Sunday, March 11, 2012

JILBAB, TAK MENJAMIN SESEORANG MUSLIMAH

Minggu kemarin, saya menghabiskan waktu seharian bersama Keluarga. Mulai dari mengunjungi kebun binatang Bumi Kedatun hingga bermain di Pantai Mutun dan menyeberang ke pulau tangkil. Seru dan bahagia itu sudah tentu, dan bagi saya kegiatan seharian bersama keluarga tersebut merupakan bagian dari upaya saya untuk ‘membayar utang waktu’ yang pada minggu minggu lalu kerap saya gunakan untuk kegiatan sebagai ‘pria penghibur’ dari panggung ke panggung mencari sesuap nasi untuk anak istri. Bisa di katakan quality time lebih penting daripada sekedar kuantitas semata.




Tapi ketika hendak meninggalkan arena pantai di sore hari, anak saya yang pertama – si Abang, melihat sepasang muda mudi di sebuah pondokan tepi pantai sedang bermesraan. Dan tampa sungkan anak saya berucap “Ayah , ada yang lagi mesraan..”. Sontak saya juga jadi ikut melihat kearah yang di maksud oleh anak saya tersebut. Dan seperti yang kerap saya lihat juga bahwa sepasang muda mudi tersebut tengah asik bermesraan di pondokan yang memang hanya pas untuk berdua saja. Dan yang lebih membuat saya risih dan memalingkan wajah anak saya ketika saya lihat pemudi yang berjilbab itu sedang asik berpangkuan , berangkulan sembari tertawa kecil layaknya sepasang yang sedang di mabuk cinta.

Dalam perjalanan pulang saya kemudian mengingat ingat beberapa kejadian waktu lampau yang juga sering saya lihat wanita muda berkerudung lengkap dengan busana yang juga tertutup melakukan aksi mesra mesraan di tempat umum. Tempat yang semestinya tidak di pertontonkan kemesraan antara pria dan wanita, terlebih si wanitanya berjilbab.

Saya, bukanlah orang yang ahli agama. Saya pula tidak baik baik amat sebagai seorang umat. Tapi saya yakin juga bukan sebuah hal yang baik dan sesuai dengan tuntunan agama jika pria dan wanita – terlepas wanita itu berjilbab atau tidak, melakukan hal hal intim di depan public yang semua orang bisa lihat dan tahu dan kemudian akan jadi bahan gunjingan dan pembicaraan yang tak berkesudahan. Sama hal nya image wanita berjilbab kini. Saya sangat yakin bahwa wanita berjilbab tidaklah semua atas dasar niat melaksanakan perintah agama. Ada banyak motif di balik wanita mengenakan jilbab. Ada yang karena status sosial agar lebih di hargai dan di segani di lingkungan masyarakat, ada pula yang karena alasan alasan tertentu, misal ingin menikah dengan anak keluarga terpandang, sehingga memakai jilbab agar penikahan di lancarkan, ada pula yang karena berhasil mencapai suatu tujuan lalu mengenakan jilbab sebagai bagian dari nazar yang kesampaian. Ada pula motif mengenakan jilbab karena terjadi ‘sesuatu’ dalam area kepala hingga leher, misalnya terdapat cacat di bagian kepala atau leher, atau mengalami rambut botok, sehingga harus di tutupi dengan jilbab, atau yang lebih keren lagi adalah fenomena trend berjilbab ala jilbabers yang kini marak di kehidupan sosialita. Celakanya, kegiatan menutup aurat (berjilbab) tersebut tidak di iringi dengan menutup perilaku yang tidak sesuai dengan norma norma agama yang sudah semestinya di indahkan dalam agama, mengingat ilmu agama adalah ilmu yang tidak bisa di bantah lagi sebagai bagian dari umat beragama. Sehingga banyak wanita berjilbab tapi berpakaian super ketat sampai pakaian dalamnya Nampak mengecap. Ada pula wanita berjilbab tapi cara bicaranya yang ‘cablak’ tak ber-etika bahkan tidak ada tata karma layaknya wanita muslimah. Lalu ada pula sosok gadis berjilbab dengan perilaku yang hanya jilbab saja tapi selebihnya adalah kebrutalan si gadis yang kerap di umbar umbar. Maka tak heran jika melihat gadis berjilbab tapi berangkulan di tempat umum. Gadis berjilbab bermesraan dengan kekasih nya. Atau ada pula gadis berjilbab yang sangat mesra bergandengan sembari bercerita cinta dengan lelaki yang jelas jelas masih kekasihnya. Maka tak heran jika melihat Gadis berjilbab dengan Kekasihnya bermesraan di pinggir pantai layaknya memadu cinta tanpa pernah peduli dengan jilbab yang ia kenakantelah menjadi pemandangan biasa di lokasi pantai.
Sampai di sini, saya – sebagai bagian orang awam yang juga tak selalu sempurna menilai bahwa men-jilbab-i hati itu lebih penting ketimbang jilbab jilbab yang cendereung hanya hiasan di kepala tetapi kurang mengindahkan pedoman jilbab yang sebenarnya yang diajarkan oleh agama islam. Sejatinya Jilbab bukan hanya identitas trendy yang kini menjadi hits di kalangan masyarakat, tetapi juga menjadi identitas agama yang tak bisa di tawar, baik dari bentuk jilbab, jenis kain untuk jilbab sampai pada keharusan wanita berjilbab berlaku baik dan muslimah di muka umum.

No comments:

Post a Comment