Thursday, August 29, 2013

MAGICAL TRIP ; BANDAR LAMPUNG - BENGKULU SELATAN




KISAH TRIP KE BENGKULU SELATAN

.... “Kamu tidak akan pernah tau setangguh apa pribadi mu, sebelum kamu menantang diri untuk melakukan perjalanan jauh.”

Untaian kalimat itu terus saya ingat. Sebuah petuah dari Almarhumah Mama. Entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi saya pernah di beri petuah itu ketika dulu saya hendak berkemah untuk sebuah kegiatan kepramukaan di bangku sekolah menengah atas.

Tak terhitung lagi banyaknya perjalanan  yang pernah saya lakukan. Dari perjalanan biasa antar kota dan antar provinsi dalam rangka tugas kedinasan, kelompok atau organisasi. Atau perjalanan personal saya yang menantang. Ada pula perjalanan bersama sosok sosok terbaik yang kerap terjadi sepanjang hidup saya.
Dari banyaknya perjalanan, tentu ada pula banyak kisah di balik setiap perjalanan tersebut.
Tak terkecuali, perjalanan Bandar Lampung – Bengkulu Selatan yang saya lakukan bersama sosok sosok hebat berikut.

 
The Magical Team ; Kurnia, Rafindo, Beny, Gerades dan Saya
On Car position



NYARIS GAGAL.

Saya sempat bingung ketika Wira – rekanan yang tadi nya masuk dalam team ke Bengkulu Selatan tiba tiba membatalkan keikutsertaanya di karenakan Ayah nya terkena sakit stroke ringan dan sebagai anak tertua tentulah ia harus mengawasi pengobatan Ayahanda nya tersebut, dan untuk hal itu saya memakluminya. Kemudian Reno – yang juga batal ikutserta karena ada jadwal interview pekerjaan pada hari minggu.
Sejenak saya terdiam, ada rasa pasrah ketika 2 sosok terbaik membatalkan keikutsertaannya dan hal itu tidak bisa saya hindari.

Sebenarnya tujuan utama ke Bengkulu Selatan adalah menghadiri Pernikahan Rizal – Ketua Bidang SDM – ADWINDO. Dulu, Rizal bela belain datang ke Bandar Lampung ketika gelaran RAKORNAS ADWINDO 2 tahun 2012 dengan kisah heroiknya menantang banyak pihak di tingkat Provinsi Bengkulu atas keikutsertaannya dalam RAKORNAS ADWINDO tersebut. Beragam kisah perjuangannya itulah yang mendasari diri saya untuk membalas kebaikannya  tersebut dengan berjanji pada suatu hari  -  akan datang langsung ke Bengkulu Selatan ketika ia menggelar sebuah acara.
Nah, Resepsi Pernikahan Rizal lah yang menurut saya dapat saya jadikan alasan untuk mengunjungi Bengkulu Selatan. Sekaligus saya ingin tahu secara langsung seperti apa kondisi nyata Bengkulu Selatan tersebut, mengingat saya belum pernah kesana sebelumnya.

Sejak jauh hari, saya mengajak beberapa personal yang saya nilai bisa beradaptasi dalam sebuah perjalanan team yang tentu  saja jauh dari perjalanan nyaman dan mewah. Saya tentu berfikir untuk melibatkan kembali sosok sosok terbaik yang pernah saya ajak trip ke Bandungan – Semarang – Jawa Tengah beberapa bulan lalu, mereka adalah Wira, Reno, Kurnia, Kevin dan Faisal. Tapi sayang Kevin berhalangan ikut karena harus mengikuti kegiatan Ospek di Kampus nya. Sedangkan Faisal berhalangan karena ada kegiatan UAS, di tambah Wira dan Reno yang juga mengutarakan ketidakberkenannya ikutserta karena ada urusan yang tidak bisa mereka tinggalkan. Bahkan saat bersamaan Kurnia pun mengirim  pesan ke ponsel saya bahwa ia tidak bisa ikutserta. Well, nyaris putus asa, saya nyaris membatalkan perjalanan yang telah saya rencanakan sebelumnya. Tetapi saya sempat berfikir, jika pun tidak ada yang bisa saya ajak serta, maka saya akan menghubungi mobil travel yang menuju Bengkulu Selatan, dan saya berangkat sendiri. Tapi hal itu terasa asing. Sendiri di travel ke daerah yang tidak pernah saya tahu sebelumnya. 
Tapi beruntung, niat baik saya yang di dasari sebuah persaudaraan ternyata di mudahkan. Pada detik terakhir, ada Rafindo, Beny dan Gerardes yang berkenan ikut serta. Di tambah Kurnia pun ternyata meng-ia-kan ajakan saya. Alhamdulilah.

RUTE MENANTANG

Sabtu, 24 Agustus 2013. Pukul 09.00 WIB waktu Bandar Lampunng kami bergerak menuju rute yang telah di tentukan. Dengan bekal makanan yang memadai dari istri saya lengkap dengan perangkat Tupperware, kami memantapkan tekad untuk menuju Bengkulu Selatan dengan dasar persaudaraan pada sosok Rizal yang baik, tanpa pernah berfikir bahwa kami tahu lokasi sebelumnya. Rafindo yang bertindak sebagai second driver  mulai mengutak atik ponselnya dan mengatur petunjuk Peta via ponselnya. Gerardes yang berperawakan santai, sedikit banyol dan suka membuat ‘joke’ juga tak kalah sigap, dengan perlengkapan memadai ia menunjukkan kesiapannya. Beny, yang bertubuh mungil di posisikan duduk paling belakang, bersebelahan langsung dengan bahan logistik dan setumpuk konsumsi selama perjalanan kami. Kurnia yang seperti biasa berperawakan tenang dan tak begitu ramai bicara seperti saya, bertindak selalu dewasa di banding yang lain, - dan mungkin bisa jadi lebih dewasa di banding saya.

Bermodal informasi seputar rute perjalanan dari Bandar Lampung ke Bengkulu Selatan dari atasan saya – Ibu Tina dan beberapa rekan kantor yang katanya sudah menuju ke sana, akhirnya saya putuskan, kami melalui rute yang ter-efektif yakni melalui Kota Agung, dengan rincian rute ke Bengkulu Selatan adalah  ;  dari Bandar Lampung – Pesawaran – Pringsewu – Kota Agung – Tanggamus – Wonosobo – Hutan Lindung Bukit Barisan Selatan – Krui – Pesisir Barat – Kabupaten Kaur – Bengkulu Selatan – Kota Manna.
Bermodal rincian rute itulah yang membuat kami menyatukan tekad dan semangat untuk memulai perjalanan dengan motto dan rule ; Semangat dan Keterbukaan. Saya selalu menegaskan bahwa setiap personal dalam mobil Avanza silver saya adalah satu keluarga. Tidak boleh ada yang disembunyikan, apa yang di rasa, kita rasakan bersama, semua di lakukan untuk menjaga kekompakan dan kebersamaan selama perjalanan.

Ternyata rute yang kami rancang tak jauh dari perkiraan, Meski ada banyak hal mengejutkan terjadi di sepanjang perjalanan. Hal tersebut terjadi ketika keluar dari daerah Tanggamus  menuju Wonosobo dan memasuki daerah Hutan Lindung melalui Krui – Lampung Barat. Perjalanan berliku, dengan rute menantang, berkelok kelok tajam tanpa rambu jalan yang lengkap.  Jalanan yang relative mulus  tampak serasi dengan paduan tikungan tajam dan tanjakan yang curam menohok raga. Kami sangat menikmati suasana alam hutan lindung  Taman Bukit Barisan Selatan yang menghubungkan daerah Wonosobo-Tanggamus dengan Lampung Barat. Sepanjang jalan kami membuka kaca jendela mobil dan mematikan AC hanya untuk menikmati betapa sejuknya hawa pegunungan dengan hutan lindung nan tropis. Ada kicauan burung yang menawan di sela gesekan dedaunan yang rindang. Sesekali kami melihat hewan hewan hutan yang menyeberangi jalan yang kami lalui. Sesekali kami tergelak tawa menikmati perjalanan. Di sela celotehan ringan  dan joke jenaka hingga obrolan ‘berat’ pun terjadi sepanjang jalan. Saya bertindak sebagai driver dalam perjalalan menuju Bengkulu Selatan sengaja mengambil tugas tersebut untuk memahami rute perjalanan. Biarlah Rafindo menjadi Driver ketika rute kembali pada Senin mendatang. 

Suasana Makan Siang kebersamaan di tepian Pantai

Narsis di tepian pantai.


MENIKMATI ALAM

Sungguh indah ciptaan Tuhan. Saya dan rekan rekan selalu di buat berdecak kagum dan terperangah dengan keindahan Alam ciptaan Tuhan yang kami  jumpai  di sepanjang perjalanan. Ada bentangan Pantai yang memikat mata tanpa ada pembatas karena langsung terhubung dengan Samudera hindia di sepanjang Krui,  Lemong – Pugung – Pesisir Barat.
Lelah dengan jarak tempuh  4 jam yang kami lakukan dari Bandar lampung ke Krui – Pesisir Barat terasa terobati dengan melihat indahnya hamparan pantai di sepanjang jalan.

Bagai anak kecil yang kegirangan diberi permen, seperti itulah kami ketika menemui pantai landai yang dapat kami singgahi sesaat, meski hanya menginjakkan kaki di hamparan bentangan pasir nan halus lembut, tak lupa berfoto – mengabadikan keindahan ciptaan Tuhan dan Kenarsisan kami dalam perjalanan. Hahahha. Kami pula sempat beberapa kali berhenti di perjalanan hanya karena ingin merasakan sensasi dari pantai yang berbeda beda tentunya.

Bahkan kami menyempatkan beristirahat sejenak di pinggir pantai di daerah Pesisir Barat sembari menikmati bekal makan siang yang telah kami siapkan sejak keberangkatan dari Bandar Lampung. Jadilah suasana piknik terjadi di atas hamparan rumput hijau di pinggir pantai, lengkap dengan sapi yang terikat di sekitar pohon Kelapa yang tegak congkak di sekitar kami berada.

Keindahan alam, terus memanjakan mata kami. Sepanjang jalan dari Pesisir Barat hingga memasuki perbatasan dan Bengkulu Selatan kami selalu terkagum kagum dengan kondisi alam yang demikian indahnya. Tak ketinggalan ke-eksotikan Hutan Lindung Bukit Barisan Selatan yang menyimpan banyak keragaman Flora dan habitat alami langka. Sesekali kami melihat hewan hewan hutan menyeberang jalan. Dengan kaca mobil terbuka, bukan hanya bertujuan untuk menikmati udara hutan Bukit Barisan Selatan saja, tetapi karena menghemat bensin.

Sistem Isi bensin eceran di sepanjang perjalanan menuju Bengkulu Selatan

Mampir sejenak di Tanjung Setia - Surfing Area sehabis Makan Siang


MANNA SARAT BUDAYA

Jangan pernah menunda isi bahan bakar jika memang kondisi bahan bakar mobil menipis. Itulah kesalahan mutlak kami, yang kemudian berdampak pada penghematan yang kondisional.

Ketika berada di Krui – Pesisir Barat, semustinya saya menghentikan kendaraan dan mengisi full bahan bakar pada Pom Bensin besar terakhir dekat pasar Krui, tapi itu tidak saya lakukan, saya berfikir di depan nanti ada Pom Bensin lagi. Alhasil, selama perjalanan  dengan rute  menanjak pegunungan dan menuruni  perbukitan, membuat bensin lekas berkurang. Akhirnya mau tak mau saya dan rekan rekan memutuskan untuk membeli bahan bakar eceran – alias beli dalam jumlah kecil pada penjaja bensin rumahan di pinggiran desa desa kecil di sepanjang Pesisir Barat hingga desa desa di Kabupaten Kaur – Bengkulu Selatan.  Tak ada Pom Bensin di sepanjang jalan sejak sepanjang Pesisir Barat hingga mXZemasuki Kabupaten Kaur – Bengkulu Selatan. Kami baru menemukan Pom Bensin ketika memasuki Kota Manna – Bengkulu Selatan – 30 menit sebelum bertemu Rizal yang menjemput kami menuju rumahnya.

Malam itu, suasana rumah Rizal sudah ramai. Bagai perhelatan akbar. Seluruh jiran tetangga tumpah ruah memenuhi halaman yang telah di tata sedemikian rupa.
Ada pelaminan yang di dekor indah berhias bunga bunga dan kain khas Bengkulu Selatan dengan dominasi warna merah menyala. Ada pula panggung music organ tunggal  yang bertengger gagah di sebelah panggung pelaminan. Dan yang mengagumkan adalah, ada banyak meja meja kecil yang di tata sedemikian rupa. Tiap meja di isi oleh 4 sampai 5 orang bapak bapak warga sekitar Kota Manna.
Begitulah Budaya di Kota Manna. Sebuah ibukota Bengkulu Selatan yang masih menjalankan banyak hal  yang merupakan adat istiadat. Konon untuk sebuah ritual pernikahan telah di gelar 1 atau 2  minggu sebelum acara.
Malam itu, saya dan rekan rekan, di buat kagum dengan ramainya bapak bapak dan remaja putra yang berbaur menjadi satu dalam sebuah pertandingan Gaple atau semacam permainan kartu remi yang di kemas menjadi sebuah kejuaraan kecil tetapi mengandung nilai kebersamaan warga setempat.  Setelah Makan malam dengan hidangan khas Bengkulu Selatan di Rumah Rizal, saya dan teman teman sempat di tawari untuk ikut serta main Gaple, tapi saya dan rekan rekan memilih menuju Hotel yang telah di siapkan Rizal untuk sejenak beristirahat, mandi dan berganti baju setelah merasakan betapa aroma menyengat perpaduan antara air laut dan keringat tingkat tinggi menempel di tubuh kami.

12 jam menempuh perjalanan dari Bandar Lampung ke Bengkulu Selatan –  termasuk banyak berhenti setiap lihat spot  pantai yang indah untuk foto, membuat kami merasa lega setelah tiba di kamar hotel yang letaknya tak jauh dari rumah Rizal. Kami segera berbenah mandi dan berganti baju meski terjadi hambatan pada saluran air di kamar mandi yang tersumbat sesaat.
Malam itu, seusai men-touch-up diri, sehabis mandi, kami putuskan untuk kembali ke rumah Rizal dan kemudian mengajak Rizal berkeliling Kota Manna – Bengkulu Selatan. Lumayan, hitung hitung kami merayakan Malam Minggu di Kota Manna. Melihat dari dekat kondisi nyata Kota Manna yang sebelumnya hanya kami tahu melalui peta atau pun cerita.
Penelusuran Kota Manna malam itu terhenti di sebuah warung Bandrek dengan obrolan obrolan ringan penuh makna kebersamaan. Meski kami harus segera menghentikan obrolan tersebut mengingat waktu yang telah larut sementara saya melihat Rizal haruslan beristirahat karena esok gelaran resepsi yang membutuhkan stamina kuat sebagai pengantin yang akan berdiri di pelaminan seharian.

Foto bersama dengan Pengantin RIZAL dan IRNI


NALURI PETUALANG

Pagi menjelang. Minggu cerah di Kota Manna. Setelah menikmati sarapan hantaran Rizal ke Kamar Hotel, kami bergegas memanut diri, untuk menuju acara resepsi pernikahan Rizal dan Irni.
Pukul 09.20 kami meninggalkan hotel. Uniknya, acara resepsi yang menurut info di mulai jam 9.30 pagi itu malah telah berlangsung lebih awal. Jadi ketika saya dan team datang acara malah telah setengah jalan. Uniknya belum masuk area tarup resepsi, saya telah di daulat untuk menyampaikan sambutan mewakili Ketua Umum – ADWINDO, tak hanya itu, panggilan saya untuk bernyanyi di panggung musik resepsi pun terjadi hanya beberapa detik setelah saya menyelesaikan sepiring makanan. Sungguh upaya keras mengatur  nafas  untuk bernyanyi dalam kondisi perut padat terisi. Namun semuanya saya anggap sebagai naluri petualang.
Suasana keakraban dengan rekan rekan Ikatan Bujang Gadis Bengkulu Selatan pun terjadi. Kami berkenalan dan berbincang banyak hal. Tukar menukar informasi seputar organisasi masing masing hingga saling mengajak bertandang pun terjadi.  Kami juga sempat di ajak oleh rekan rekan Bujang Gadis Bengkulu Selatan untuk bersama sama mengunjungi pantai di sore hari. Meski hal tersebut akhirnya kami lakukan sendiri.

Seusai menikmati meriahnya resepsi pernikahan Rizal dan Irni yang sungguh sarat budaya daerah Bengkulu Selatan, saya dan teman teman merebahkan diri sejenak di hotel, hitung hitung menyiapkan tenaga besar untuk kembali berpetualang menghabiskan Minggu di Kota Manna.
Pukul 15.30 kami telah bersiap kembali untuk menjelajahi beberapa spot wisata di kota Manna. Sayang rekan rekan Bujang Gadis Bengkulu Selatan yang semula berjanji akan bergabung bersama kami, ternyata tidak kunjung datang. Akhirnya 16.20 kami putuskan untuk berangkat bersama, selayaknya team nekad yang sudah terpatri sejak Bandar Lampung.

Rute yang kami lakukan adalah mengikuti arahan Rizal semalam. Melintasi jantung Kota Manna yang cukup lengang dengan pertokoan dan keramaian pada beberapa lokasi perbelanjaan tradisional. Lalu melaju pada sebuah pantai terdekat di Kota Manna – Pantai Pasar Bawah namanya, saya sempat berfikir mengapa namanya Pasar Bawah ?, tidak ada kehidupan layaknya pasar di sana. Yang terlihat adalah pantai yang landai dengan pembatas pantai yang gagah, dan ada banyak penjaja makanan sepanjang pantai dengan penataan payung payung  besar tempat pengunjung bersantai. Mungkin kegiatan jual beli tersebutlah hingga dinamai Pasar Bawah, atau bisa jadi karena letaknya menjorok ke bagian bawah dari pusat kota Manna. Entahlah, perjalanan tanpa guide sepertinya hanya mampu pada tataran tebak menebak saja. Hahahahha. Kami menyempatkan foto foto sesaat sembari melihat lihat sekeliling pantai yang sangat luas.
Mata kami kemudian tertuju pada sebuah dataran landai yang terdapat di seberang utara dari Pantai Pasar Bawah dimana kami berada. Ada semacam pulau kecil yang terpisah utuh dari Pantai nan luas dmana kami berada. Tanpa perlu di komando, kami pun bergegas kearah pantai terpisah itu, yang ternyata tak begitu jauh jika di lakukan berjalan kaki. Tanpa memakan banyak waktu saya dan teman teman sudah berada di pinggir bibir pantai kecil yang ternyata itu adalah  Bayau – pertemuan antara air sungai dan air laut. Saya mencoba meminum airnya yang tak asin, sementara air di sebelah kanan saya masih asin layaknya air laut. Subhannallah.
Gerardes, adalah yang paling semangat mengajak kami berenang menyeberangi aliran sungai yang katanya dangkal tersebut. Tetapi kemudian saya melihat keanehan tak ada satu pun orang yang berenang di area tersebut, meski sebenrnya mereka mampu berenang karena area tersebut tidaklah terlampau dalam. Ada 2 orang nelayan yang saya lihat berdiri di tepian sungai yang berseberangan langsung dengan pantai tersebut. Saya mencoba menanyakan seberapa dalam  sungai tersebut, tetapi si nelayan menjawab “jangan “. Saya kemudian memutuskan untuk mengajak teman teman berfoto di pinggiran pantai yang berbatuan saja sembari menantikan moment matahari tenggelam..
Beruntung kami tidak melakukan renang di aliran sungai yang kami anggap dangkal tersebut. Setelah di ceritakan kisah yang sesungguhnya oleh Rizal dan rekan rekan Bujang Gadis Bengkulu Selatan, bahwa wilayah pertemuan antara air laut dan air sungai itu adalah wilayah yang cukup angker. Pernah dahulu ada jembatan gantung yang membentang di atasnya, dan kemudian jembatan gantung itu terlepas dan menjatuhkan banyak korban, dan konon barang siapa yang hanyut di sungai itu, ia tak akan di temukan meski hanya jasad nya. Beruntung kami tak berenang di sana.
Dasar Jiwa Petualang.! Merasa semua hal layak di coba.

SELAMAT MESKI REM RUSAK

Minggu malam  kami lanjutkan berkeliling Kota Manna, yang kali ini rekan Bujang Bengkulu Selatan ikut serta. Kami sempat di ajak ke taman di tengah kota yang minim penerangan apalagi sarana layaknya sebuah public area. Kami juga di ceritakan banyak kisah asal muasal daerah Kota Manna khususnya. Meski jalan jalan malam tak selancar harapan karena hujan mulai menghampiri kami. Jadilah pembicaraan ringan di rumah Rizal menjadi semacam forum kecil tanya jawab tentang perkembangan organisasi Ikatan Bujang Gadis Bengkulu Selatan. Meski saya rasa tidak optimal semoga di lain waktu hal tersebut akan terulang kembali. Malam semakin larut. Keletihan terlihat dari wajah Rizal dan keluarga besar. Kami pamit kembali ke Hotel untuk berkemas karena esok senin pagi akan melanjutkan perjalanan kembali pulang ke Bandar Lampung.

Tepat pukul 06.00 waktu Kota Manna Bengkulu Selatan kami telah bersiap menghadapi rute kembali ke Bandar Lampung. Ingin rasanya berlama lama di Kota Manna. Ada banyak kisah yang telah terukir di sini meski hanya 2 hari saja. Sebuah penerimaan baik dan hangat dari segenap keluarga besar di Kota Manna.
Setelah berpamitan dengan  keluarga Rizal dan di titipi kue khas dari Irni – Istri Rizal kami memantapkan tekad untuk melajukan kendaraan kearah pulang. Uniknya perjalanan pulang kali ini tidak terlalu membebani kami, mengingat kami telah mengetahui medan yang kami lalui. Itu pula yang membuat perjalanan pulang nampak cepat dari pada perjalanan datang kemarin. Rafindo sebagai driver utama kali ini lebih sigap dalam membawa kendaraan karena telah mengetahui rute.
Kami pula sempat beberapa kali berhenti, khusus nya mengisi bahan bakar di Pom Bensin besar di Kota Manna. Selebihnya kami berhenti di beberapa spot pantai yang indah seperti di Kota Karang – Pugung – Pesisir Barat, dan di sepanjang Lemong yang menyajikan panorama Pantai yang indah dan memukau. Kami pula berhenti di Pasar Krui untuk beristirahat makan siang, ngopi dan shalat bersama – meminta keselamatan pada sang pencipta dalam perjalanan nekad yang kami lakukan.

Keceriaan perjalanan pulang harus terusik dengan kondisi rem mobil yang tidak berfungsi maksimal. Ketika memasuki Krui, Rafindo telah mengingatkan bahwa kondisi rem tak lagi stabil. Dan hal tersebut semakin parah ketika lepas Tanggamus dan memasuki Pringsewu, kami harus ‘merayap’ melakukan perjalanan penuh  hati hati dan tak bisa melaju kencang lagi. Nampak kanvas rem tak lagi seirama, ini di tandai dengan bunyi derap yang tak lagi menyenangkan telinga. Masuk kota Pringsewu hingga memasuki Bandar Lampung dan tiba di rumah, saya dan teman teman harus berdo’a penuh sepanjang jalan agar selamat sampai tujuan.

Meski beragam rintangan terjadi, tetapi perjalanan ini berlangsung sukses. Ibarat misi besar. Saya dan teman teman berhasil menaklukan tantangan perjalanan yang tak ringan. Karena kami tak tahu apapun berhubungan dengan perjalanan ini sebelumnya. Saya hanya bermodal nekad mengajak teman teman yang berkenan ikut serta. Hanya bermodal keberanian lah kami berhasil mengetahui rute yang sesungguhnya. Dan yang paling utama adalah adanya dukungan do’a dari keluarga dan rekan rekan kami dan mental baja dari setiap sosok yang terlibat. Karena perjalanan ini bukan perjalanan memasuki ibukota yang gemerlap dan serba ada, tetapi perjalanan yang sederhana dengan penuh keterbatasan dan permakluman dalam setiap rintangan.

Kami bisa, dan kami membuktikan bahwa niat baik akan menghasilkan hal yang baik. Dan kekuatan personal dalam bertahan dan berusaha  adalah penentu kesuksesan.

Terima Kasih teman teman ; Kurnia, Gerardes, Rafindo dan Beny yang berkenan menjadi partner saya dalam perjalanan ini. Semoga kelak kita di beri kekuatan dan kesehatan untuk melakukan perjalanan berikutnya.  Bagi saya, melakukan trip itu adalah selingan nikmat dan segar di sela kesibukan dan rutinitas. Traveling adalah moment dimana saya bisa me-refresh diri untuk mendapatkan banyak inspirasi dan belajar langsung dari alam ciptaan Tuhan, di sela kepadatan mencari nafkah yang tak pernah ada habisnya. Work Hard  itu Harus, tapi Play Hard  juga Lebih Harus, sebagai bagian dari menikmati hidup yang hanya sekali.





2 comments:

  1. Mister, foto tempat beli bensinya aku tau tmpatnya,, ,,, :)

    ReplyDelete
  2. Mantap. Saya mau nge trip kesana juga kak �� Doakan kami yaa

    ReplyDelete