putuskan untuk kembali ke Hotel menemani kedua rekan saya yang kurang enak badan itu.


saya bersama Dimas Diajeng Yogyakarta


Jadilah malam minggu di Yogya tanpa aksi apa apa selain hanya menyerahkan diri pada paksaan kantuk yang teramat sangat mendera.  Untunglah sedikit terobati dengan Minggu pagi yang cerah.  dapat bertemu dengan Dimas Diajeng Yogya ; Akbar, Tika dan Uul dan bergerilya menuju Borobudur.  Dan perjalanan ke Borobudur memakan waktu 2 jam lamanya.  Tapi tetap dengan suasana riuh rendah layaknya bertemua banyak hal dan berbincang beragam macam topik bahasan sepanjang perjalanan.

Malam beranjak dengan begitu cepat.  Kebersamaan dengan Dimas Diajeng harus  segera berakhir dan  kami di antar akbar ke terminal Bis di Yogya untuk melanjutkan naik bis ke Jakarta.  Dan ini adalah hal yang luar bisa memusingkan kepala. Pasalnya, rencana kami untuk  naik kereta batal hanya karena SEMUA tiket di SEMUA  stasiun Kereta di Yogya habis.!!!...dari pada harus  berdiri dalam gerbong kereta lebih baik memilih  duduk berjejalan dalam Bis AC.  Pertimbangan ini mengingat kesehatan Agung yang belum 100 persen membaik. 

Jadilah perjalanan menuju Jakarta penuh dengan kenangan.  Kenangan tiga lelaki petualang dengan azas nekad yang tak terhalang.  tiga  lelaki yang hanya mengantungi keberanian diri melebihi dari bahaya yang bisa jadi dapat kami alami.  Beruntung Tuhan selalu melindungi.  Beragam hal  manis dan indah mengembang di ingatan dan kemudian membuat kami tersenyum.  Dan ada juga hal yang tak mengenakkan yang akan kami jadikan cerita di hari senja kelak.  Bahwa kami bersahabat dekat, Saudara tercinta dengan keberanian yang melebih apapun untuk mendapat pelajaran terbaik dari sebuah perjalanan.

Terima kasih yang tak terhingga ketika kami dapat  kembali ke rumah tercinta.  Menjalani aktivitas rutin seperti semula.  Terima kasih pada Allah SWT atas karunia, kekuatan tekad, dan kemudahan dalam beragam hal meski banyak pula sakit mendera.  Terima Kasih pada keluarga kami masing masing yang memperkenankan kami  melakukan hal ini.  Terima Kasih pada Tempat kami bekerja atas izin yang di berika begitu lama.  Terima kasih buat teman teman yang telah luar biasa mencetak cerita bahagia bersama ; Adi Pratama, Asan, Doi di BALI - yang luar biasa baiknya kalian...!!!,  Gibo Sinatra, Danink dan Agung Paduka di Lombok, yang sudah jadi partner seseruan.... Tanti dan Ibu Lis di Sheraton Senggigi atas Sarapan istimewa dan pinjaman Mobilnya.  Bang Eki dan Dudi atas pemberian makanan ringannya di Hotel ketika di Lombok.,  Terima Kasih pada mas Irfan atas pertemuan singkatnya di Yogya dan arahan jalur transportasinya.  Thanks juga buat Gibran yang menyempatkan menemui kami di Stasiun Bis.  Terima Kasih atas teman teman yang selalu menyemangati. 

Dan akhirnya saya memutuskan,  untuk melakukan hal yang sama di kemudan waktu dengan lokasi yang berbeda.!!
Berpetualang adalah cara yang tepat mengenal kualitas  diri dalam kondisi terburuk sekalipun.

Next Trip..... PAPUA.!!!

2 comments:

  1. well arranged writing.. very gooooddd..^^
    papua??ahaha..lanjutkan!!

    ReplyDelete
  2. @Thanks Yuyun......Hope So.. I Love Papua..hahaha

    ReplyDelete