Sunday, October 28, 2012

PEMIKIRAN DALAM 4 TAHUN IMKOBAL

28 Oktober 2012, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda, IMKOBAL berusia 4 tahun. Sebuah usia yang masih muda. Ibarat sosok manusia, IMKOBAL masihlah Balita yang masih menyesuaikan bentuk dan segala hal dalam proses menapaki kehidupan. Tak beda dengan organisasi ini. Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung, bisa jadi telah di rintis oleh para senior saya sejak dulu. Jauh pada usia belia dan semangat muda mereka masing masing. Tapi usia 4 tahun IMKOBAL bertitik tolak dari pengesahan Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung pada tahun 2008 yang hingga tahun 2010 telah 3 kali mengalami perubahan baik komposisi secara structural maupun tugas pokok dan fungsinya. Saya – Indra Pradya, tahu betul apa yang terjadi pada Organisasi IMKOBAL. Tidak bermaksud menyombongkan diri, tetapi saya tentu dengan lantang mengucap bahwa sebagai seseorang yang bergerak cukup banyak mem-bidani terbentuknya IMKOBAL menjadikan sebuah pemikiran untuk organisasi ini agar terus berjalan sebagaimana yang saya kehendaki ketika pada awal pembentukannya. Dan untuk kapasitas tersebut tentu saya tidak bisa hanya mengucap diri sendiri. Saya juga mengakui adanya keterlibatan banyak pihak yang men-Supports hingga ikut membantu saya dalam hal tenaga dan material hingga ter-legalisasinya organisasi IMKOBAl di Bandar Lampung. SINGLE FIGHTER IN TOWN FOR GREATEST ACHIEVEMENT. Tercatat sebagai salah satu Organisasi Pemuda di Bandar Lampung, IMKOBAL sejauh ini telah memberikan peran penting dalam perkembangan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Sebut saja beragam terobosan dalam hal penunjang dan dalam rangka mensukseskan Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung setiap tahunnya. IMKOBAL tercatat sukses melaksanakan system Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung sejak perdana tahun 2010. Kala itu banyak pihak yang menyangsikan system baru dalam ajang peng-rekrutan peserta tersebut. Tetapi lagi lagi metode dan system yang terancang dengan tepat sasaranlah yang berhasil di lapangan. Dan IMKOBAL belajar banyak dari itu semua. Selain menerapkan system Audisi pada proses Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung, IMKOBAL pula berperan penting bahkan termasuk diberi kewenangan penuh dalam menentukan standard penilaian, kriteria juara hingga tema dan konsep pemilihan yang harus ada peningkatan setiap tahun pemilihannya. IMKOBAL di berikan keleluasaan dalam hal mengatur mekanisme hingga mengawal proses pelaksanaan di lapangan. Hal ini di tujukan untuk meminimalisir adanya kecurangan yang bisa jadi di lakukan oleh oknum yang menjadikan ajang Pemilihan menjadi transaksi sogokan demi memenangkan pihak pihak tertentu. Keterbukaan dalam penilaian dan kejujuran dalam memberikan dasar penentuan juara sesuai dengan standarisasi adalah hal yang tak terbantahkan lagi. Keberanian IMKOBAL melibatkan element kampus dan sekolah dalam mengutus calon peserta dan meminimalisir keterlibatan agency model dan model professional untuk menjadi calon peserta adalah terobosan berani yang di ambil IMKOBAL. Mengingat Provinsi Lampung yang masih sangat ketergantungan pada Agency Modeling dalam hal pemenuhan Peserta Pemilihan Muli Mekhanai baik di tingkat kabupaten maupun di tataran Provinsi Lampung. Pencapaian IMKOBAL lainnya tentu tak bisa di lepaskan dari keberhasilan IMKOBAL dalam menciptakan beragam program terobosan yang berlum pernah terjadi di lingkungan Kota bahkan provinsi sebelumnya. Sebut saja Program IGOS. IMKOBAL Goes to School (IGOS) adalah program rintisan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung angkatan 2011 yang mengemas kegiatan sosialisasi tentang Seni Budaya dan Pariwisata Kota Bandar Lampung dan Lampung secara keseluruhan di tataran rekan rekan SMA/SMK/Sederajat. Harapannya, sebagai generasi penerus, rekan rekan SMA/SMK/Sederajat adalah kunci untuk terus dapat melestarikan dan menjadi agent perubahan terhadap nilai nilai posisitve dan keagungan seni dan budaya Lampung di tengah maraknya gempuran seni kontemporer modern dunia barat. Untuk kegiatan Sosial Kemasyarakatan, IMKOBAL berhasil menciptakan slogan – IMKOBAL BERAMAL, yang telah di rintis oleh Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung angkatan 2010 dan terus di gaungkan pada setiap angkatan dengan jenis kegiatan sosial yang selalu beragam. Hingga program RAMADHANATION yang menjadi akumulasi kegiatan setiap bulan Ramadhan sebelum sebelumnya. Pencapaian tingkat Nasional pun telah di torehkan IMKOBAL. Keterlibatan IMKOBAL dalam organisasi Duta Wisata Nasional (ADWINDO) termasuk pada Pemilihan Duta Wisata Indonesia ke – 6 tahun 2011 di Palu – Sulawesi Tengah berhasil memasukkan pasangan Ledia Nurmalini dan Wira Kurniawan sebagai jajaran 10 besar dengan capaian score nilai urutan ke 7 dari 25 provinsi yang mengikuti ajang tersebut. IMKOBAL pun patut berbangga akan kehadiran 21 Provinsi di Bandar Lampung dalam ajang taraf Nasional yang menjadikan IMKOBAL sebagai EO Local dan Bandar Lampung sebagai Tuan Rumah untuk Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) ADWINDO ke III pada 23 – 26 Februari tahun 2012. Selain itu, IMKOBAL pun kerap menjalin hubungan baik dengan kunjungan persahabatan Duta Wisata sebagai Tamu Daerah di beberapa Kota seperti ; Surabaya, Solo, Yogyakarta, Lombok, Bali, Palembang, Bandung dan Jakarta. Hal ini di gunakan IMKOBAL sebagai upaya untuk belajar pada pada Duta Wisata yang sudah jauh berpengalaman dalam bidang keorganisasian Duta Wisata Daerah mereka. Selain itu keterlibatan IMKOBAL dalam event event besar di tingkat Nasional seperti World Batik Summit dan Youth Exchange Forum. PERUBAHAN SYSTEM ORGANISASI DAN PENINGKATAN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA Kepercayaan penuh Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung adalah sebuah kekuatan besar yang di miliki oleh IMKOBAL. Keterlibatan Bapak Walikota, Ibu Ketua Tim Pengerak PKK Kota Bandar Lampung dan Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung termasuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung merupakan dukungan penuh yang sangat menguatkan dan membuat IMKOBAL makin solid. Tetapi di balik ke-solid-an yang telah terjalin sejak tercatatnya IMKOBAL menjadi sebuah Organisasi Legal berbadan hukum resmi dan masuk menjadi bagian salah satu organisasi Pemuda di tataran Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung, IMKOBAL juga perlu membenahi banyak hal termasuk di dalamnya system organisasi dan Peningatan Sumber Daya Mansusia. Bagi saya, sebagai Sekretaris IMKOBAL, usia 4 tahun IMKOBAL adalah saat yang tepat untuk meng-evaluasi organisasi secara dasar. Dan dasar bagi organisasi bagi saya adalah Manusia di dalamnya dan system yang menangani kehidupan organisasi di dalamnya. Bagi saya IMKOBAL memiliki banyak kekuatan yang tidak di miliki oleh organisasi lain, tetapi di lain pihak, IMKOBAL pun memiliki kekurangan yang tak terbantahkan dan itu kerap menjadi kendala besar. Khususnya permasalahan yang kerap menjadi hal dasar pada internal Organisasi. Belum adanya kesadaran penuh dalam hal partisipasi dan persamaan persepsi visi dan misi organisasi dalam masing masing Individu di tubuh IMKOBAL saya rasa harus segera di benahi. Masih sering muncul ‘gap’ yang kemudia berimbas pada loyalitas dan hasil karya dalam berproses menjadikan IMKOBAL terlihat butuh pembenahan. Inilah yang kemudian menjadi dasar pemikiran saya untuk memberikans entuhan evaluasi pada tubuh organisasi IMKOBAL. Ada banyak hal yang musti di benahi dengan bertitik pangkal pada perubahan system dan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya. Dan pada pertemuan peringatan ulang tahun IMKOBAL, saya mengemukakan segalanya dalam tuangan butir butir pemikiran yang saya tulis dalam konsep slide dan di print out nya saya bagikan ke semua anggota IMKOBAL yang hadir. Harapan saya, kedepan IMKOBAL bisa berkembang dan terus mengukir karya – sebagaimana salah satu tujuan di tegakkannya organisasi sejak awal ; Mengukir Karya, melalui sosok sosok pilihan dan SDM SDM handal dalam organisasi, tidak lagi bertumpu pada Ketua atau Sekretaris semata. Tidak pula menjadi orang orang yang hanya menunggu dan kemudian cenderung menggerutu tanpa pernah mencipta karya dan memberi sumbangsih nyata dalam perkembangan IMKOBAL. Saya sangat yakin akan ada nya sosok sosok terbaik jauh lebih baik dari saya. Saya juga yakin, dengan perubahan significant pada system internal akan menjadikan IMKOBAL dapat berjalan pada track yang telah di tetapkan sejak awal pengesahannya secara resmi tahun 2008 lalu.

Monday, October 22, 2012

UNTITLE - Runutan Rasa

Jangan hubungi saya. Jangan coba coba kirim pesan singkat ke ponsel atau kirim Blackberry Messenger , karena semuanya tidak akan saya gubris. Saya sudah lelah. Lelah untuk menegarkan diri. Setelah sekian lama. Mencoba tersenyum mempesona tapi tak juga ada yang merasa. Setelah saya mencoba bangkit tetapi tidak pula di respon baik. Tak ada lagi kerja sama seperti dulu Setiap orang berusaha untuk diri nya saja. Setiap orang hanya memikirkan diri mereka sendiri saja Tak ada lagi yang mau memikirkan kebersamaan organisasi Meski ia adalah pemimpin yang seharusnya memimpin. Meski ia juara yang seharusnya menunjukkan kehebatan gelar juaranya setelah ajang berakhir. Ini tidak. Tidak ada sekali respon untuk kearah lebih baik. Segalanya hanya saya. Saya merasa jalan sendiri di tengah deru dentuman peluru musuh menghampiri dan saya masih mencoba tegar dan berbenah diri sendiri sekuat tenaga. Sama sekali tidak ada yang mencoba bertanya ataupun berpendapat lega dan melegakan. Semua diam. Semua sibuk dengan pertanyaan pertanyaan yang mementingkan urusan mereka saja Tak ada lagi kebersamaan itu Hilang Sama dengan kekuatan saya yang juga merasa hilang

Sunday, October 21, 2012

BERUBAH BUKAN HANYA PROSES, TAPI KEMAUAN.

Setiap mengunjungi resepsi, saya selalu melihat penyanyi orgen tunggal atau band orkes dangdut yang ada di acara resepsi tersebut. Banyak yang terlihat sangat mencintai profesinya dan tahu bagaimana menghargai diri melalui profesinya. Tapi banyak pula yang hanya ala kadar nya saja. Sekedar bernyanyi, menunaikan tugas lalu kembali ke rumah dan tak berproses apapun juga tidak berubah sedikit pun ke esokan waktu. Hingga tua masih tetap menyanyi di skala yang sama, panggung yang sama, event yang juga sama. Tidak ada perubahan kearah kemajuan sama sekali. Saya pun dulu begitu. Memulai kehidupan panggung dari melakoni diri sebagai penynyi kawinan rumahan. Dari rumah ke rumah, Dari Kampung ke Kampung. Dari nsosok penyanyi yang membawakan lagu lagu dangdut jadul hingga dangdut koplo. Itu saya dulu. Tapi tentu saya ‘melek’ perkembangan zaman. Saya juga melihat pertunjukkan di Televisi maupun pertunjukkan langsung yang saya amati yang tidak melulu lagu dangdut. Tak semua penampil yang saya simak mengenakan busana seburuk yang saya pakai. Jika saya menyanyi di resepsi rumah ke rumah atau kampung ke kampung bisa saja saya mengenakan busana seadanya ; celana jeans, kaus berkerah atau kemeja bergaris. Tampil aman. Tapi ternyata saya juga memperhatikan penampilan mereka – para senior dan penyanyi berkelas lainnya – yang tampil dengan tampilan yang sungguh modern dan sangat indah di lihat. Mengenakan jas yang rapih dan mungkin saja bermerek dengan harga mahal. Mengenakan kemeja tak hanya kotak kotak datar tapi juga berani berpadu dalam warna warna yang cukup menarik tapi masih dalam kadar wajar. Lalu ada pula penyanyi penyanyi senior yang selain indah suara tetapi juga indah visualnya. Yang ini saya sadari bahwa pekerja panggung adalah sosok yang menyenangkan untuk di lihat. Sosok yang kemudian bukan hanya menjalankan tugas saja tetapi juga menghibur seluruh pengunjung pesta. Setidaknya saya belajar banyak hal dalam kurun waktu lebih kurang satu bulan setelah menyimak banyak pekerja panggung di beragam tempat dan juga di acara Televisi. Saya tentu menyadari bahwa saya tak selamanya akan jadi penyanyi Kawinan dari rumah ke rumah dan desa ke desa. Saya juga mau mencoba kemampuan dengan menyanyi di pangguung besar, pernikahan gedung, launching product, gala dinner, ghatering perusahaan hingga menjadi opening act konser artis ternama atau bahkan menjadi bintang tamu di beberapa acara yang sekiranya bisa menambah kemampuan saya dalam berpenampilan dan juga penguasaan diri di dunia entertain. Yang saya ingat, mempercepat proses belajar adalah pilihan yag tak bisa di tawar lagi. Semua sudah harga mati. Jika saya ingin ‘kelas’ yang lebih baik maka saya harus berubah juga kearah kelas yang menurut saya lebih baik itu. Saya segera menemui orang orang yang saya fikir bisa memberi ilmu dan trik khusus pada saya hingga saya bisa berubah cepat. Saya menemui sosok sosok hebat di dunia panggung entertain di Provinsi Lampung. Semua sosok terbaik yang berkenan berbagi ilmu adalah sasaran utama saya, selain kemudian saya memperluas kemampuan dengan mencari referensi di media hingga melihat acara acara music live di televisi. Hasilnya, saya memiliki perubahan. Dan perubahan itu tidak hanya berupa pengakuan dari saya, tetapi juga pengakuan dari pihak luar yang melihat saya secara langsung. Sedikit demi sedikit, secara tidak sadar, tawaran job menyanyi atau MC yang datang ke saya berubah dari rumah ke rumah, kampung ke kampung, menjadi gedung ke gedung, tawaran menyanyi dari kafe ke kafe, hingga dari acara bertaraf nasional hingga internasional. Saya ingat bagaimana segala ilmu yang saya dapatkan untuk berubah menjadi sosok penampil yang jauh lebih baik lagi itu terasa sekali ketika saya tampil di ajang international untuk pertama kali di Taipei international Travel Fair tahun 2008. Di sana saya baru menyadari bahwa ilmu yang saya dapat untuk bekerja di panggung menjadi seorang penampil yang layak tampil dan menghibur bukan hanya indah sacara kualitas vocal dan pembawaan tetapi juga memiliki pemahaman akan me-maintenance audience. Hingga mengantarkan saya ke event event internasional berikutnya yang nyaris setiap tahun saya lakoni, Korea Worls Travel Fair – dimana saya berkesempatan selain menjadi spoke person pariwisata Bandar lampung saya juga bertugas menyanyikan 5 buah lagu lampung di hadapan pengunjung event tersebut. Lalu event Festival Tong Tong yang di gelar di Den Haag – Amsterdam – Belanda. Juga di Brussels – Belgium, Paris dan Swiss. Saya juga belajar banyak dari sosok sosok senior terdahulu, mereka memiliki andil yang luar biasa besar dan meng-inspirasi diri untuk menjadi seperti kini. Apakah saya telah merasa cukup ?. Tentu Tidak. Sama sekali tidak. Sebagai manusia yang masih hidup dan masih percaya akan banyak kemungkinan baik di depan, saya tidak akan pernah berhenti untuk belajar banyak hal tentang ilmu yang sudah saya dapat. Sebagai penampil dan seseorang yang harus menghibur banyak orang saya sadar betul bahwa kemampuan ini harus terus menerus di asah, saya harus memiliki perubahan kearah lebih baik dan lebih baik lagi. Masih banyak Pekerjaan Rumah untuk diri saya pribadi. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki dengan cepat. Mengapa saya katakan dengan cepat ? karena ketika saya belajar satu hal maka generasi saya lainnya yang lebih muda dan tentu lebih memiliki kans besar ketimbang saya juga sedang belajar hal yang sama. Ketika seusia saya tak lagi menarik maka pendatang baru yang bermunculan tentu akan jauh lebih menarik ketimbang saya. Itulah sebab nya saya juga menjaga bentuk tubuh saya agar terus ideal, melakukan perawatan kulit, membenahi diri baik secara tampilan fashion yang cukup up date hingga merawat diri agar tampak terus layak tampil di depan banyak audience dan beragam jenis acara. Termasuk mengasah diri dengan terus menerus ‘berguru’ dengan sosok sosok hebat dan berkualitas. Berubah bukan hanya masalah proses. Tapi masalah kemauan. Tak semua orang menyadari bahwa diri mereka harus berubah seiring waktu kearah yang baik dan positive. Terlebih untuk mereka yang memang memiliki keharusan berubah sebagai seorang pekerja depan public. Berubah bukan hanya masalah pembawaan diri, tapi juga masalah keinginan untuk ‘mengosongkan’ jiwa agar dapat di ‘isi’ kembali oleh hal hal baru yang bermanfaat dan jauh lebih baik. Pernyataan yang menyebutkan ‘Pengalaman adalah Guru yang paling baik’ tidaklah serta merta saya setujui. Karena tidak semua pengalaman masa lalu itu masih baik untuk di terapkan di masa kini. Pengalaman saya menyanyi di masa kampung ke kampung dulu tentu tidak akan saya terapkan di masa kini, karena zaman saya menyanyi di kampong dulu sudah tentu jauh berbeda dengan masa kini saya mengisi acara dan menyanyi di kafe, restaurant atau bahkan acara acara berskala besar lainnya. Tak hanya keindahan dan ketepatan tehnik vocal semata tetapi lebih dari itu. Tak butuh senior or senior tetapi yang terpenting adalah pembawaan diri berinteraksi dengan semua lapisan pelaku seni. Karena masih banyak orang yang terjebak dengan pemikiran ‘Senioritas’ sehingga menganggap para Junior lebih rendah ketimbang mereka. Padahal tidak semua Senior itu lebih baik dari Junior nya. Senior itu hanya masalah waktu. Hanya karena Senior lebih dulu memulai saja. Dan bagi saya tidak ada Senior dan Junior dalam dunia hiburan. Tapi lebih parahnya adalah ketika Junior merasa hebat lantas bisa serta merta meng-klaim diri menjadi yang terbaik. Begitulah dunia panggung. Dunia pertunjukan yang mengasah kesiapan mental dan kekuatan jiwa sepenuh nya. Sebuah pembelajaran sejati hingga hayat nanti. Yang saya dapatkan tak mungkin di dapatkan oleh orang lain yang tidak mau berproses dan belajar tekun untuk benar benar keluar dari zona nyaman dan tidak mau berubah. Layaknya penyanyi atau biduan panggung kampung yang akan tetap jadi penyanyi di tataran desa ke desa jika ia tak pernah belajar berubah untuk bagaimana menjadi professional. Dan professional bukan hanya proses tapi kemauan. Kemauan untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan sesuatu melebih batasan yang orang lain berikan.

Tuesday, October 9, 2012

SI BODOH MATEMATIKA

“…Saya Bodoh untuk hal Matematika …” Begitulah kiranya pernyataan yang selalu saya ucapkan pada tiap orang yang bertanya tentang hitung hitungan pada saya. Saya tidak pernah memungkiri, jika saya memang bodoh untuk urusan hitung hitungan matematika. Matematika yang saya maksud adalah perkalian, penjumlahan rumit hingga pada rumus rumus yang menurut saya memusingkan kepala – bagi saya , seperti ; pangkat kosinus, kotangen, pangkat X – Y, pangkat kuadrat, dan sebagainya. Semakin banyak bertemu hitungan, semakin tak bergairahlah saya akan hal tersebut. Seingat saya. Ketidaktertarikan saya pada Matematika ketika pertama kali saya tidak menyukai metode mengajar guru matematika saya di SMP dahulu. Kala itu – bagi saya, baik cara mengajar maupun tampilan fisik guru matematika tidaklah senyaman menatap sosok guru Bahasa Inggris, Sejarah, IPS atau bahkan guru Kesenian yang selalu berparas dan penampilan menarik bak bintang Televisi. Begitulah kiranya saya kemudian meng-enyahkan keingintahuan saya akan banyak hal yang berhubungan dengan Matematika, begitu pula dengan pelajaran sejenis Matematika layaknya Fisika, Kimia dan lain sebagainya yang memulai semua hal dengan hitungan dan rumus rumus. Saya juga akan selalu ingat ketika Mama di panggil oleh Wali Kelas SMA dan mengadukan kenakalan saya yang kerap keluar kelas dan ‘nongkrong’ di kantin tiap pelajaran Matematika dimulai. Dan ketika Mama men-konfirmasi pada saya, dengan terang saya menjelaskan bahwa saya tidak terlalu menyukai pelajaran matematika tetapi lebih menyukai pelajaran lain seperti ; sejarah, IPS , bahasa inggris dan kesenian. Lambat laun, saya bisa membuktikan , meski bodoh dalam hal matematika tapi saya punya deretan prestasi di pelajaran lain. Bahkan seingat saya selama saya duduk di SMK Swasta Gajah Mada saya menyumbangkan lebih kurang 15 Piala dari beragam lomba yang menggunakan kemampuan saya berkomunikasi dan juga menyanyi. Kecerdasan seseorang tidak hanya di ukur dan di lihat dari kemampuan Matematika nya saja – setidaknya begitu saya men-definisikannya. Kecerdasan seseorang dengan orang lain itu berbeda dan tentu memiliki keunikan tersendiri. Dan saya, meski Bodoh di bidang matematika, saya punya kemampuan baik di bidang hafalan dan kesenian. Hingga kini pun jiwa seni dalam diri saya jauh lebih besar dari apapun. Bahkan saya selalu mentreatmen diri saya dengan banyak hal bernuansa seni agar terus dapat banyak hal yang kelak akan men-inspirasi diri. Bagi pembaca yang punya kelemahan tidak pandai di bidang matematika, jangan khawatir. Kembangkan diri kalian di bidang lain yang mampu membuat diri anda jauh lebih baik. Toh seseorang sukses tidak perlu menguasai banyak hal. Lihat Michael Jordan yang hanya handal di Bola Basket tapi tidak di Sepak Bola atau Tata Boga. Dan lihatlah David Beckham yang hanya piawai di Lapangan Hijau – Sepak Bola ketimbang di dunia renang atau menyanyi. Jadi Tekuni saja satu hal yang merupakan minat dan hasrat terbesar kita dan terus menerus kembangkan. Maka kita akan jadi sosok yang istimewa.

Friday, October 5, 2012

SI AMBISIUS YANG REALISTIS

Saya adalah seorang pribadi yang Ambisius yang realistis. Ya, itulah saya. Sebuah kalimat yang menggambarkan pribadi saya yang sebenarnya. Sebuah kalimat yang sangat spesifik tetapi memiliki makna yang luas dan dalam bagi saya pribadi. Bisa jadi telah berates kali saya ungkapkan ke banyak pihak bahwa saya adalah seorang Ambisius yang Realistis. Menurut pendapat saya, Ambisi yang saya miliki adalah sebuah hasrat /passion, atau keinginan yang sangat besar dan dalam dengan penuh semangat tetapi berlandaskan ralistis. Saya memiliki ambisi yang besar di segala hal tetapi tetap realistis. Saya memiliki target tetapi tidak menghalalkan segala cara dalam mencapai target tersebut. Saya juga tidak akan membohongi diri dalam menetapkan harapan dan capaian dalam beragam hal. Dalam karier misalnya, saya memang berambisi besar akan sebuah pencapaian tertinggi bagi saya, tetapi saya tidak akan pernah melakukan pencapaian dengan cara menjilat, menjeggal dan menghalalkan banyak cara bahkan denganc ara menjelekkan pihak lain atau competitor atau malah membuat reputasi pihak lain buruk. Karena meski saya pernah mengalami banyak pihak melakukan itu ke saya, justru itu membuat saya bertekad untuk tidak melakukannya untuk orang lain demi diri saya sendiri. Ada banyak orang hebat di sekitar saya, yang mendukung langkah karier saya di dunia hiburan di Provinsi Lampung sejak dulu. Di antara nama nama hebat itu tak sedikit pula yang kemudian menyebarkan opini salah dan negative tentang saya. Contoh ada seorang designer yang sudah jauh lebih hebat dan mumpuni yang semustinya tidak perlu takut akan kehadiran saya karena saya juga tidak ada apa apa nya di banding beliau. Tapi dengan terang terangan beliau menghimbau ke beragam pihak akan track record saya begini dan begitu, versi dirinya pribadi. Padahal apa yang dia utarakan dan bentuk sebagai opini belum lah semuanya benar. Jika pun benar, bukan pula kapasitas dia untuk mengungkapkan segalanya ke ranah public. Bisa jadi, karena kekesalannya akan pencapaian yang saya dapat dan peroleh sejauh ini. Sama dengan pihak pihak yang juga kesal dengan pencapaian saya sebagai pekerja. Pihak yang kesal karena saya bisa beli mobil misalnya, kemudian menyebarkan berita tentang dari mana asal muasal saya bisa beli mobil sampai pada pernyataan mobil yang saya miliki berasal dari mantan ibu walikota. Padahal jelas jelas saya menggadaikan SK PNS saya ke bank.hahahaha. Belum lagi berita miring dan opini tak benar yang tercipta dari pihak pihak yang mengatakan bahwa saya memiliki kedekatan dengan ibu walikota dan sebagainya. Yang menurut saya hanyalah rekayasa. Bisa jadi kemampuan saya dalam bergaul dan bernegosiasilah yang kemudian di salah artikan banyak orang. Padahal apa yang sayalakukan tidak semua demi kepentingan diri saya. Nah, ketika orang orang melakukan akrobatik dalam beropini, saya hanya bisa bergerak maju. Memikirkan langkah saya sendiri tanpa peduli pada orang orang yang berkomentar pada saya. Toh semua orang bebas berkomentar karena memang itu hak mereka, tetapi saya juga punya hak sebagai personal untuk tidak mendengarkan semua yang orang katakana tentang saya. Karena prinsip saya hanya mendengarkan apa yang orang orang terpenting dalam hidup saya saja lah yang akan saya jadikan acuan untuk bertindak dan bersikap kedepannya. Pada mereka si tukang gossip dan berkepribadian negative lebih banyak saya hanya bersikap santai saja. Toh, saya tidak meminta makan pada mereka, nasib hidup saya tidak berada di tangan mereka, bahkan mereka juga tidak member andil apa apa dalam hidup saya, selain hanya bisa berkomentar dan komentar yang tidak ada sisi membangunnya sama sekali.

Thursday, October 4, 2012

GETIR

Perlahan, saya lepaskan semuanya. Saya sudah malas berbasa basi. Kali ini saya hanya ingin yang sesungguhnya terjadi. Membiarkan diri saya menari lepas tanpa alas kaki. Tanpa perlu saya ragu berapa banyak mata yang melihat. Tak lagi saya hiraukan berapa pedas kritikan para pencemooh dan penggosip nomor satu. Saya lelah. Lelah dengan segala keramahtamahan yang saya pajang di wajah saya yang tak lagi pantas. Saya juga tak mau lagi membohongi diri. Saya tak tertarik sama sekali. Tak tertarik untuk berbaik baik hati, karena saya teman yang jahat. Saya tahu itu, bahkan semua orang tahu bahwa saya seorang yang jahat. Sama jahatnya dengan para mafia perlente. Saya, sudah tidak ada kekuatan untuk tetap tegak di tengah maraknya kericuhan yang terjadi diantara cibiran dan desakan setan setan bertahta mahkota. Saya sudah tidak tahan lagi. Segera saya lepaskan segalanya. Segera saya tinggalkan perkumpulan perkumpulan kosong tanpa makna. Pertemuan pertemuan hura hura tanpa ada rasa sama sekali. Hanya seremoni saja. Bosan ku siang ini, sama dengan kejadian beberapa bulan lau. Ketika jerih payah, banting tulang, pemikiran, kreativitas tak di bayarkan. Ketika keluh kesah di acuhkan dengan alasan bertahta berlian. Dan saya muak. Mual. Dan berasa ada yang salah dengan pencernaan. Karena segalanya tak bisa saya cerna dengan baik. Tak ada hal logis dalam sebuh kerja keras tanpa dib alas tapi tanpa pula merasa bersalah. Saya bosan. Bosan beramah tamah. Bosan yang hanya bisa saya telah di antara banyaknya aktivitas dalam dunia saya. Dunia Indra.

Wednesday, October 3, 2012

OKTOBER INI

Dear Dunia Indra ... .... Datanglah Oktober ... Sejak awal telah nampak rintikan hujan. Bisa jadi akan memasuki musim hujan. Bisa jadi pula sebagai pertanda kemarau masih menapak. Tak Begitu Jelas. Yang jelas, saya masih berdekapan erat dengan beragam rutinitas. Beragam gelar tersandang dengan erat. Tak akan terpisahkan. Sebagai Suami, Ayah tiga anak yang luar biasa memberi kekuatan, karyawan, buruh pemerintah, pelayan masyarakat, penghibur para mereka yang haus hiburan karena saya Pria Penghibur. Penjual Suara dan Talenta yang cukup baik menurut saya. bulan ini, ada banyak kejadian yang akan saya lewati sebagai bagian dari menjalankan tugas dan rutinitas yang cukup berarti. Jadi pemandu acara, konseptor acara, mentor para team di IMKOBAL.

Monday, October 1, 2012

THE MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS EIGHT GOALS FOR 2015

1. Eradicate extreme poverty and hunger Where do we stand? Eastern Asia sets the pace for worldwide progress on working poverty. Proportion of employed people living below $1.25. (source: The Millennium Development Goals Report 2012) For the first time both the number of people living in extreme poverty and the poverty rates fell in every developing region—including in sub-Saharan Africa, where rates are highest. In the developing regions, the proportion of people living on less than $1.25 a day fell from 47 per cent in 1990 to 24 per cent in 2008. In 2008, about 110 million fewer people than in 2005 lived in conditions of extreme poverty. The number of extreme poor in the developing regions fell from over 2 billion in 1990 to less than 1.4 billion in 2008. Read more in The Millennium Development Goals Report 2012) 2. Achieve universal primary education Where do we stand? Young adolescents from poor and rural households are more likely to be out of school. Percentage of lower secondary-age children out of school by sex, household wealth and location, 55 countries, 2005/2010. (source: The Millennium Development Goals Report 2012) In the developing regions, the net enrolment rate for children of primary school age rose from 82 to 90 per cent between 1999 and 2010. However, a closer look at the data reveals that nearly all of this growth occurred between 1999 and 2004, and that progress in reducing the number of out-of-school children slowed considerably after 2004. Read more in The Millennium Development Goals Report 2012 3. Promote gender equality and empower women Where do we stand? Women continue to gain representation in parliaments, but the pace is slow. Proportion of seats held by women in single or lower houses of national parliaments, 2000 and 2012 (Percentage). (source: The Millennium Development Goals Report 2012) By end-January 2012, women accounted for 19.7 per cent of parliamentarians worldwide. This amounts to nearly a 75 per cent increase since 1995, when women held 11.3 per cent of seats worldwide, and a 44 per cent increase over the 2000 level. While trends point to an increase in women’s parliamentary representation, the rate of representation remains low overall, and progress is spread unevenly. Source: The Millennium Development Goals Report 2012) 4. Reduce child mortality Where do we stand? Progress on child mortality is gaining momentum. The target is to reduce by two-thirds, between 1990 and 2015, the under five years old mortality rate, from 93 children of every 1,000 dying to 31 of every 1,000. Child deaths are falling, but much more needs to be done in order to reach the development goal. Revitalizing efforts against pneumonia and diarrhea, while bolstering nutrition, could save millions of children. Annual rates of reduction in under-five mortality, by region, 1990-2000 and 2000-2010 (Percentage). (source: The Millennium Development Goals Report 2012) 5. Improve maternal health Where do we stand? Maternal mortality has nearly halved since 1990, but levels are far removed from the 2015 target. The targets for improving maternal health include reducing by three-fourths the maternal mortality ratio and achieve universal access to reproductive health. Poverty and lack of education perpetuate high adolescent birth rates. Inadequate funding for family planning is a major failure in fulfilling commitments to improving women’s reproductive health. Source: The Millennium Development Goals Report 2012 6. Combat HIV/AIDS, malaria and other diseases Where do we stand? More people than ever are living with HIV due to fewer AIDS-related deaths and the continued large number of new infections. In 2011, an estimated 34.2 million were living with HIV, up 17 per cent from 2001. This persistent increase reflects the continued large number of new infections along with a significant expansion of access to life-saving antiretroviral therapy, especially in more recent years. Number of people living with HIV in the world (Millions), 1990-2011 Source: The Millennium Development Goals Report 2012 7. Ensure environmental sustainability Where do we stand? The unparalleled success of the Montreal Protocol shows that action on climate change is within grasp The twenty-fifth anniversary of the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer comes this year, 2012, with many achievements to celebrate. Most notably, there has been a reduction of over 98 percent in the consumption of ozone-depleting substances. Further, because most of these substances are also potent greenhouse gases, the Montreal Protocol has contributed significantly to the protection of the global climate system. The reductions achieved to date leave hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) as the largest group of substances remaining to be phased out. Given the Protocol’s successful track record, and status of universal ratification, Governments have been considering an amendment that would take on HFCs, a class of global warming chemicals that are often used as substitutes for certain ozone-depleting substances. The parties to the Protocol are now hoping to achieve universal ratification of all of the Protocol’s amendments as well. Failure to ratify all of the amendments by the end of the year could lead to the imposition of trade sanctions on non-parties, which in turn would preclude them from procuring HCFCs needed for a measured, thoughtful phase-out. Consumption of substances that deplete the ozone layer, 1986-2010 (thousands of metric tons of potential to destroy the ozone layer) Source: The Millennium Development Goals Report 2012 8. Develop a global partnership for development Where do we stand? Core development aid falls in real terms for the first time in more than a decade, as donor countries face fiscal constraints. In 2011, net aid disbursements amounted to $133.5 billion, representing 0.31 per cent of developed countries’ combined national income. While constituting an increase in absolute dollars, this was a 2.7 per cent drop in real terms over 2010. If debt relief and humanitarian aid are excluded, bilateral aid for development programmes and projects fell by 4.5 per cent in real terms. Official development assistance from developed countries, 2000-2011 (Constant 2010 US$ billions and current US$ billions) Source: The Millennium Development Goals Report 2012 The 8 Millennium Development Goals 1. Eradicate extreme poverty and hunger 2. Achieve universal primary education 3. Promote gender equality and empower women 4. Reduce child mortality 5. Improve maternal health 6. Combat HIV/AIDS, malaria and other diseases 7. Ensure environmental sustainability 8. Develop a global partnership for development