Sunday, September 18, 2011

KREATIVITAS SALAH TAFSIR.

… Industri Kreatif harus di galakkan dalam dunia Seni, Budaya dan Pariwisata di Indonesia…

Begitulah petikan singkat yang saya dapat dari ucapan seorang DR. Sapta Nirwandar – seorang Dirjen Pemasaran Pariwisata – Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia pada acara Ramah Tamah dan Gelar Budaya Lampung Sungkai Bungamayang beberapa waktu lalu.

Sesaat saya – yang saat acara tersebut bertindak sebagai MC menuliskan point besar dari banyaknya penjelasan ilmiah yang DR Sapta Nirwandar – yang kerap saya sebut Oom setiap bertemu beliau. Pada acara Adat yang di helat di Bandar Lampung pada Sabtu, 17 September lalu adalah bukan pertama kali saya bertemu dengan Oom Sapta. Pada beberapa kesempatan lawatan tugas saya ke Luar Negeri selalu bertemu dengan Oom Sapta. Karena memang Oom Sapta di tugaskan sebagai Dirjen Pemasaran Seni Budaya dan Pariwisata Indonesia jadi setiap ada event tingkat Nasional maupun Internasionl pasti akan bertemu beliau. Sama seperti ketika saya juga sempat bertemu dan bicara banyak ketika Festival Tong Tong di Denhaag dan Pertunjukkan Seni Budaya di Paris, Swiss dan Belgium pada pertengahan tahun 2009 lalu. Begitu pula ketika saya kembali bertemu beliau di ajang Korea World Travel Fair tahun 2008.

Kembali ke inti pembicaraan DR Sapta Nirwandar yang menarik buat saya bahas. Bahwa benar adanya. Pergeseran Teknologi di era modern, menuntut manusia sebagai pelaku usaha untuk lebih kreatif dalam menjalankan usaha yang di geluti. Sekarang zaman Facebook, email dan alat komunkasi yang tak lagi lazim seperti era 80 atau 90-an tentunya. Kini , masing masing dari individu telah memaknai hubungan silahturahmi hanya dengan berkirim kabar via email, chat, SMS, MMS atau BBm-an. Bahkan ucapan Hari Raya dan Undangan Pernikahan pun kerap di sampaikan hanya dengan SMS. Bicara praktis, sudah barang tentu, tapi segi hormat akan sebuah hubungan baik tentulah lain hal yang perlu di perhatikan kemudian.

Lalu saya kembali memaknai ucapan DR Sapta tersebut , sebagai upaya untuk memacu diri agar lebih kreatif lagi dari waktu ke waktu. Dan kreatifitas itu sebenarnya mahal harga nya. Sama hal nya dengan nilai seni yang memiliki nilai prespektif yang beda di setiap sudut pandang individu. Tapi permasalahan yang terjadi tak semua kegiatan kreatif yang kita lakukan bisa di apresiasi sebagai perbuatan kreatif. Contoh – apa yang pernah saya dan team lakukan dalam organisasi yang kami bina, rintis dan pertahankan bersama sama dalam sebuah perkumpulan yang bukan hanya sekedar perkumpulan. Bagi kami – Berkegiatan itu adalah ajang mengasah diri untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi dan beda dengan remaja lainnya. Tapi bagi sebagian orang yang bisa jadi tak suka dengan kreatifitas yang kami lakukan menganggap bahwa kami memiliki upaya untuk mencari perhatian, upaya untuk mendongkrak popularitas , bahkan ada yang beranggapan bahwa saya dan teman teman menciptakan beragam kegiatan positive tersebut untuk mendongkrak agar saya cepat naik pangkat dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Dan unik nya ketika kegiatan tersebut sukses mereka meng-klaim bahwa mereka punya andil. Tapi jika kegiatan kreatif kami gagal karena terkendala teknis , maka mereka yang berucap itu pun satu persatu hilang dan berkata tak tau menahu dengan apa yang kami lakukan. Sekilas bagai tak ada artinya dari apa yang terjadi. Tapi bagi saya dan team, peremehan kreatifitas – bisa kami bilang begitu, - adalah upaya pihak pihak yang tak suka dengan apa yang kami lakukan dan kemudian berhasil – di lain pihak - mereka yang berkata dan tidak suka tersebut hanya bisa sebatas berkata saja, mereka pun tak biaa berbuat apa apa dan bahkan tak pernah menghasilkan apa apa sebagai pembuktian dari cibiran mereka bahwa mereka bisa. Pernah pula – di lain kisah - saya dan team men-direct sebuah pertunjukan bakat teman teman dengan system Drama Musical, lantas banyak komentar dari beberapa pihak yang menganggap apa yang kami buat adalah hal biasa dan tak begitu baik. Lantas di sisi lain mereka tak bisa buat seperti apa yang kami buat. Jika mereka bisa mengatakan kami tak lebih baik, mengapa mereka tak buat sesuatu yang jauh lebih baik sebagai pembuktian dari celaan mereka tersebut ?. Belum lagi hal – hal sanggahan yang seolah olah tak pernah ada habisnya. Tapi bagi saya, hinaan dari apa yang terjadi adalah pembelajaran untuk menerapkan control sabar yang sebenarnya. Bahwa tak perlu saya berkomentar banyak tentang anggapan miring banyak pihak, tak perlu juga saya berkoar koar bahwa saya dan tim bisa, Saya hanya butuh waktu untuk membuktikan bahwa yang mereka bicarakan adalah hal yang sia sia karena saya dan tim bisa membuktikan dengan karya dan akan terus berkarya selama hayat di kandung badan.