Thursday, November 4, 2010

KATA KATA SAMPAH.




Kita, - setiap manusia, memiliki Konsekuensi dari Kebebasan yang di berikan oleh Tuhan.  Itulah mengapa kita berbeda. Tak ada yang sama.  Bahkan persis sama. Kembar sekalipun adanya.  

Manusia sering terperangkap bahwa yang indah adalah persamaan.  Sama menyukai akan bidang tertentu,  sama menyukai benda idaman, sama pemikiran, sama pandangan, dan lain sebagainya.  Tapi kita – manusia, lupa bahwa persamaan – persamaan itu adalah penjara.   Penjara untuk kita bisa merdeka dari beragam pemikiran sesaat yang belum tentu kita dapat lihat  lebih dekat.  

Terkadang apa yang kita sukai belum tentu pula sesuatu yang mengindahkan kita kelak.  Tapi  ternyata masih banyak juga diantara kita menganggap bahwa perbedaan adalah sesuatu yang menyakitkan.  Beda pandangan, beda selera makan, beda selera musik dan haluan, beda partai, beda pemikiran akan kehidupan, dan beda – beda yang lainnya.  Tapi bukankah semua di dunia ini beda.?. 

Itulah mengapa selanjutnya kita terkungkung dalam dunia ceremonial yang tak pernah habis habisnya di lakoni oleh umat sepanjag hayat.  Kita selalu kesal jika ada yang beda pemikiran.  Kita berupaya untuk menjauhi  mereka yang kita anggap tidak membawa kenyamanan dalam kehidupan kita. Padahal bukankah kenyamanan itu bersifat tak kekal. Tak ada yang selamanya membawa kenyamanan meski telah kita selami sejak awal kehidupan.?.  Bahkan yang saya tahu Indonesia itu Negara Demokratis ?, tapi mengapa kebebasan berpendapat  kerap di salah arti kan sebagai sebuah sikap permusuhan ? .
Lalu terkadang banyak umpatan – umpatan, sumpah serapah yang mengalir dengan derasnya bak gelombang Tsunami yang tak terbendung dan terjadi paling dahsyat dari Tsunami manapun  yang pernah terjadi di belahan bumi.  

 Kata – kata yang terkadang tak pernah terpikirkan akan membawa pada bentuk kesenjangan bagi ia yang berujar.  Kata – kata yang mengarah pada kewajiban seseorang akan sebuah tantangan masa depan yang impulsif.  Beberapa cendrung bangga dengan perbuatan sampah nya dengan mengungkapkan kekesalan akan kebahagiaan orang lain.  Beberapa juga senang bergunjing membicarakan  seseorang yang padahal dulu pernah bersamanya atau mungkin membayarinya makan untuk kedamaian pertunya kala itu.  Beberapa lagi kemudian menghindar untuk bertemu langsung pada mereka yang dianggap beda.

Pernahkah kita semua berfikir bahwa sebenarnya sayap kiri dan kanan seekor burung itu berbeda. Jumlah  bulu sayap kanan dan kiri berbeda, kepakan sayap di satu masa ketika berkelana pun berbeda arah metrisnya.  Lantas, kemudian lahir haluan kiri dan kanan pada gerombolan manusia yang mengkotakkan diri dalam keterbatasan pikiran.  Haluan kiri yang cendrung mengkonfrontasi keputusan mereka yang di anggap tak lebih baik. Menghasut mereka untuk berkonspirasi menjauhi atau memusuhi orang lain yang belum tentu keabsahannya.  Lantas ada pula yang kemudian berfikir bisa menghentikan gerak langkah seseorang dengan tajamnya hasut yang mereka sebar bak benih di padang gersang.  Celakanya ada banyak umat bodoh yang terjerembab dalam ladang jeratan tak berpenghuni yag katanya itu semua sesuatu yang pasti meski berhalusinasi.

Oh, kawan.. jika kalian berfikir bahwa gerak langkah bisa di arahkan  oleh hasutan dan deraan tangan kalian, buat apa ada Tuhan. ?.  Jika kalian berfikir tak bersama kalian adalah kenestapaan buat apa ada keluarga dan Tuhan ?.  Begitupun jika Tuhan mendengar  dan melihat kalian, masihkah kita sanksi akan kekuasaannya ?.  Jika sesuatu tak pernah kalian pertanyakan buat apa hidup di jaman sekarang ?. apakah hidup hanya di isi dengan hura – hura lalu mendera dan mencerca mereka yang kalian anggap beda.  Tak kalian fikir kah, bahwa para pemimpin besar dan pemikir hebat di masa lampau dan masa depan lahir dari gerakan dan gebrakan yang dianggap aneh dan beda dari manusia lainnya ?.  Masihkah sesuatu yang salah dan kemudian kontroversi menjadi sesuatu yang aneh bagi kalian ?.  

Saatnya  melihat.

Melihat kata – kata sampah yang pernah saya utarakan untuk diri saya.
Melihat bahwa masih banyak yang tak penting untuk di tanggapi karena tak sama sekali menguntungkan dan menghasilkan uang.  Mereka yang bicara hanya mampu berbicara.  Tak lebih.  Tak lebih menenangkan ketika kalian terperosok dalam lubang pergolakan hidup.  Tak pernah ada pertolongan atau bahkan senyum suka cita sebagai sesama manusia tatkala jeritan hidup menghimpit.  Tak ada sentuhan lembut menenangkan ketika air mata menitik akibat rasa yang tak lagi menata. Masih layakkah di sebut ; teman, sahabat, atau kerabat bagi mereka yang mengotori diri dengan kata kata sampah.?.  kesal dengan kebahagiaan dan bahagia dengan kenestapaan ?.  Teman kumpul di kala suka itu biasa.  Teman kumpul di kala duka itu Luar Biasa. Dan itu juga kian Langka.