Wednesday, December 22, 2010

RENUNGAN DIRI DALAM SEBUAH REFLEKSI.


Lama tak menulis.  Sama halnya lama menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. Dan kadang semuanya harus di ikhlaskan. Sama halnya mengikhlaskan sebuah barang kesayangangan yang lepas dari genggaman. 
Teman,  jika saya diam, bukan berarti saya tak mau merespon segala yang kalian katakan.  Karena tak semua yang kalian ucap itu butuh segera  tanggapan.  Meski kadang nampak penting untuk di tanggapi, tapi ternyata tak begitu menyita  jiwa.

Beberapa minggu belakangan, saya mendapatkan banyak pengalaman baru, melakukan hal – hal baru, menemui dan berbincang dengan sosok baru yang singgah dalam lembaran hidup saya.  Kemudian ada juga banyak hal yang menjadikan diri ini sadar betapa  pentingnya saya bersyukur dengan segala yang saya dapati saat ini.  Diri sendiri ini – dengan banyak keterbatasan tapi tetap maksimal dalam upaya menjadikan diri lebih baik, Keluarga yang mendukung sepenuh jiwa, sahabat – sahabat yang selalu ada di kala suka  maupun duka, meski kadang tak semua sosok  begitu.

Saya hanya menunggu.

Menunggu atas apa yang saya upayakan dengan keras dan limpahan puja puji pada sang Pencipta.
Lalu ada pula yang mengupayakan dengan keras untuk menanggapi segala yang saya upayakan tersebut dengan beragam tanggapan.  Dan lagi – lagi saya tak berminat menanggapi balik. Bagi saya tanggapan mereka – terutama yang negative, adalah sesuatu yang tanpa mereka sadari adalah mencirikan diri mereka sendiri.  Entah dari mana asalnya.  Segala yang mereka utarakan, seolah mereka adalah manusia terbaik dari semua yang terbaik di dunia ini.  Seolah mereka adalah sosok yang sangat memiliki andil besar dalam banyak sebuah pencapaian yang mereka torehkan  dalam upaya sendiri atau bersama.  Terlebih mereka tak tahu jika yang mereka tanggapi secara negative itu adalah orang yang dahulu banyak memberi mereka masukan positive.  Bak Kacang Lupa Kulit. Berasa berjalan diatas awan tanpa perlu penopang sama sekali.
Entah dari mana pula kadang kekuatan ini datang.  Ketika ucapan – ucapan serta termasuk didalamnya beragam pembahasan mengemuka dalam banyak wacana, saya hanya bisa diam.  Biarkan mereka bereaksi atas apa yang ingin mereka lakoni.  Tak perlu saya bertanya balik atau bahkan murka atas apa yang mereka utarakan. Tak ada gunanya.  Yang saya tahu adalah bahwa saya melakukan apa yang kelak bisa saya jadikan pegangan terbaik bagi kehidupan saya bersama keluarga.  Karena sejauh ini,  tak ada seorang pun yang paham bagaimana bentuk nyata dari beragam usaha yang saya lakukan selain keluarga saya.  Itu pula mengapa saya tak pernah menghiraukan ocehan mereka – mereka.  Sekali lagi. Biarkanlah saja.!

Dan hari hari belakangan, begitu indah.  Saya mendapati diri dalam sebuah kegiatan – kegiatan baru, bertemu dengan sosok – sosok muda yang lebih tangguh dari yang sebelumnya saya tahu.  Sosok yang kemudian bisa jadi cermin buat saya.  Kegiatan sebagai pengajar, memberikan saya banyak warna akan jiwa muda masa kini, ada  sosok tangguh, sosok pemalu, hingga yang sangat bersemangat.  Segalanya menjadi satu kesatuan dalam beragam kegiatan pendamping lainnya yang mengisi hari – hari saya.  Jadi Ayah dari tiga buah hati yang selalu menyemangati, jadi Suami dari sosok wanita lembut nan super sabar, jadi Anak dari orang tua dan keluarga yang selalu membela dalam segala hal yang saya perbuat, Jadi Kakak dari adik – adik yang memahami keterbatasan kakak nya, Jadi  sahabat dan pendengar yang baik dari beragam keluhan dan suka cita yang dirasakan oleh pihak lain,  jadi klient yang siap memberikan yang terbaik dari kemampuan yang dimiliki diri ini,  jadi guru bagi banyak murid yang sedikit banyak memberi saya inspirasi dalam jiwa muda ini, menjadi pria penghibur dalam sebuah pertunjukkan gegap gempita yang kadang saya tak tahu kapan usai nya, jadi pekerja – buruh Negara, yang siap melayani massa dengan semaksimal yang saya bisa.
Lantas, apa lagi yang mesti saya sesali ?

Beragam nikmat dan kemudahan serta beruntun keindahan yang berdampingan dengan  banyaknya masalah hidup, menjadikan saya sosok yang sedikit lebih baik dari sebelumnya. Dan segalanya belum usai, seiring banyaknya cita yang tertoreh untuk menjadi sebuah pencapaian nyata di lembaran hari dalam kehidupan saya nanti.