Thursday, January 19, 2012

KONTRIBUSI ?...



Kontribusi berdasarkan sifatnya adalah kata benda yang mewakili sesuatu hal, bisa berupa Sumbangan atau sumbangsih akan suatu hal yang lain. Jika dalam sebuah kegiatan berorganisasi atau perkumpulan, Kontribusi bisa di artikan sebagai uang iuran atau uang sumbangan para anggota kepada organisasi tersebut. Tapi jika kata kontribusi di definisikan di dalam lingkungan kerja bisa bermakna sebagai bentuk sumbangan atau karya nyata yang berdampak langsung terhadap alur atau deskripsi pekerjaan tersebut.

Nah, sejak Desember 2011 lalu, saya di kejutkan oleh pernyataan seseorang yang cukup senior dan sangat saya hormati di wilayah kegiatan saya dan sebenarnya entah dalam keadaan sadar atau mungkin sedang ada masalah lain sehingga kalimat kontribusi itu bermuara ke diri saya. Sang Senior mempertanyakan kontribusi yang telah saya berikan terhadap pekerjaan saya. Dan itu hal unik dan cukup membuat saya terhenyak. Entah karena emosi atau memang sengaja, mengungkap bahwa selama saya bekerja tak ada Kontribusi nyata dan langsung terhadap wilayah kerja saya.
Ada baiknya Saya memaparkan beberapa hal yang sekiranya menurut saya sedikit banyak merupakan karya yang saya dedikasikan pada wilayah kerja atau area dimana saya tinggal. Seingat saya, pada Akhir tahun 2008, tepatnya bulan September akhir saya telah bergerak mengupayakan untuk terwujudnya Organisasi yang menaungi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Mengingat hal ini belum ada kejelasan dari tahun tahun sebelumnya. Saya – yang merupakan bagian kecil dari ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung tahun 2002, merasa terpanggil untuk membuat wadah kreatif dan positife demi bukti nyata secara langsung pasca acara pemilihan terjadi. Layaknya Ikatan Abang None Jakarta, Cak Ning Surabaya, Putra Putri Solo, dan jenis jenis lainnya yang telah jauh lebih dulu meng-ikrarkan diri dalam bentuk organisasi binaan Pemerintah Daerah masing masing dalam berkarya. Nah, berdasarkan itulah progress untuk mewujudkan itu telah saya mulai sejak akhir tahun 2008. Dan kemudian pada perjalananya tidaklah mudah. Ada banyak kendala dan kesulitan baik yang datang dari dalam diri saya sendiri maupun dari exsternal yang mengkondisikan segalanya terwujud. Dan dengan berjalannya proses akhirnya dapat di legitimasi dengan pasti, meski awalnya hanya legitimasi ringan di akhir Oktober 2008. Tapi bagi saya itu tonggak sejarah dalam proses tumbuh kembangnya organisasi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang saya harapkan. Singkatnya. Tahun 2009 kemudian di lantik dengan konsep jelas, berbadan hukum dan memiliki AD/ART serta masuk dalam usulan Bantuan Sosial Kepemudaan dalam APBD Kota Bandar Lampung. Untuk yang satu ini, patut kiranya saya menyebut bahwa Saya – Indra Pradya adalah Founder untuk Lahirnya Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung (IMKOBAL) secara Legitimasi yang syah dan jelas berbadan hukum dan di akui secara hukum. Meski saya tidak akan pernah melupakan beragam pihak yang membantu mewujudkannya dan juga memberi supports besar di balik kelahiran IMKOBAL dahulu.

Selanjutnya, Sebelum memberi cap pada saya yang di kira tak memiliki Kontribusi, ada baiknya melihat perkembangan berkegiatan yang saya lakukan dan saya emban di beberapa waktu kemudian sejak IMKOBAL berdiri. Progress acara, ide ide kreatif seperti penerapan system audisi pada ajang Pemilihan Muli Mekhanai di tahun 2010 hingga kini (InsyaAllah), dan event event yang tercipta serta lahirnya pribadi pribadi binaan yang teruji baik secara tertulis maupun praktek di lapangan, tak lepas dari pemikiran dan upaya yang saya lakukan dengan sungguh sungguh. Jika saya di rasa selalu meminta imbalan, itu salah besar ?. Setiap saya terlibat di event yang berhubungan dengan Seni, Budaya dan Pariwisata, saya tidak pernah mengharap imbalan besar atau terlalu hitung hitungan professional di awal acara, beda halnya jika saya berhadapan dengan dunia panggung komersil di luar sana, tarif saya jelas dan tak bisa di tawar rendah untuk sebuah alasan professional. Tapi untuk pekerjaan dan dedikasi, seingat saya ada banyak acara yang saya rela menerima bayaran ala kadarnya, di bayar dengan sepiring makan siang, bingkisan atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Dan ini bisa jadi tak orang lain tahu, karena memang Saya tidak pernah mau memberi tahu siapapun. Lalu, saya pula pernah terlibat dalam banyak kegiatan yang sedikit banyak punya andil di dalamnya seperti membuat konsep acara, slide presentasi, mengarahkan program dan bahkan terjun langsung jadi bagian pengisi acara. Bahkan pernah pula saya yang bertugas sebagai MC (Master of Ceremony) merangkap jadi Driver (sopir) anter jemput Model Fashion Show dari Salon ke tempat acara. Dan ingat, lagi lagi saya tidak perhitungan untuk hal ini.
Dari apa yang saya paparkan tadi, bukan saya bermaksud mengungkap keunggulan diri atau merasa saya paling pintar dan paling benar segalanya, tapi Saya hanya meluruskan kata Kontribusi yang di capkan ke saya oleh seorang Senior tersebut. Saya di katakan tidak pernah memberikan kontribusi secara langsung pada tempat dimana saya bekerja. Saya di nilai banyak menghabiskan waktu di luar kantor untuk memenuhi nafkah saya. Lantas adakah sesuatu yang salah jika saya melakukan itu ?, apakah lantas kemudian mematikan mata pencarian hidup mereka yang tak suka dengan progress dalam kehidupan yang saya lakukan sendiri tampa membebani siapapun.?. Lalu dimana letak kebebasan berekspresi dan berkarya yang semestinya di hargai secara konten yang sesuai ?. Lagi pula, apa yang saya lakukan sejauh ini tidak pernah ada yang melanggar UUD 1945, atau melanggar aturan baku ?. Apakah ke-aktifan saya di Media hingga semua event yang saya buat bersama tim di liput itu menyalahi aturan ?, Lalu dimana mereka ketika saya dan tim merasa mentok, terpuruk, bingung, berat terbeban ? adakah orang orang yang mempertanyakan kontribusi diri ini mau perduli ?. Tidak ?. Dan sekarang yang saya pahami adalah bahwa kontribusi yang di maksud adalah harus selalu berkoordinasi dalam segala hal, sekecil apapun, seremeh apapun hal itu, semua harus di bicarakan, dan lantas dimana inisiatif diri jika segalanya harus sesuai prosedur ?, dan buat apa pula perlu ada kreativitas jika semuanya harus sesuai dengan system dan sama persis dengan hal hal terdahulu,?, bisa jadi inilah realita. Kenyataan bahwa ada pihak pihak yang bisa jadi akan senang jika saya menghentikan langkah kreativitas dan progress baik. Bisa jadi ada yang senang ketika saya terpuruk dan lalu timbul kesusahan kesusahan yang mendalam ketika saya terlalu cepat dalam melangkah, terlalu banyak bergerak dan banyak mengambil peran dalan setiap pekerjaan creative sehingga perlu di beri cap ‘carmuk pada atasan’ atau cap ‘sok bisa’, ‘sok pintar’, dan lain sebagainya. Dan untuk beberapa kali saya berupaya kebal. Kebal untuk tidak menggubris beragam tanggapan miring orang lain ke saya. Tapi ternyata terkadang saya bertanya lagi , benarkah saya tidak memiliki Kontribusi ?, tidak memiliki Karya Nyata ?, benarkah bahwa saya hanya bersenang senang belaka tampa ada karya ?, dimanakah mata dan telinga meraka ?, apakah tak pernah melihat apa yang selama ini saya buat dan saya dedikasikan untuk almamater saya ?, untuk lingkungan kecil dimana saya tinggal ?. Entahlah. Kembali lagi ke dugaan saya semula, Bisa jadi sang Senior sedang ada masalah secara pribadi sehingga saya yang kena sasaran kemarahannya yang tak kesampaian itu, atau hanya memang saya yang benar benar Bodoh dalam bekerja. Dan tidak ada karya apa apa. Sampai disini saya masih bersabar, berdiam untuk sesutu yang tak perlu saya hiraukan meski kadang hati berontak dan tak terima, tapi apa mau dikata, inilah sebuah mata rantai prosedural dan sistematis kaku yang sangat di banggakan hingga bisa jadi sampai akhir zaman.

No comments:

Post a Comment