Wednesday, April 4, 2012

MATA BICARA


Sesuatu yang selalu saya simak ketika seseorang berbicara kepada saya bukanlah penampilannya, melainkan Mata nya. Mata bagi saya bisa mengungkapkan hal yang sebenarnya yang tak terlintas secara kasat mata banyak pihak. Entah mengapa sejak dulu saya paling suka menatap mata lawan bicara saya. Bagi saya seseorang itu jujur atau tidak, tulus atau tidak, semua akan tersirat dari mata, melalui binar binar dan kerlingan entah itu bening atau nakal, segalanya terlihat jelas. Dan bagi saya, Mata seseorang itu lebih banyak mengungkapkan hal yang sebenarnya ketimbang ia bicara banyak hal yang terkadang tidak begitu sesuai dengan binar matanya.

Mungkin karena pengaruh almarhumah Mama dulu yang selalu memelototi saya dengan jeli ketika saya berbicara sesuatu. Saya juga selalu ingat bahwa Mama mengajarkan pada kami - anak anak nya, untuk selalu menatap matanya ketika berkisah tentang sesuatu atau menceritakan risalah kami masing masing. Dan entah dari mana pula, terkadang timbul rasa yang lain pada mata ini ketika saya jujur atau berbohong. Saya masih ingat betul bahwa Mama bersikeras meyakinkan bahwa saya berbohong karena ia melihat dari binar mata saya yang tak meyakinkannya. Semakin keras saya berucap tidak semakin keras pula Mama meyakinkan dirinya ke saya bahwa saya bohong. Ahhh,,, itulah ketepatan mendiang Mama dalam menangkap sebuah hal yang tak tersirat tapi tercatat jelas melalui binar mata.

Sampai kini, saya selalu menerapkan ilmu mudah tetapi sulit yang selalu Mama ajarkan ke saya sejak dulu itu, Sebuah ilmu berkomunikasi yang kadang luput dari perhatian. Ilmu komunikasi cenderung mengajarkan bagaimana cara bicara yang baik dan efektif, bagaimana menyampaikan sebuah pesan terhadap lawan bicara, dan lain sebagainya. Tapi tak banyak teori komunikasi yang menjabarkan pentingnya body language khususnya mata. Bola mata ketika bicara itu sangatlah memegang peranan penting. Bukan berarti ketika bicara kita harus membelalakkan mata selalu, tapi setidaknya mata yang antusias, mata yang simpatik sampai dengan mata yang meremehkan itu akan mudah terlihat dengan jelas. Mata seseorang yang antusias dengan yang menganggap sepele tentu akan berbeda terlihat meski ia membuat gestur tubuhnya seolah olah tertarik pada topik pembicaraan. Begitu pula dengan gerak tubuh. Body language akan tidak ada artinya ketika tidak di dukung dengan binar mata yang sesuai dengan apa yang tergerak melalui organ lengan, bahu dan lainnya.

Nah, kini, ketika pekerjaan saya berhadapan dengan banyak orang dan menuntut saya untuk berperan penuh bukan hanya terhadap kemampuan komunikasi masa tetapi juga bagaimana memanfaatkan gestur yang baik, termasuk di dalamnya binar mata ketika berhadapan dengan beragam pihak masyarakat. Berkat pelajaran dari mendiang Mama pula lah, saya kini bisa tahu ada orang yang hanya basa basi atau tulus, Ada sosok wanita profesioanl anggota perkumpulan organisasi yang terkenal terpandang tetapi tidak tulus dalam bicara. Ketika berhadapan dengan saya matanya menyelidik penuh terhadap merek tas yang saya usung atau merek kendaraan yang saya pakai. Bisa jadi mata mata angkuh sedikit perhitungan itu menyelidiki bahwa saya tidak selevel dengannya yang sangat kaya raya di banding saya yang sederhana. Tapi ada pula sosok wanita wanita muda yang juga sama Kaya Raya nya dengan wanita sebelumnya. Tapi tak pernah ada siratan dari bola mata keangkuhan. Meski begitu kejujuran dan nilai kemanusiaan terlihat jelas dari bersit matanya ketika berbincang. Tutur katanya sesuai dengan binar mata. Itu yang terkadang luput dari kegiatan basa basi ketika bertemu. Terlebih nampak ketika memuji seseorang. Pujian yang tulus dengan yang ala kadarnya pun jelas nampak dari sorot mata yang tentu berbeda. Bukan masalah ukuran mata yang besar, kecil, tipis, sipit, bulat atau apapun bentuk matanya, tidaklah berpengaruh. Karena sirat mata tak pernah berbohong meski di tutupi oleh kecamata sekalipun. Karena siratan mata pula akan terpancar dari tekstur wajah yang juga akan mencerminkan kebenaran dari sorot mata si pemiliknya.

1 comment:

  1. every dream we have in mind, it shines from our eyes. Begitu katanya.. butuh lebih dari sekedar mata yang menatap untuk meyakini kebenaran suatu sorot mata, tp juga intuisi. Intuisi yang dibentuk oleh pengalaman dan kepandaian mengambil hikmah dari setiap pelajaran. Aku yakin Indra ini sudah jauh lebih baik dalam tahap ini dibanding diri saya :)

    ReplyDelete