Thursday, February 9, 2012

AMANDEL

Sejak kecil, saya sudah akrab dengan penyakit bernama ; Amandel. Sebuah penyakit yang menyerang fungsi kerja baik pada tenggorokan karena memang berada tepat di rongga tenggorokan. Ada pun bentuknya persis sebesar kelereng dengan teksture lembut dan elastis. Ketika kondisi badan drop, tentulah Amandel sangat menyakitkan. Untuk menelan makanan dan minuman saja terasa sekali sakitnya.
Dalam keluarga saya, seingat saya hanya saya yang mengidap penyakit ini. Selain polip dan rentan terhadap masuk angin, amandel adalah hal yang meresahkan saya. Bagaimana tidak, karena si Amandel itulah tenggorokan saya kerap terganggu ketika kegiatan makan minum berlangsung. Sejak kecil pula saya selalu dapat perlakuan makan dan minum yang khusus di banding ke lima adik adik saya. Tidak boleh minum es batu atau minuman minuman dingin lainnya apalagi ice cream, tidak boleh berada di suhu yang terlalu dingin karna akan memicu amandel kumat. Menghindari gorengan, makanan yang mengandung micin (penyedap rasa berlebihan) yang terdapat banyak pada snack, chiki dan makanan ringan lainnya.

Dulu saya hanya bisa memandang sedih dan kepingin sembari menelan ludah ketika teman teman saya di Taman Kanak Kanak atau ketika di Sekolah Dasar asik menikmati panganan ciki, pilus dan sejenis kudapan ringan khas anak anak lainnya. Tapi konsekuensi itu saya pahami sebagai sebuah keharusan daripada saya menderita sakit yang teramat sakit pada tenggorokan ketika amandel kumat. Yang unik, karena hanya saya sendiri di keluarga yang terkena amandel maka jadilah ukuran tubuh saya yang nampak anak bungsu di banding adik bungsu saya sendiri. Karena memang pengidap amandel akan mengalami penghambatan dalam masa tumbuh kembang tubuh. Ukuran tubuh kecil dengan aturan makan yang sangat berpola. Sampai saat ini, saya sendiri masih mengidap amandel. Itulah sebabnya saya menolak minuman dingin apalagi yang ada es batu nya (selain karena takut gemuk dan buncit akibat konsumsi minuman dingin ber-es-batu)hahahaha.

Tepat tanggal 7 Februari lalu, Putra pertama saya akhirnya harus menjalani operasi Amandel setelah merasakan sakit yang cukup hebat pada tenggorokannya. Sebuah penyakit turunan yang saya alami ketika kecil kembali terjadi pada anak saya yang masih berumur 6,5 tahun. Sebenarnya si Abang – begitu panggilan saya pada anak pertama saya itu, telah di temukan amandel pada tenggorokannya sejak kecil, hanya saja tindakan operasi atau pengobatan yang sangat beresiko baru dapat di lakukan hanya ketika si anak berusia lebih dari 6 tahun. Untuk itulah tindakan operasi untuk mengangkat amandel si Abang dari tenggorokannya harus segera di lakukan mengingat keluhan sakit yang teramat sering ia lontarkan. Dan ternyata si Dokter yang memeriksa si Abang pun mengatakan bahwa amandel yang Abang derita sudah memasuki stadium 3 untuk ukuran anak anak, sehingga di khawatirkan jika masuk stadium 4 akan melekat pada dinding tenggorokan sedangkan ukuran tenggorokan anak anak relative kecil dan sempit. Maka tindakan operasi pun di rasa cukup siap untuk di hadapi setelah di lakukan pemerikasaan Laboratorium dan konsul yang intensive dengan Dokter Spesialis THT.




Jadilah Operasi dilangsungkan. Salut buat anak sulungku yang tak gentar sedikit pun mendengar kata ‘Operasi’. Untuk anak usia 6,5 tahun yang masih di bangku kelas 1 Sekolah Dasar tentu kata Operasi bukan sebuah kata yang seru layaknya ‘Batman’, atau ‘Spiderman’. Tapi nyatanya si Abang santai saja melalui segala tahapannya. Bahkan para perawat sempat ia kerjai dan di ajak tebak tebakan tokoh kartun di depan pintu kamar operasi sebelum ia di bius lokal dan pelaksanaan operasi di mulai.
Saya dan Istri beserta keluarga menantikan dengan cemas di luar ruangan operasi bersama jajaran keluarga pasien lainnya yang juga menanti berlangsungnya operasi keluarga mereka. Dan saya ketika itu tak mau di liputi oleh prasangka prasangka apapun. Saya hanya berdo’a dan terus berdo’a. Ada sedikit ketidaktenangan memang, tapi tak begitu saya fokuskan. Setelah melampaui lebih kurang 1 jam, pelaksanaan operasi berakhir dan para perawat dan dokter menyatakan bahwa operasi mengangkat amandel si Abang berhasil baik dan lancar. Saya sempat sedikit gemetar dan miris ketika melihat bentuk Amandel yang di angkat dari tenggorokan putra sulung saya yang telah di masukkan dalam plastik transparan. Persis seperti bola bola daging yang di sambal pedas. Berbentuk bulat lunak dengan lumuran darah merah segar nan menggoda. Hhmmmm….. tak berani membayangkan bentuknya lebih lanjut, meski Amandel itu sekarang di masukkan dalam lemari pendingin di rumah sebelum nanti akan di buang ke laut sebagai syarat agar penyakit amandel tidak menurun pada generasi selanjutnya (entah mitos atau ritual adat – entahlah).


Hal selanjutnya adalah melihat kelegaan dan ketenangan pada wajah si Abang setelah operasi berakhir. Sangat menyenangkan. Sesi pemulihan dan tahap pengobatan terus di lakukan. Menjaga asupan makanan di awal pasca operasi yang harus memakan makanan-makanan lembut dengan asupan susu yang banyak sebagai ganti karbohidrat. Menjaga kondisi lebam atau memar dalam akibat pasca operasi adalah sebuah keharusan. Tapi yang membuat si Abang gembira adalah bahwa ia telah bebas meminum Ice Cream, bahkan di haruskan untuk perbanyak memakan Ice Cream pasca Operasi berlangsung. Jadi, hampir setiap saat saya melihat putra sulung saya menggigit Ice Cream berbagai merek dan semua terasa lezat, terlebih si Abang membuat keki ketika ia menyindir saya – Ayah nya , yang tidak seberani ia melakukan operasi menghilangkan Amandel. Hahahhaha…

1 comment:

  1. Salut bwt si abang yg berani operasi amandel ya pak. Berarti skrg si abang sdh berumur 10 th ya.. saya jg akan operasi terhadap anak saya yg berumur 6 th. sama seperti si abang kalau anak saya amandelnya sdh ada sejak kecil. smoga anak saya berani seperti si abang ya pak...

    ReplyDelete